scholarly journals Studi Potensi Sifat Anti-Aging Ekstrak Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merrill) Varietas Detam 1 melalui Uji Antioksidan

WARTA AKAB ◽  
2021 ◽  
Vol 45 (2) ◽  
Author(s):  
Annissa Amalia ◽  
Ristiana Kusumawinahyu ◽  
Iin Ruliana Rohenti

Kulit merupakan bagian utama perlindungan tubuh perlindungan yang bersentuhan langsung dengan lingkungan. Salah satu faktor penyebab kerusakan kulit adalah paparan radikal bebas. Pencegahan terhadap berkembangnya radikal bebas dapat diatasi dengan menggunakan senyawa antioksidan yang saat ini banyak dimanfaatkan sebagai anti-aging pada berbagai produk kosmetik. Peneliti terdahulu menyebutkan bahwa kedelai hitam memiliki kandungan antioksidan isoflavon, polifenol total, flavonoid dan antosianin masing-masing dalam kadar 6,13 mg/g; 2,19 mg/g; 0,65mg/g. Selain itu, ekstrak kedelai hitam dianggap memiliki nilai antioksidan yang lebih baik dari kedelai kuning karena kandungan senyawa yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kedelai hitam berpotensi memiliki sifat antioksidan yang dapat dimanfaatkan sebagai anti-aging. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kedelai hitam dari varian detam 1. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium, yang meliputi uji susut pengeringan, uji skrining fitokimia, dan uji aktivitas antioksidan melalui metode DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan pembanding Vitamin C (Asam Askorbat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kedelai hitam detam 1 memiliki nilai susut pengeringan sebesar 7,90% dan positif terhadap adanya flavonoid, alkaloid, triterpenoid dan saponin. Hasil uji antioksidan menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak kedelai hitam sebesar 220,42 ppm dan tergolong memiliki sifat antioksidan sedang.

2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Diah Wardani ◽  
Dani Sujana

Telah dilakukan analisis kadar protein dan vitamin C dalam kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) dan kedelai kuning (Glycine max (L.) juga tahu dengan beberapa pengerjaan yang berbeda dengan rata-rata perbedaan kadar yang didapat selisih 1% lebih besar kadar kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) dibanding kedelai kuning (Glycine max (L.) Merrill) untuk persentasi kadar protein. Sedang untuk kadar vitamin C selisihnyaa tidak mencapai angka 1% namun tetap saja kadar tertinggi dimiliki oleh kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) maupun produk olahan tahunya. Pada Uji hedonik yang dilakukan terhadap tahu goreng kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) dan tahu goreng kedelai kuning (Glycine max (L.) didapatkan persentasi kesukaan para panelis sebesar 80,66% dan 6733%. Kata Kunci : Kedelai, Tahu Kedelai Kuning, Tahu Kedelai Hitam, Protein, Vitamin C. ABSTRACT We analyzed the levels of protein and vitamin C in the black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) and yellow soybean (Glycine max (L.) is also out with a few different treatments with an average difference of differences in levels gained 1% larger levels of black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) than yellow soybeans (Glycine max (L.) Merrill) to the percentage of protein content. Moderate to high levels of vitamin C difference not reach the 1% but still owned by the highest levels of black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) and processed him. Hedonic In the test conducted on the fried tofu black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) and fried tofu yellow soybean (Glycine max (L.) A percentage obtained by the panelists 80.66% and 6733%.


Author(s):  
R. W. Yaklich ◽  
E. L. Vigil ◽  
W. P. Wergin

The legume seed coat is the site of sucrose unloading and the metabolism of imported ureides and synthesis of amino acids for the developing embryo. The cell types directly responsible for these functions in the seed coat are not known. We recently described a convex layer of tissue on the inside surface of the soybean (Glycine max L. Merr.) seed coat that was termed “antipit” because it was in direct opposition to the concave pit on the abaxial surface of the cotyledon. Cone cells of the antipit contained numerous hypertrophied Golgi apparatus and laminated rough endoplasmic reticulum common to actively secreting cells. The initial report by Dzikowski (1936) described the morphology of the pit and antipit in G. max and found these structures in only 68 of the 169 seed accessions examined.


