scholarly journals Penerapan Senam Kaki Diabetik Untuk Peningkatan Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1553-1557
Author(s):  
I Ismiyati ◽  
Herni Rejeki

AbstractDiabetes mellitus is a disorder characterized by elevated blood sugar levels, due to abnormalities in insulin secretion. This results in nerve cells edema and triggers the stimulation of various enzymes that can damage nerve cell through both metabolic and neurovascular factors. This condition will interfere with the supply of blood and oxsygen to the nerve cells, especially in the peripheral areas of the feet and hands. To prevent this, it is neccesary to do diabetic foot exsercises in people with diabetes mellitus. This scientific paper focused on two famillies with diabetes mellitus. the result stated applying diabetic food exercises for the patient is the efective and it could be done once a day. Furthermore, it also can help improve blood circulation in the legs. Through movements in diabetic food exercises, the muscles will contract so that it will increase the sensitivity of the feet in poeple with diabetes mellitus. Even if it is done routinely, it can prevent the occurrence of non-ulcer wounds or ulcers. Therefore, it is expected for the familly to support the patient in applying the exercises.Keywords: Diabetic Foot Exercises, Foot Sensitivity Abstrakkadar gula dalam darah yang diakibatkan karena kelainan sekresi insulin akibatnya edema sel saraf serta memicu stimulasi berbagai enzim yang dapat merusak sel saraf baik melalui faktor metabolik maupun faktor neurovaskular, hal terdebut akan mengganggu suplai darah dan oksigen menuju sel saraf terutama di daerah perifer kaki dan tangan. Untuk mencegah akibat tersebut dilakukan senam kaki diabetik pada penderita Diabetes Mellitus. Fokus karya tulis ilmiah adalah 2 keluarga dengan Diabetes Mellitus Hasil penerapan senam kaki diabetik yang di lakukan untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita Diabetes Mellitus efektif untuk di terapkan pada penderita Diabetes Melitus bila dilakukan secara rutin satu kali sehari, senam kaki diabetik dapat membantu melancarkan sirkulasi darah pada kaki, melalui gerakan pada senam kaki diabetik otot-otot akan berkontraksi sehingga akan meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita Diabetes Mellitus. Bahkan jika dilaukan secara rutin dapat mencegah terjadinya luka non ulkus ataupun luka ulkus. Di harapkan keluarga memberikan dukungan pada keluarga yang sakit dengan mendampingi saat melakukan latihan senam kaki diabetik.Kata kunci: Senam Kaki, Sensitivitas Kaki

2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Kharisma Pratama

Abstract Background: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by an increase in blood sugar levels due to damage to insulin secretion. Neuropathy is a common complication of diabetes mellitus. One way to prevent neuropathy or other complications is to do regular foot care. The role of caregiver in diabetic foot care is important to improve the quality of life of patients living with diabetes mellitus. They need to be provided with the latest knowledge and support regarding diabetic foot care. Purpose: Study was to determine the relationship between care giver knowledge about diabetic foot care and foot ulcers at risk of developing ulceration in DM. Methods: This study was an analytical study with a cross sectional study design. The research sample was 40 respondents who met the criteria. The data were collected using a knowledge questionnaire with 20 questions and a risk observation sheet for diabetic foot. Results: This study showed that most of the respondents had less knowledge about diabetic foot care, namely 26 (65%). The study also showed a relationship between the lack of knowledge about foot care and the risk of foot injury for people with diabetes, a = 0.05 (95% CI). Conclusion: This study has proven that a care giver must be equipped with diabetic foot care competency, and  DM patinets can avoid complications of diabetic foot ulcers. Nurse should provide education to the community regularly, especially on the novelty of the knowledge that has been gained either from research or from the experience gained in the clinic or nursing home.   Abstrak Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang di tandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah akibat kerusakan pada sekresi insulin. Neuropati merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus yang sering terjadi. Salah satu cara mencegahan neuropati atau komplikasi lainnya yaitu dengan melakukan perawatan kaki yang rutin. Peran care giver dalam perawtan kaki diabetik sangat diperlukan untuk peningkatan kualitas hidup pasien dengan diabetes mellitus. Mereka perlu diberikan pembekalan serta dukungan ilmu yang terbaru mengenai perawtan kaki diabetik. Tujuan: Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan care giver tentang perawatan kaki diabetik dengan kejadian kaki beresiko terjadinya ulkus pada penderita DM. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan  rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 40 responden yang memenuhi kriteria.  Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan dengan 20 pertanyaan dan lembar observasi resiko kaki diabetik. Hasil: Hasil Penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang perawatan kaki diabetik yaitu sebesar 26 (65%). Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara kurangnya tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki dengan resiko terjadinya luka pada kaki penderita DM, a=0.05 (CI 95%). Kesimpulan: Penelitian ini telah membuktikan bahwa pendamping anggota keluarga yang sakit harus dibekali kompetensi perawatan kaki diabetik, dengan harapan penderita DM dapat terhindar dari komplikasi ulkus kaki diabetikum. Bagi kolega perawat untuk terus memberikan edukasi pada masyarakat khususnya terhadap kebaruan ilmu yang telah didapat baik dari penelitian ataupun dari pengalaman yang didapat diklinik atau rumah perawatan.  


