CHEESA Chemical Engineering Research Articles
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

47
(FIVE YEARS 35)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pgri Madiun

2615-2347, 2614-8757

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 82
Author(s):  
Titan Obby Pangestu ◽  
Savira Farizqy Damayanti ◽  
Sintha Soraya Santi ◽  
Srie Muljani

<p class="PageNumber1">Cangkang bekicot memiliki potensi sebagai bahan baku sintesis kalsium fosfat karena kandungan kalsium yang sangat tinggi, yaitu sekitar 99 %. Kalsium fosfat dapat diaplikasikan sebagai biomaterial karena sifatnya yang sama dengan jaringan penyusun tulang. Pada saat ini kebutuhan akan biomaterial sangat tinggi dan telah memberi dampak yang cukup besar terutama dalam bidang kedokteran ortopedi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik kalsium fosfat dengan menggunakan bahan baku cangkang bekicot. Penelitian ini dilakukan dengan metode presipitasi dengan variasi pH dan suhu sintering. Cangkang bekicot di kalsinasi pada suhu 900<sup> o</sup>C lalu di campurkan dengan larutan asam fosfat sesuai dengan rasio molar Ca/P 1,67. Pengendapan kalsium fosfat dilakukan saat proses presipitasi dengan penambahan NaOH untuk mengatur pH pada rentang 11 dan 12. Selanjutnya dilakukan proses sintering pada suhu 600, 700, 800, dan 900<sup> o</sup>C. Karakterisasi kalsium fosfat yang dihasilkan menggunakan XRF, XRD, dan SEM. Hasil penelitian menunjukkan perolehan hidroksiapatit (Hap) mencapai 100% pada pH 12, dan suhu 600<sup> o</sup>C dengan struktur kristal amorf.</p>


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Indri Susanti ◽  
Rendy Muhamad Iqbal ◽  
Rahadian Abdul Rachman ◽  
Tri Agusta Pradana

<p class="E-JOURNALAbstractBodyEnglish">Methylene blue is the most widely used dye in the industry and it is difficult to be degraded by the microorganism. This research aims to investigate the photocatalytic activity and effects of contact time on the photocatalytic degradation rate of methylene blue by TiO<sub>2</sub>/Zeolite-NaY and TiO<sub>2</sub>-N/Zeolite-NaY material based on the kinetic study. The Advanced Oxidative Process (AOP) method was used to degrade methylene blue. Furthermore, the AOP is a degradation process that uses semiconductor material such as TiO<sub>2</sub> or modification catalyst of TiO<sub>2 </sub>to be TiO<sub>2</sub>/Zeolite-NaY and TiO<sub>2</sub>-N/Zeolite-NaY. The degradation of methylene blue with catalyst TiO<sub>2</sub>/Zeolite-NaY and TiO<sub>2</sub>-N/Zeolite-NaY were tested under UV light for 5, 20, 30, 40, and 50 minutes. The result showed that TiO<sub>2</sub>/Zeolite-NaY and TiO<sub>2</sub>-N/Zeolite-NaY had an excellent activity for degrading the dye, which reached up to 99% after 20 and 30 minutes reaction, respectively. Also, a kinetic study of methylene blue degradation on TiO<sub>2</sub>/Zeolite-NaY and TiO<sub>2</sub>-N/Zeolite-NaY showed the kinetic models were according to pseudo-second-order.</p>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Muhrinsyah Fatimura ◽  
Reno Fitriiyanti
Keyword(s):  

