scholarly journals Penggunaan Geotextile Sebagai Perkuatan Pada Silinder Beton Mutu Normal

2021 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 507-517
Author(s):  
Febrialdo Pratama Salinding ◽  
Jonie Tanijaya ◽  
Benny Kusuma

Karena adanya transformasi beban suatu susunan pada infrastruktur bangunan dapat menerima beban  diluar rencana awal, untuk itu perlu dilakukan  perkuatan struktur agar struktur bangunan tetap aman. Dalam penelitian ini penggunaan serat woven & non woven pada beton baru diharapkan bisa menambah kuat tekan, kuat tarik belah dan  modulus elastisitas terhadap beton konvensional. Mix design penelitian ini menggunakan metode American Concrete Institute (ACI). Sampel uji berjumlah 36 kemudian dibagi menjadi 3 variasi. Hasil penelitian ini telah menunjukkan penambahan kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitas. Kuat tekan untuk woven meningkat 29,485% % dan non woven meningkat 7,296% %, kuat tarik belah untuk woven meningkat 24,633% dan non woven meningkat 5,285%., modulus elastisitas untuk woven meningkat 20,924% dan non woven meningkat 9,356% . Untuk perbandingan kedua material, woven lebih kuat daripada non woven.

2011 ◽  
Vol 57 (4) ◽  
pp. 357-371 ◽  
Author(s):  
S. Gopinath ◽  
A. Ramachandra Murthy ◽  
D. Ramya ◽  
Nagesh R. Iyer

Abstract This paper presents the details of optimized mix design for normal strength and high performance concrete using particle packing method. A critical review of mix design methods have been carried out for normal strength concrete using American Concrete Institute (ACI) and Bureau of Indian Standards (BIS) methods highlighting the similarities and differences towards attaining a particular design compressive strength. Mix design for M30 and M40 grades of concrete have been carried out using ACI, BIS and particle packing methods. Optimization of concrete mix has been carried out by means of particle packing method using EMMA software, which employs modified Anderson curve to adjust the main proportions. Compressive strength is evaluated for the adjusted proportions and it is observed that the mixes designed by particle packing method estimates compressive strength closer to design compressive strength. Further, particle packing method has been employed to optimize the ingredients of high performance concrete and experiments have been carried out to check the design adequacy of the desired concrete compressive strength.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 109-117
Author(s):  
Warsito Warsito ◽  
Anita Rahmawati

ABSTRAKBeton merupakan suatu material yang secara umum menjadi kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur konstruksi yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman, oleh sebab itu pemilihan beton sebagai bahan baku utama konstruksi bangunan sangatlah penting. Beberapa hal yang perlu ditinjau dalam pembuatan beton adalah harganya relatif murah, mudah diperoleh, memiliki kuat tekan tinggi serta mempunyai sifat tahan terhadap faktor kondisi lingkungan. Abu Ampas Tebu (AAT) adalah sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Ampas tebu sendiri merupakan hasil limbah buangan yang berlimpah dari proses pembuatan gula. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kuat tekan beton yang menggunakan serat bambu dan abu ampas tebu sebagai pengganti agregat halus dengan variasi tertentu yang mencapai 40%. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimen dan teknik analisa data menggunakan regresi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yang berupa variasi penggantian sebagian agregat halus menggunakan abu ampas tebu dan serat bambu. Hasil penelitian ini adalah beton dengan perbandingan komposisi campuran yang didapat sebelumnya dan hasil mix design beton normal maut sedang yaitu dengan besar kuat tekan fc’ 14,5 Mpa (K175) sampai dengan fc’17,15 Mpa (K210,6) yang kemudian ditambah dengan bahan AAT sebagai bahan penambah semen dan serat Bambu.Kata Kunci: Abu Ampas Tebu, Beton, Serat Bambu, Agregat ABSTRACTConcrete is a material that generally supports the community's need for construction of infrastructure facilities which is increasing along with the times. Selection of concrete as the main raw material for building construction is very important. There are benefits in making concrete such as low cost, ease to obtain, high compressive strength and resistancy to environmental conditions. Bagasse Ash (AAT) is the residue from the burning of sugarcane bagasse. Sugarcane bagasse itself is an abundant waste product from the sugar making processes. The purpose of this study was to determine the compressive strength of concrete using bamboo fibers and the AAT as a substitute for fine aggregate with certain variations reaching up to 40% with a concrete enhancer chemical aggregate. This research used the American Concrete Institute design method with a value of 0.40 and 0.45 on the concrete age of 28 days. Results found that the samples made were hard concrete with a comparison of the composition of the mixture obtained previously. Results of a normal deadly concrete mix design comprised with a large compressive strength fc '14.5 Mpa (K175) to fc '17, 15 Mpa (K210,6) which was then added to the AAT as aggregates in the cement and Bamboo fiber.Keywords: Bagasse Ash, Concrete, Bamboo, Aggregate