2017 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Niken Sukesi

Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat. Komplikasi dari Diabetes Melitus ini meliputi jantung iskemik, serebrovaskuler, gagal ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan. Komplikasi yang paling sering terjadi adanya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik. Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan dengan diabetes mellitus adalah senam kaki. Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Desain dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre and Post Test Without Control. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan instrument observasi senam kaki untuk menilai senam kaki, dan alat menilai kadar gula darah yaitu glucometer, kapas dan jarum. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam kaki mengalami penurunan dan ada pengaruh kadar gula darah sebelum dengan sesudah dilakukan senam kaki pada pasien diabetes melitusKata Kunci: Senam Kaki, Kadar Gula Darah THE EFFECT OF GYMNASTIC FEET TOWARD THE BLOOD SUGAR LEVEL FOR THE DIABETICSDiabetes Mellitus causes the complication case. It concludes the heart iskemik, serebrovaskuler, cronic kidney disease, ulcus on the feet, and the impairment of sight. The complication often causes the changing of pathological in certain place such as feet. The one of recommended sport for diabetics is gymnastic feet. Gymnastic feet is an experience for diabetics or not in order to prevent the wound and launch the blood circulation. The research objective is to analyze the effect of gymnastic feet to blood sugar level for diabetics. The research design is using experiment quasy with pre and post test without control. It is using consecutive sampling as the sample of collecting technique, and using observation of gymnastic feet as the collecting data technique to assess the blood sugar level, those are glucometer, cotton, and needle. The average of blood sugar level is decrease after doing the gymnastic feet. Moreover, there is differences between after and before doing the gymnastic feet for diabetics.Key Words : Gymnastic Feet, Blood sugar level


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 16-24
Author(s):  
Carmelita Barros ◽  
Fitri Arofiati

ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) in Indonesia is better known as diabetes and in Timor Leste DM known as Ra'an Midar has become a very serious health problem, and is the most common endocrine disease. Diabetes mellitus is a degenerative disease that is characterized by metabolic disorders or pancreatic damage so that the pancreas is unable to produce enough insulin to the maximum so that it can cause insulin deficiency in the body both absolute and relative can increase blood sugar levels or hyperglycemia. Data from the Dili District Health Office in 2018 showed that there were 2690 patients with diabetes mellitus, so that diabetic foot exercises were needed. The purpose of this study was to determine the effect of Tetum Language Diabetes Foot Gymnastic Education on Lower Circulation and Lower Blood Sugar Levels at the Saude Comoro Center, Dili, Timor Leste. Method : using the Pre-Experiment method. Independent variable: Education of Tetum Language Diabetes Foot Gymnastics Education, dependent variable: Circulation of Lower Extremity and Blood Sugar Level at a Time. Population 100 people, sample 28 people, sample technique: simple random, data collection: Examination of blood sugar levels, blood circulation, statistical tests: Wilcoxon Test. Results : Most respondents who had good blood circulation were 15 pre- test (53.6%) and 18 post-test (64.3%). And the majority of respondents whose blood sugar levels were good were 14 people pre-test (50.0%) and 20 people post test (71.4%). Based on the results of statistical tests using the Wilcoxon Signed Rank Test, the value of blood circulation is a significant level of 0.005 and the blood sugar level is at a significant level of 0,000. Conclusion : Conclusion there is the influence of Education on Tetun Language Diabetes Foot Gymnastics on Lower Extracurricular Circulation and Blood Sugar Levels At the Saude Comoro Center, Dili, Timor Leste.  Keyword: Leg exercise, lower extremity bloodd circulation, Blood sugar levels, Diabetes mellitus.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Ika Nur Pratiwi ◽  
Lailatun Ni'mah ◽  
Ika Yuni Widyawati ◽  
Lingga Curnia Dwi

