Penetapan Kadar β-karoten dalam Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Berdasarkan Ketinggian Tempat Tumbuhnya dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 779-785
Author(s):  
Dwi Erni Fadhilah ◽  
Achmad Vandian Nur ◽  
W Wirasti ◽  
Khusna Santika Rahmasari

AbstractThe quality of secondary metabolites in plants is determined by the altitude where they grow, in tomato plants secondary metabolites that have the potential as antioxidant activity are caused by β-carotene. β-carotene is a red-orange pigment that is very abundant in plants and fruits. β-carotene is an organic compound and is classified as a terpenoid, β-carotene is also one of the antioxidants that can prevent disease. The purpose of this study was to determine the level of β-carotene in tomatoes based on the altitude where they grew. The sample used in this study was Tomato Fruit (Lycopersicum esculentum Mill.) which was taken at an altitude of ±1206, ±845, ±548 and ±76 masl. Qualitative testing using Fourier Transform Infra Red (FTIR) and Thin Layer Chromatography (TLC), the mobile phases used are chloroform and ethyl acetate (7:3), the Rf values of the samples and comparisons are not much different. Quantitative testing using UV-Vis Spectrophotometry method at a wavelength of 461 nm. The results showed that the four positive samples contained β-carotene. The levels of β-carotene in the samples studied were sample A (±1206 masl) as much as 5.642 mg/100 gr, sample B (±845 masl) as much as 7.986 mg/100 gr, sample C (±548 masl) as much as 11.128 mg/100 gr and sample D (±76 masl) as much as 3.792 mg/100 gr. From this study, it was found that the highest β-carotene content was found in sample C (±548 masl) and the lowest β-carotene level was found in sample D (±76 masl). Environmental factors such as light, temperature, pH, altitude, and temperature greatly affect the content of β-carotene.Keywords: Determination of rates; β-carotene; tomatoes; UV-Vis spectrophotometry AbstrakKualitas metabolit sekunder dalam tumbuhan salah satunya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuhnya, dalam tanaman tomat metabolit sekunder yang berpotensi sebagai aktivitas antioksidan salah satunya disebabkan oleh β-karoten. β-karoten adalah pigmen berwarna merah-orange yang sangat berlimpah pada tanaman dan buah-buahan. β-karoten merupakan senyawa organik dan diklasifikasikan sebagai suatu terpenoid, β-karoten juga merupakan salah satu antioksidan yang dapat mencegah penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar β-karoten dalam buah tomat berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang diambil pada ketinggian ±1206, ±845, ±548 dan ±76 mdpl. Pengujian secara kualitatif menggunakan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), fase gerak yang digunakan yaitu berupa kloroform dan etil asetat (7:3) diperoleh nilai Rf sampel dan pembanding yang tidak jauh berbeda. Pengujian secara kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 461 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat sampel positif mengandung β-karoten. Kadar β-karoten dalam sampel yang diteliti yaitu sampel A (±1206 mdpl) sebanyak 5,642 mg/100 gr, sampel B (±845 mdpl) sebanyak 7,986 mg/100 gr, sampel C (±548 mdpl) sebanyak 11,128 mg/100 gr dan sampel D (±76 mdpl) sebanyak 3,792 mg/100 gr. Dari penelitian ini diketahui bahwa kadar β-karoten tertinggi terdapat pada sampel C (±548 mdpl) dan kadar β-karoten terendah terdapat pada sampel D (±76 mdpl). Faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, pH, ketinggian tempat, dan temperature sangat berpengaruh terhadap kandungan β-karoten.Kata kunci: Penetapan kadar; β-karoten; buah tomat; spektrofotometri UV-Vis

2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Earlyna Sinthia Dewi

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode sederhana dan efektif  dengan menggunakan ekstraksi pelarut heksana dan methanol sebagai anti pelarut untuk isolasi likopen dari buah tomat (Lycopersicum esculentum). Tomat merupakan  sumber utama likopen. Likopen adalah  zat pigmen golongan karotenoid yang menyebabkan warna merah pada tomat. Penelitian ini telah berhasil mengisolasi likopen dengan metode maserasi. Hasil penelitian menunjukkan dengan pelarut heksana kadar likopen yang diperoleh 2,25 mg/100 g. Analisa gugus fungsi dengan menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FT-IR) terdeteksi gugus C=C pada panjang gelombang 1537,09 cm-1, gugus CH2 terdeteksi pada panjang gelombang 1498,86 cm-1, gugus R-CH=CH-R terdeteksi pada panjang gelombang 959,27 cm-1. Sedangkan gugus regangan C-C dan C-C-H (streching)masing-masing terjadi pada panjang gelombang 1262,15 cm-1 dan 1378,71 cm-1.