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Eka Faisal Nurhidayatullah

Beton merupakan material konstruksi yang bersifat getas. Kombinasinya dengan baja pada material beton bertulang menjadikan material beton yang getas getas menjadi daktail. Pada beton bertulang, beton bekerja menahan tekan sedangkan baja melawan tarik. Beton hanya bekerja pada serat tekan saja sedangkan selebihnya tidak berfungsi. Kelemahan beton tersebut mengakibatkan struktur beton bertulang mengalami retak lentur. Hal ini dikhawatirkan berpotensi menurunkan ketahanan strukturalnya. Untuk meminimalisir terjadinya retak maka kekuatan lentur (flexural strength) beton perlu ditingkatkan. Salah satu caranya yaitu dengan menambahkan bahan serat berkekuatan tarik tinggi ke dalam beton. Penelitian dilakukan dengan menggunakan serat baja canai dingin bergelombang sebagai bahan tambah pada beton. Dengan menambahkan material baja canai dingin yang dibuat berbentuk gelombang mampu meningkatkan kuat lentur dan ikatan beton. Pembuatan benda uji yang dilakukan yaitu beton normal, beton serat 1, 2, 3, 4, 5 & 6 %. Mix design dikerjakan dengan menggunakan metode American Concrete Institute (ACI). Pengujian kuat tekan dan lentur dilakukan setelah perawatan beton (curing) selama 28 hari. Pengujian dan analisis kuat tekan didasarkan pada SNI-1974-2011. Pengujian kuat lentur mengacu pada SNI-4431-2011 yang sedikit dimodifikasi dengan menambahkan baja tulangan polos ke dalam beton. Tegangan pada beton diketahui dengan analisis berdasarkan teori elastistas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak presentase bahan tambah serat baja canai dingin yang diberikan ke dalam campuran beton justru menurunkan kekuatan tekannya. Bahkan pada tambahan serat yang terlampau banyak yaitu presentase 5% dan 6% justru akan membuat kuat tekan beton berada di bawah kuat tekan beton rencana. Semakin banyak presentase bahan tambah serat baja canai dingin yang diberikan meningkatkan kuat lentur beton. Presentase optimum untuk kuat tekan yaitu pada 1% sedangkan kuat lentur adalah 6%.


Author(s):  
A. S. Adewuyi ◽  
K. H. Lasisi

To achieve a defined workability, strength and durability in construction works, concrete mixes are designed and this is done towards the selection and proportioning of constituents to produce a concrete with pre-defined characteristics both in fresh and hardened states. This study assesses the design of normal concrete mix based on the American Concrete Institute and Department Of Environment methods of mix. A characteristic strength of 20 N/mm2 was designed for using the two mix design methods. The concrete components used were tested for specific gravity; moisture content, particle size distribution, aggregate impact value, aggregate crushing value, slump test and compacting factor test and were found suitable. Two sets of concrete cubes (150 x 150 x 150 mm) each were cast using two mix designs. Compressive strengths were evaluated at 7, 14, 21, and 28 days of curing. The 28th day strengths of the two sets of concrete were found to be 30.5 N/mm2 and 29.5 N/mm2 for both DOE and ACI mix design methods which did not exceed the calculated targeted strength.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 109-117
Author(s):  
Warsito Warsito ◽  
Anita Rahmawati

ABSTRAKBeton merupakan suatu material yang secara umum menjadi kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur konstruksi yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman, oleh sebab itu pemilihan beton sebagai bahan baku utama konstruksi bangunan sangatlah penting. Beberapa hal yang perlu ditinjau dalam pembuatan beton adalah harganya relatif murah, mudah diperoleh, memiliki kuat tekan tinggi serta mempunyai sifat tahan terhadap faktor kondisi lingkungan. Abu Ampas Tebu (AAT) adalah sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Ampas tebu sendiri merupakan hasil limbah buangan yang berlimpah dari proses pembuatan gula. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kuat tekan beton yang menggunakan serat bambu dan abu ampas tebu sebagai pengganti agregat halus dengan variasi tertentu yang mencapai 40%. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimen dan teknik analisa data menggunakan regresi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yang berupa variasi penggantian sebagian agregat halus menggunakan abu ampas tebu dan serat bambu. Hasil penelitian ini adalah beton dengan perbandingan komposisi campuran yang didapat sebelumnya dan hasil mix design beton normal maut sedang yaitu dengan besar kuat tekan fc’ 14,5 Mpa (K175) sampai dengan fc’17,15 Mpa (K210,6) yang kemudian ditambah dengan bahan AAT sebagai bahan penambah semen dan serat Bambu.Kata Kunci: Abu Ampas Tebu, Beton, Serat Bambu, Agregat ABSTRACTConcrete is a material that generally supports the community's need for construction of infrastructure facilities which is increasing along with the times. Selection of concrete as the main raw material for building construction is very important. There are benefits in making concrete such as low cost, ease to obtain, high compressive strength and resistancy to environmental conditions. Bagasse Ash (AAT) is the residue from the burning of sugarcane bagasse. Sugarcane bagasse itself is an abundant waste product from the sugar making processes. The purpose of this study was to determine the compressive strength of concrete using bamboo fibers and the AAT as a substitute for fine aggregate with certain variations reaching up to 40% with a concrete enhancer chemical aggregate. This research used the American Concrete Institute design method with a value of 0.40 and 0.45 on the concrete age of 28 days. Results found that the samples made were hard concrete with a comparison of the composition of the mixture obtained previously. Results of a normal deadly concrete mix design comprised with a large compressive strength fc '14.5 Mpa (K175) to fc '17, 15 Mpa (K210,6) which was then added to the AAT as aggregates in the cement and Bamboo fiber.Keywords: Bagasse Ash, Concrete, Bamboo, Aggregate


Author(s):  
N. SATHEESHKANNA

Waste generated from industries and from various places around us not only contains rubber or plastics but contains lot many harmful pollutants whichare hazardous if disposed continuously in open and leftto degrade in our environment.Our project aims to study properties of different materials which may help in utilising the waste as well as improve the quality of roads and make them efficient, stable, durable and long lasting. Some of the materials that we have studied and considered to be tested in the partial replacement of bitumen are PMB and CRMB.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document