Pendahuluan: Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus (DM) yang sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat ber- manifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren dan artropati Charcot. Ada dua tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic foot yaitu tindakan pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan pencegahan meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009). Fake (Foot and Ankle Exercises) atau dikenal juga dengan senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Soebagio, 2011). Melakukan perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 50-60%. Untuk meningkatkan vaskularisasi perawatan kaki dapat juga dilakukan dengan gerakan-gerakan kaki yang dikenal sebagai senam kaki diabetes (Black & Hawks, 2009; Smeltzer et al., 2010; Lewis et al., 2011). Puskesmas Klampis Ngasem memiliki jumlah kunjungan pasien dengan diabetes mellitus yang cukup tinggi di Surabaya. Berdasarakan data dari Puskesmas Klampis Ngasem dalam kurun waktu Januari-September 2017 jumlah kunjungan pasien dengan DM mencapai 2219 kasus.Metode: Wilayah Kerja Puskesmas yang akan menjadi tempat pengabdian masyarakat ini adalah Puskesmas Klampis Ngasem Surabaya. Metode yang digunakan melalui pendidikan dan pelatihan senam kaki “Fake” (Foot and Ankle Exercises) sebagai upaya pencegahan terhadap komplikasi pada kaki penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Klampis Ngasem Surabaya sebanyak 30 orang pasien dengan DM. Peserta pengmas akan dilakukan kegiatan pre-test dan post-test dengan mengisi kuesioner pengetahuan dan kemampuan perawatan kaki pada penderita diabetes serta dilakukan pengukuran sirkulasi darah sebelum dan sesudah kegiatan menggunakan tensimeter di lengan dan kaki hingga diperoleh tekanan sistolik lengan dan kaki untuk pemeriksaan ankle brachial index (ABI).Hasil: Evaluasi Akhir Program Pengabdian Kepada Masyarakat diperoleh bahwa pengetahuan penderita DM terhadap perawatan kaki yang menunjukkan peningkatan nilai rerata post test menjadi 70 dari nilai rerata pada pre test 49 terhadap 30 peserta DM. Sementara itu, didapatkan 18 orang memiliki skor ABI dengan interpretasi borderline perfusion (0,6-0,8) dan sisanya berada dalam rentang normal. Sedangkan setelah dilakukan latihan jasmani berupa senam kaki didapatkan 6 orang masih memiliki skor ABI rentang 0,6-0,8 dengan interpretasi borderline perfusion dan 24 orang berada dalam rentang normal dengan skor ABI 0,9-1,3. Kesimpulan: Diharapkan informasi yang telah disampaikan dalam modul dapat dijadikan panduan dalam memantau penatalaksanaan perawatan kaki pada diabetes mellitus serta Kegiatan senam kaki ini dapat dilakukan secara teratur dirumah dan gerakannya disesuaikan dengan kemampuan tubuh.


2019 ◽  
Author(s):  
aura widad al addawiyah hamzah

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by an increase in blood glucose (hyperglycemia). Physical activity has an impact on insulin action in people at risk for diabetes mellitus.Lack of activity is one of the contributing factors that causes insulin resistance in type II diabetes mellitus and diet is the behavior of humans or a group of humans in meeting their dietary needs which include food attitudes, beliefs and choices. The purpose of this study was to analyze the relationship between patterns of physical activity and diet with blood sugar levels in patients with diabetes melitustipe II. The research method used is a qualitative method. The results of the study showed that there was a relationship between patterns of physical activity and diet with blood sugar levels. Conclusions there is a relationship between patterns of physical activity and diet with blood sugar levels in patients with diabetes melitustipe II