Arena Tekstil ◽  
2014 ◽  
Vol 29 (1) ◽  
Author(s):  
Rizka Yulina ◽  
Srie Gustiani ◽  
Wulan Septiani

Selulosa bakterial mempunyai sifat mekanik yang baik untuk digunakan sebagai membran pada proses pengolahan air limbah tekstil. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dan karakterisasi serat hollow dari bahan baku selulosa bakterial nata de coco dengan penambahan nanopartikel ZnO sebagai fotokatalis terimmobilisasi. Selulosa bakterial disintesis menggunakan bakteri Acetobacter xylinum di dalam medium air kelapa dan gula. Selulosa bakterial dilarutkan bersama dengan nanopartikel ZnO menggunakan pelarut cuprietilen diamina (Cuen) dengan variasi selulosa bakterial 2,25% dan 2,50%. Serat berbentuk hollow dihasilkan dari proses wet spinning menggunakan koagulan NaOH. Serat hollow yang telah melalui koagulan kemudian direndam dalam larutan asam, gliserol, dan alkohol, dengan variasi waktu perendaman asam selama 1 dan 2 hari. Uji kekuatan tarik menunjukkan hasil yang terbaik yakni sebesar 815,72 gf pada konsentrasi selulosa bakterial 2,50% dan perendaman asam selama 2 hari. Dari hasil uji gugus fungsi menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR), terdapat beberapa gugus fungsi yang menunjukkan keberadaan selulosa dan nanopartikel ZnO. Proses dekolorisasi fotokatalitik terhadap air limbah tekstil artifisial yang mengandung zat warna reaktif Remazol Black 5 (RB5) menunjukkan bahwa pH optimum proses penyisihan warna yakni pada pH 9 dan dihasilkan persen penyisihan warna yang tertinggi yaitu 90,32%. Pada kondisi yang sama, proses dekolorisasi RB5 menggunakan serat hollow tanpa nanopatikel ZnO hanya menghasilkan persen penyisihan warna sebesar 32,10%. Berdasarkan laju penyisihan zat warna, aktivitas degradasi fotokatalitik terbesar (k’ = 0,2615) diperoleh pada konsentrasi ZnO 10% dan konsentrasi zat warna RB5 10 ppm.


Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.


Genetics ◽  
2001 ◽  
Vol 158 (2) ◽  
pp. 635-641
Author(s):  
Bina J Mehta ◽  
Enrique Cerdá-Olmedo

Abstract Sexual interaction between strains of opposite sex in many fungi of the order Mucorales modifies hyphal morphology and increases the carotene content. The progeny of crosses of Phycomyces blakesleeanus usually include a small proportion of anomalous segregants that show these signs of sexual stimulation without a partner. We have analyzed the genetic constitution of such segregants from crosses that involved a carF mutation for overaccumulation of β-carotene and other markers. The new strains were diploids or partial diploids heterozygous for the sex markers. Diploidy was unknown in this fungus and in the Zygomycetes. Random chromosome losses during the vegetative growth of the diploid led to heterokaryosis in the coenocytic mycelia and eventually to sectors of various tints and mating behavior. The changes in the nuclear composition of the mycelia could be followed by selecting for individual nuclei. The results impose a reinterpretation of the sexual cycle of Phycomyces. Some of the intersexual strains that carried the carF mutation contained 25 mg β-carotene per gram of dry mass and were sufficiently stable for practical use in carotene production.


1946 ◽  
Vol 36 (2) ◽  
pp. 95-99 ◽  
Author(s):  
B. C. Ray Sarkar ◽  
K. C. Sen

1. With the object of determining the vitamin A value of carotene in different green fodders, an investigation has been undertaken to study (i) the relation between the chemically determined carotene and its biological activity as compared with that of standard carotene, (ii) the purity of apparent carotene from different sources, (iii) absorption of carotene in rats, and (iv) the relative efficiency of the standard carotene and preformed vitamin A.2. Biological tests have shown that the chemical method of assay is a fair index of the true carotene content in green fodders, and carotene in the form of an extract is quite as effective in the system as that present in the plant tissues. β-Carotene appears to be predominant in these materials.


1998 ◽  
Vol 285 (3-4) ◽  
pp. 216-220 ◽  
Author(s):  
T. Cabioc'h ◽  
A. Kharbach ◽  
A. Le Roy ◽  
J.P. Rivière

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document