A simple extract of Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit leaf containing mimosine as a natural color reagent for iron determination

2021 ◽  
Vol 162 ◽  
pp. 105860
Author(s):  
Narong Kotchabhakdi ◽  
Chalermpong Seanjum ◽  
Kanokwan Kiwfo ◽  
Kate Grudpan
2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 209
Author(s):  
Khusnia Zulikah ◽  
Adriani Adriani

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: 1) nama warna (hue) 2) gelap terang warna (value) 3) kerataan warna dan 4) perbedaan yang dihasilkan pada pencelupan bahan mori primisima menggunakan warna alam ekstrak daun lamtoro (leucaena leucocephala) dengan mordan kapur sirih sirih. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperiment. Data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari 15 orang panelis, kemudian data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan bantuan SPSS (Statistikal Product and Service Solution) versi 16.0 dengan memakai rumus uji friedman K-related sample. Warna yang dihasilkan dengan teknik Pra-mordanting adalah Golden Sundance dengan volume terang dan kerataan warna sangat rata, Mordanting simultan (meta) adalah Golden Sundance dengan volume cukup terang dan kerataan warna cukup rata dan dengan teknik post-Mordanting adalah Golden rod dengan volume kurang terang dan kerataan warna sangat rata. Hasil analisis data yang diperoleh dari uji Friedman K-relatif sample untuk gelap terang warna (value) data yang diperoleh signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 = Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan terhadap gelap terang warna (value) akibat perbedaan teknik mordanting. Pada kerataan warna data yang diperoleh adalah 0,001 < 0,05 =Ho ditolak. Artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan akibat penggunaan teknik mordanting.Kata Kunci: mordanting, lamtoro, kapur sirih.AbstractThis study aims to describe: 1) the name of color (hue) 2) the darkness of color (value) 3) the uniformity of color and 4) the differences produced in dyeing the material of primisima using natural color leaves extract of lamtoro (leucaena leucocephala) with mordan lime betel betel This research is a Experiment. The data used are primary data sourced from 15 panelists, then the collected data is processed and analyzed with the help of SPSS (Statistikal Product and Service Solution) version 16.0 using the K-related sample friedman test formula. The color produced by the Pre-mordanting technique is the Golden Sundance with bright volume and very flat evenness, Mordanting simultan (meta) is a Golden Sundance with a fairly bright volume and fairly flat evenness and with post-Mordanting technique is a Golden rod with less bright volume and the color evenness is very flat. The results of data analysis obtained from the Friedman K-relative sample for dark colors (value) data obtained significance 0,000 <0.05 = Ho rejected, meaning that there is a significant effect on dark bright color (value) due to differences in mordanting techniques. On the color flatness of the data obtained 0.001 <0.05 = Ho is rejected. This means that there is a significant effect due to the use of mordanting techniques.Keywords: mordanting, lamtoro, betel lim.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 63-70 ◽  
Author(s):  
R. Obour

Broussonetia papyrifera is an exotic tree widely grown for paper production. Due to its prolific regeneration it has invaded forestcanopy gaps and degraded farmlands and has now become an invasive species in Ghana. In enhancing its value for use the plantwas evaluated as potential forage for grazing animals vis-à-vis other two existing forage plants: Ficus exasperata and Leucaenaleucocephala.The study assessed the palatability and preference of Broussonetia papyrifera using sheep and goats for the wet anddry seasons.The species were assessed in indoor pen feeding trials using eight-unit (3×3 m) pens with the cafeteria method.The amount of forage offered was 100g (fresh material) in all instances for each species and for ten minutes. Adesign basedon 3×2×2 factorial in Randomized Complete Block Design (RCBD) was used to test the differences in palatability betweenthe three forage species.Results revealed that palatability was higher (P<0.05) in Leucaena leucocephala compared with Ficusexasperata and Broussonetia papyrifera for sheep and goats across seasons. The trend shown might be the result of the effectsof familiarity with the Leucaena leucocephala since animals tend to select plants that are familiar than newly introduced andunfamiliar plants. The study also revealed high level of condensed tannin (CT) in Broussonetia papyrifera which might haveinterfered with forage intake by the animals.There were no significant differences in palatability of Broussonetia papyrifera forgoat in both dry and wet season interactions and Ficus exasperata for goat in both dry and wet season interactions (P>0.05).Thestudy concluded that Broussonetia papyrifera could be a potential feed for both sheep and goats across seasons.The researchrecommended that livestock farmers should incorporate Broussonetia papyrifera feed into their programmes for both sheep andgoats and should be introduced to animals from infancy so that it may become a familiar feed for them.


Author(s):  
Jena Hayu Widyasti ◽  
Fitri Kurniasari

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit dengan adanya gangguan sekresi insulin baik karena penurunan sensitifitas maupun kerusakan pada sel beta. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki aktivitas menurunkan kadar gula darah mencit hiperglikemik pada dosis yang efektif. Penelitian antihiperglikemik ini menggunakan mencit putih sebanyak 30 ekor. Pengujian aktivitas antihiperglikemik dilakukan pada 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif, induksi aloksan 200 mg/kg BB dan akuades), kelompok III (induksi aloksan dan glibenklamida 10 mg/kg BB), kelompok IV (induksi aloksan dan ekstrak daun petai cina 200 mg/kg BB), kelompok V (induksi aloksan dan ekstrak daun petai cina 400 mg/kg BB), kelompok VI (induksi aloksan dan ekstrak daun petai cina 300 mg/kg BB). Semua kelompok perlakuan diberikan perlakuan tersebut selama 14 hari dan dilakukan pengukuran kadar gula darah pada hari ke-0, 3, 10, dan 17. Aktivitas antihiperglikemik ekstrak daun petai cina ditunjukkan dengan cara menghitung daya hipoglikemik masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun petai cina mempunyai aktivitas antihiperglikemik pada mencit yang diinduksi aloksan. Pada dosis uji ekstrak etanol daun petai cina 600 mg/kg BB mempunyai aktivitas antihiperglikemik yang efektif dibanding dengan dosis 400 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB yang sebanding dengan kelompok kontrol positif.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document