2017 ◽  
Vol 2 (02) ◽  
pp. 204-218
Author(s):  
Hendra Saputra ◽  
Intan Sari ◽  
Muhammad Arfah
Keyword(s):  

Penelitian tentang pengaruh pemberian Pupuk organik cair (POC) asal limbah tumbuhan terhadap serapan hara N dan P serta produksi tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) di lahan gambut telah dilaksanakan di kampus II Unisi Fakultas Pertanian Jl. Lintas Propinsi Parit 01, Desa Pulau Palas, Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau. Dimulai dari bulan Agustus sampai bulan Oktober 2013. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan POC asal limbah tumbuhan yang terbaik untuk serapan hara N dan P serta produksi tanaman kedelai di lahan gambut. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan, 2 tanaman dijadikan sampel. Perlakuan dosis POC limbah tanaman pisang dan POC limbah sayur kol yang diberikan yaitu 0 L/Ha, 200 L/Ha, 400 L/Ha dan 600 L/Ha. Parameter pengamatan yaitu : serapan hara N dan P pada fase awal generatif, tinggi tanaman, jumlah bintil akar, polong hampa, produksi perplot, berat 100 biji dan brangkasan kering. Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Lanjut Tukey HSD pada taraf 5%. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pemberian POC asal limbah tumbuhan tidak berpengaruh nyata terhadap serapan hara N dan P, tinggi tanaman, jumlah bintil akar, polong hampa, brangkasan kering tetapi berpengaruh nyata terhadap produksi perplot dan berat 100 biji.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 96
Author(s):  
Siti Wahyuni ◽  
Umi Trisnaningsih ◽  
Meilina Prasetyo
Keyword(s):  

1970 ◽  
pp. 09
Author(s):  
K. SANKAR GANESH ◽  
P. SUNDARAMOORTHY

Heavy metals are one of the most important pollutants released to the aquatic environment by the various industrial activities. The use of these wastewater for irrigation results accumulation of heavy metals in soil and plants. So, the present investigation deals with the various concentrations (0, 5, 10, 25, 50, 100, 200 and 300 mg/l) of copper and zinc on germination studies of soybean. The different concentrations of copper and zinc were used for germination studies. The seedlings were allowed to grow upto seven days. The studied morphological traits increased at 5 mg/l concentration and these parameters are gradually decreased with the increase of copper and zinc concentrations.


2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Fadilah Ramadhani ◽  
Memen Surahman ◽  
Andri Ernawati
Keyword(s):  

<p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga jenis kemasan yaitu kemasan hermetik, jeriken plastik dan karung </em><em>beralas </em><em>plastik terhadap mutu fisik maupun fisiologis benih kedelai (Glycine max (L.) Merrill) varietas Anjasmoro selama penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan </em><em>Januari</em><em> sampai </em><em>Juli</em><em> 2016. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Faktor perlakuan yang digunakan adalah jenis kemasan (P) yang terdiri atas tiga taraf yaitu kemasan hermetik (P1), jeriken plastik (P2), dan karung </em><em>beralas </em><em>plastik (P3). Penyimpanan dilakukan selama 6 bulan dan diamati setiap bulan terhadap variabel kadar air, daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan bobot kering kecambah normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis kemasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap mutu fisik maupun fisiologis benih kedelai varietas Anjasmoro selama penyimpanan. Perlakuan jenis kemasan dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai hingga bulan ke-2 penyimpanan. Hasil tersebut menunjukan bahwa benih kedelai dapat disimpan selama 4 bulan setelah panen.</em></p>


2014 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 34
Author(s):  
Nitasari Dwi Anggraeni ◽  
Faiza C Suwarno
Keyword(s):  

<p><em>Lot benih dengan tingkat viabilitas yang berbeda 60–80% dibutuhkan dalam penelitian invigorasi untuk meningkatkan vigor benih dan hasil panen. Percobaan laboratorium dilakukan untuk menentukan metode pengusangan cepat dengan larutan etanol 96% yang dapat menghasilkan tingkat viabilitas benih kedelai (Glycine max L.) yang diinginkan dan mengetahui vigor daya simpan benih tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2012 sampai Mei 2013. Benih kedelai verietas Gema, Burangrang, dan Ijen diberi perlakuan lama perendaman dalam larutan etanol 96%.  Benih yang telah diusangkan diuji viabilitasnya dengan metode UKD-dp. Benih dengan tingkat viabilitas yang diinginkan, P<sub>20</sub> dan P<sub>40</sub>,</em><em> disimpan  pada dua kondisi simpan, </em><em>27–30 <sup>0</sup>C dengan RH 61–72% dan 22–27<sup>0</sup>C dengan RH 58-74%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Gema, </em></p> <p><em>Burangrang, Ijen dengan tingkat viabilitas 80% P<sub>20</sub> dapat diperoleh dengan merendam benih didalam larutan etanol 96% berturut-turut selama 22 menit 31.8 detik, 22 menit 58.8 detik, 15 jam 19.8 menit sedangkan untuk tingkat viabilitas 60% P<sub>40</sub></em> <em>diperoleh dengan lama perendaman berturut-turut selama 99 menit 27.6 detik, 109 menit 34.2 detik, 40 jam 4.8 menit. Benih kedelai dengan tingkat viabilitas P<sub>20</sub> dan P<sub>40</sub> dapat mempertahankan vigor daya simpan (V<sub>DS</sub>) selama 8 minggu pada kedua kondisi simpan.</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document