Author(s):  
Fahruddin Kurdi ◽  
Ratna Puji Priyanti

ABSTRAK Jumlah penderita DM (diabetes melitus) saat ini semakin meningkat. Salah satu komplikasi yang terjadi yaitu DFU (diabetic foot ulcers). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah DFU, salah satunya dengan diabetic foot exercise. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas diabetic foot exercise terhadap risiko dfu (diabetic foot ulcers) pasien diabetes mellitus. Penelitian menggunakan design pre-eksperimen dengan pendekatan one-group pra-post test design. Populasi penderita diabetes yang berjumlah 60 orang, besar sampel 40 orang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Resiko DFU dinilai menggunakan inlow’s 60-second diabetic foot screening tool dengan metode observasi. Analisa data menggunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum dilakukan diabetic foot exercise sebagian besar reponden mempunyai risiko sedang sebanyak 30 orang (75%), sesudah dilakukan diabetic foot exercise diperoleh bahwa sebagian besar responden risiko rendah sebanyak 32 orang (80%). Uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai p value = 0,001 dimana nilai p value<α (0,05) yang berarti ada pengaruh diabetic foot exercise terhadap risiko diabetic foot ulcers. Diabetes foot exercise sangat efektif untuk penderita diabetes dalam mencegah risiko DFU. Penderita diabetes dapat melakukan diabetic foot exercise 2 kali dalam seminggu secara teratur.  Kata Kunci : Diabetes mellitus, Diabetic foot ulcers, diabetic foot exercise


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Manik Elisa Putri

ABSTRAKLatar Belakang : Quality of Life (QoL) atau Kualitas hidup pasien dengan ulkus kakik diabetes melitus lebih buruk, daripada pasien dengan Diabetes Melitus (DM) tanpa ulkus kaki dalam populasi umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Quality of Life (Kualitas hidup) pada pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus (Diabetic Foot Ulcer / DFU) di Bali.Metode : Desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel direkrut menggunakan convenience sampling yang melibatkan pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus (Diabetic Foot Ulcer / DFU) dengan total sampel yang melibatkan 201 orang responden. yang dilakukan di ruangan department rawat jalan bedah Rumah Sakit Wangaya serta klinik perawatan luka di Bali Indonesia. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Diabetic Foot Ulcer Scale-Short Form (DFS-SF) dan Independent t-test digunakan untuk memahami gambaran kualitas hidup antara perempuan dan laki-laki dengan DFU. Penelitian ini sudah mendapatkan ijin etik oleh komite etik Universitas Udayana.Hasil : Karakteristik responden perempuan (n= 103; 51.2%), dan laki-laki (n= 98; 48.8%). Kualitas hidup sebagian besar memiliki kualitas hidup rendah yang buruk yaitu (<50)(n=133; 66.2%), dan kualitas hidup yang lebih baik yaitu (> 50)[n=68; 33.8%]. Skor rata-rata kualitas hidup pada pasien dengan DFU 42.4±15.5.Kesimpulan: Laki-laki dan perempuan pada pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus menunjukkan kualitas hidup perempuan lebih rendah daripada laki-laki dengan diabetes melitus (DFU). Keluarga diharapkan tetap memotivasi dan mendukung pasien agar dapat berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan atau kegiatan positif lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, Pasien dengan ulkus kaki diabetes melitus, baik laki-laki maupun perempuan merupakan suatu hal yang perlu kita perhatikan.  Kata Kunci : Ulkus Kakik Diabetes Mellitus, Jenis kelamin, dan Kualitas Hidup  ABSTRACTBackground: Quality of Life (QoL) or Quality of Life of patients with diabetic ulcer diabetes is worse, than patients with Diabetes Mellitus (DM) without foot ulcers in the general population. The purpose of this study was to study the description of Quality of Life (quality of life) in patients with Diabetic Foot Ulcer (DFU) in Bali. Methods: Descriptive design by discussing cross sectional. Sampling techniques were recruited using convenience sampling involving diabetic foot ulcer patients with diabetes mellitus (DFU) with a total sample involving 201 respondents. Performed in the Wangaya Hospital surgical outpatient room and wound care in Bali Indonesia. Data were collected using a Diabetic Foot Ulcer Scale-Short Form (DFS-SF) questionnaire and Independent t-test was used to collect assessments of quality of life between women and men with DFU. Udayana University Ethics Committee.Results: Characteristics of female respondents (n = 103; 51.2%), and male (n = 98; 48.8%). Quality of life mostly has a low quality of life that is poor (<50) [n = 133; 66.2%], and a better quality of life (> 50) [n = 68; 33.8%]. The mean score of quality of life was 42.4±15.5. Conclusion: Male and female patients with diabetes mellitus foot ulcers show a lower quality of life for women than men with diabetes mellitus (DFU). Families are expected to continue to motivate and support patients to participate in religious activities or other positive activities.Keywords: diabetic foot ulcer, gender, and quality of life


Author(s):  
Akas Yekti Pulih Asih ◽  
Budhi Setianto ◽  
Agus Aan Adriansyah ◽  
Iftitahurrohmah Iftitahurrohmah ◽  
Sofia Nur Islami ◽  
...  

