Soil speciation and residue analysis for decontamination of imidacloprid: a sustainable resource management model for cotton crop

2013 ◽  
Vol 52 (4-6) ◽  
pp. 1163-1170
Author(s):  
Uzaira Rafique ◽  
Saima Nasreen ◽  
Amna Jadoon
2017 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 192
Author(s):  
Lestario Widodo

Sektor industri merupakan sektor yang sangat strategis untuk diandalkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Walaupun demikian dalam sisi lainsektor ini  memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap permasalahan degradasi lingkungan dan penurunan sumberdaya alam (SDA). Untuk mencegah terjadinya pemanfaan SDA yang boros dan tidak efisien serta mengurangipotensi dampak lingkungan maka industridalam pengoperasiannyaperlu menerapkankonsep produksi bersih (clean production). Kota Probolinggo memiliki banyak industri keramik yang masih belum efisien dalam menggunakan sumber daya dalam proses produksinya. Oleh karena itu, penelitian tentang penerapan konsep Produksi Bersih di industri keramik Kota Probolinggo ini dilaksanakan dengan tujuan untukmengidentifikasikan jenis keluaran yang non-produk atau Non Product Output(NPO), upaya penanganan NPO dan memberikan rekomendasi prioritas penanganan NPO tersebut dalam upaya peningkatan efisiensi produksi, penurunan tingkat pencemaran serta penurunan biaya produksi.Mengingat industri keramik merupakan industri yang berbasis pada penggunaan energi (energy intensive based industry) maka upaya peningkatan suhu pembakaran untuk mengurangi produk yang tidak sesuai (unspecification products)akan memberikan dampak pada penurunan limbah yang keluar.Selain itu,penggantian lampu biasa dengan lampu hemat energisertapemasangan meteran listrik (alat ukur konsumsi listrik) pada setiap peralatan produksi dapat memberikan informasi bagi manajemen dalam mengambil keputusan terkait dengan penghematan.Berdasarkan data empiris, potensi penghematan yang dapat dilakukan dengan penerapan konsep produksi bersih ini berkisar antara 10% dan 30% dari biaya produksi.Kata Kunci: Produksi Bersih, Non Product Output,Sustainable Resource Management


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 175
Author(s):  
Ratna Indrawasih

Secara teoritis, praktek pengelolaan sumberdaya laut secara co-management lahir sebagai kritik terhadap pengelolaan yang bersifat sentralistik, seperti yang selama ini dipraktekkan di Indonesia dan community-based management. Kedua praktek pengelolaan sumberdaya laut ini memiliki kelemahan, yang diantaranya disebabkan oleh ketiadaan sinergi antara pemerintah dengan masyarakat (user group). Praktek co-management sebagai alternatif untuk mendorong terjadinya sinergi antar semua stakeholder terkait dalam pengelolaan sumberdaya laut. Penelitian ini mencoba mempelajari penerapan Co-fish di Kabupaten Lombok Timur- Nusa Tenggara Barat, yaitu pengelolaan sumberdaya laut yang dilakukan dengan pendekatan co-management dengan melibatkan stakeholder terkait. Bagaimana mekanisme dan dampaknya terhadap masyarakat binaannya serta bagaimana kekuatan dan kelemahannya yang didasarkan pada prinsip pendekatan co-management. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Tittle: Co-management of Marine Resource : Lesson Learnt from the Management Model of Co-Fish in Lombok Timur District, Nusa Tenggara Barat Province.Theoritically, the practice of marine resource management was created as a criticied of centralistic management wich being, that was practiced in Indonesia for a long time , and community-based management. Both of these practices of marine resource management have weaknesses, caused by the inexistance of cooperation between government and society (user group). actice of co-management is an alternative option to push a cooperation among all of related stakeholder in marine resourcemanagement. The research to study the implementation of Co-Fish in Lombok Timur District, Province of Nusa Tenggara Barat. Marine resources management was carried out by co-management approach involving related srakeholders. The mechanism and impact of the implementation of Co-fish to the society, and how the strengths and weaknesses of Co-fish based on principal of co-management approach were analsed with qualitative approach.


Author(s):  
José Luis Duque Ceballos ◽  
Álvaro Zapata Domínguez ◽  
Mónica García Solarte ◽  
Guillermo Murillo Vargas

Este artículo tiene como objetivo presentar un modelo de gestión humana que se adapta a las necesidades de las organizaciones de BPO. La metodología utilizada en el proceso investigativo fue de enfoque cualitativo con la aplicación de entrevistas y revisión documental para la recolección de información relativa a las necesidades de las organizaciones de BPO, presentando como principal resultado un modelo que permite identificar los insumos, procesos y salidas que debería tener el área de gestión humana para generar estrategias y actividades pertinentes y oportunas a este tipo de organizaciones. En términos de aporte, dicho modelo le permite al lector entender la dinámica y características de los procesos de gestión humana en organizaciones cuyos objetivos y aspectos estratégicos son distintos a las organizaciones tradicionales, a la vez que identifica aquellos procesos más relevantes para el alcance de dichos fines.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document