Based on Riskesdas in 2018, the prevalence of diabetes mellitus in Indonesia based on interviews showed an increase from 1.1 percent (2007) to 2.1 percent in 2019. The International Diabetes Federation (IDF) estimates that DM sufferers in Indonesia in 2020 will amount to 178 million people aged over 20 years and assuming a DM prevalence of 4.6%, 8.2 million DM patients will be obtained. The most data on visits from internal medicine policymakers at the outpatient clinic of Islamic Hospital in Surabaya were diabetes militus. One of the most common complications of diabetes mellitus is diabetic foot, which can manifest as ulcers, infections and gangrene and Charcot's arthropathy. The method used in this community service activity is carried out to increase knowledge and understanding of public awareness by doing foot exercises to reduce sugar levels. This community service activity is carried out by educating patients with diabetes at the Internal Medicine Department of the Islamic Hospital Surabaya. Diabetes exercise carried out by the GLC group which was carried out independently by the participants showed an average decrease in sugar levels with an average of 12.5 points with participants who routinely did regular exercise 4 times a week showing the largest number of points of decline. Sig. (2-tailed): Probability value / p value Paired T test: Result = 0.000 shows that there is a difference between before and after treatment. Implementation of diabetic foot exercises which were carried out independently at home by GLC patient at Surabaya Islamic Hospital A Yani


Masker Medika ◽  
2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 163-175
Author(s):  
Sukron Sukron

Latar Belakang : Meningkatnya angka penyakit diabetes melitus tipe 2 khususnya di Indonesia bersamaan dengan meningkatnya komplikasi salah satunya diabetic foot ulcer yang juga merupakan faktor terjadinya gangguan sensitivitas pada kaki. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengukur sensitivitas kaki dengan menggunkan monofilmen test. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode Deskripti Analitik dengan pendekatan kuantitatif. Teknik sampling menggunakan convenience sampling pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang berjumlah 60 responden. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pasien diabetes melitus tipe 2 berusia 59,45 tahun dan sebagaian besar berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan sebesar 33,3% SD dan 33,3% SMA. Rerata responden juga menderita diabetes melitus tipe 2 selama 3,58 tahun dengan sebagian besar responden tidak berkerja dan tidak berolahraga. Serta tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2yang tidak ada rasa dengan frekuensi tertinggi yaitu pada dorsal kaki sebanyak 25 orang (41,67%), metatarsal head ke-1 sebanyak 23 orang (38,33%), Midfoot bagian Medial sebanyak 22 orang (36,67), jari tengah sebnayk 21 orang (35%), metatarsal head ke-3 sebanyak 20 orang (33,33%), Midfoot bagian lateral sebanyak 20 orang (33,33%), Tumit sebanyak 18 orang (30%), jari kelingking sebanyak 18 orang (30%), metatarsal haed ke-2 sebanyak 17 orang (28,33%), dan terendah yaitu padajempol kaki dengan frekuensi 12 responden (20%). Kesimpulan : sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe II yaitu terendah pada dorsal kaki.   Background: The increasing number of type II diabetes mellitus, especially in Indonesia together with the increase in complications, one of which is diabetic foot ulcer, which is also a factor in sensitivity to the feet. Prevention can be done by measuring foot sensitivity by using a monofilment test. Objective: To find out the description of the level of sensitivity of the foot in patients with type II diabetes mellitus patients in Muhammadiyah Hospital Palembang. Method of Researvh: This research is a research with Analytic Descriptive method with quantitative approach. The sampling technique uses convenience sampling in patients with type II diabetes mellitus at Muhammadiyah Hospital Palembang, amounting to 60 respondents. Result of Research: The results showed that the average type II diabetes mellitus patients were 59.45 years old and most were male with education level of 33.3% elementary school and 33.3% high school. The average respondent also suffered from type II diabetes mellitus for 3.58 years with most respondents not working and not exercising. And the level of sensitivity of the foot in patients with type II diabetes mellitus that does not have the highest frequency is the dorsal foot of 25 people (41.67%), the first metatarsal head of 23 people (38.33%), Midfoot of the Medial section of 22 people (36.67), middle fingers 21 people (35%), 3rd metatarsal head as many as 20 people (33.33%), lateral midfoot as many as 20 people (33.33%), Heel as many as 18 people ( 30%), the pinky finger was 18 people (30%), the second metatarsal haed were 17 people (28.33%), and the lowest was the big toe with a frequency of 12 respondents (20%). Conclusion: Foot sensitivity in type II diabetes mellitus patients is lowest in the dorsal foot.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document