<p>Distilasi <em>steam</em>  merupakan salah satu metode ekstraksi minyak atsiri dengan <em>steam</em> yang dihasilkan berasal dari <em>boiler</em>. Ekstraksi minyak atsiri kemangi berdasarkan perbedaan tekanan uap komponen penyusun tanaman tersebut. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh variasi laju kondensat terhadap volume kondensat, rendemen, dan karakteristik minyak kemangi yang dihasilkan. Penelitian ini merancang alat Distilasi <em>steam</em> dengan variabel bebas massa kemangi 2 kg, 4 kg, 6 kg dan laju alir kondensat 0,0831 mL/s, 0,329 mL/s, 0,4023 mL/s serta variabel tetap kondisi operasi <em>boiler</em> pada tekanan &lt;1 kg/cm<sup>2</sup> dengan temperatur 95 <sup>o</sup>C dan lama Distilasi 120 menit. Hasil penelitian minyak atsiri kemangi berbentuk cair, berwarna kuning, rasanya kelat dan berbau khas kemangi, massa jenis 0,9524 g/mL, indeks bias 1,4622, kelarutan dalam alkohol 95% 1:1, bilangan asam yang di dapat 0,6067 mgKOH/g. Karakteristik ini masih memenuhi standar yang di tetapkan <em>Essential Oil Association </em>(EOA) hanya indeks bias yang masih dibawah paremeter EOA. Volume kondensat paling banyak 2.886,20 mL pada massa kemangi  2 kg, dengan rendemen  sebesar 0,1155%  pada laju alir kondesat 0,4023 mL/s.</p>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Ngatijo Ngatijo ◽  
Nurul Gusmaini ◽  
Restina Bemis ◽  
Rahmat Basuki
Keyword(s):  

<p>Nanopartikel magnetit merupakan suatu material dengan sifat magnet yang stabil dan memiliki luas permukaan tinggi. Penyalutan nanopartikel magnetit dengan asam humat (AH) dilaporkan dapat meningkatkan stabilitas, kapasitas adsorpsi, dan kemudahan pemisahan pasca adsorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis Nanopartikel Magnetit tersalut Asam Humat (NpMAH) dengan metode ko-presipitasi dan menentukan parameter adsorpsinya sebagai adsorben <em>Methylene Blue</em> (MB) dengan metode <em>batch</em>. Keberhasilan sintesis ditunjukkan oleh karakterisasi NpMAH dengan FT-IR, XRD, SEM, dan VSM. Parameter isoterm adsorpsi mengindikasikan bahwa adsorpsi terjadi secara lapis tunggal dengan kapasitas adsorpsi sebesar 56,96 mg/g dan energi adsorpsi sebesar 26,31 kJ/mol pada pH optimum 6,0. Parameter kinetika menunjukkan bahwa adsorpsi mengikuti model kinetika Ho (<em>pseudo</em> orde kedua) dengan konstanta laju adsorpsi (<em>k<sub>Ho</sub></em>) sebesar 12688,71 g/molmenitdan perhitungan MB yang teradsorpsi pada kesetimbangan (<em>q<sub>e</sub></em>) sebesar 2,96×10<sup>-5</sup> mol/g. Perhitungan energi adsorpsi menggunakan model kinetika Santosa dan RBS berturut-turut 25,67 kJ/mol dan 41,25 kJ/mol.</p>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
Dimas Frananta Simatupang ◽  
Yunianto Yunianto ◽  
Erwin Dani Winata Sihaloho
Keyword(s):  

<p class="E-JOURNALAbstractBody">PT. A<span lang="EN-US">GS Medan </span>merupakan <span lang="EN-US">pabrik</span> yang bergerak dalam produksi pupuk NPK yang <span lang="EN-US">s</span>alah satu produk<span lang="EN-US">nya</span>adalah formula 12.12.17<span lang="EN-US"> dengan komposisi</span> 12% unsur <span lang="EN-US">nitrogen</span>, 12% unsur <span lang="EN-US">fosfor dan</span>17% unsur <span lang="EN-US">kalium</span>. Salah satu tahap<span lang="EN-US">an</span> dalam proses pembuatan pupuk NPK yaitu proses pengeringan<em>. </em>Jenis <em>dryer</em> yang digunakan adalah <em>rotary dryer</em> dengan putaran 5 rpm dan kemiringan 20<sup>o</sup>. Pengering yang digunakan adalah udara panas yang berasal dari pembakaran batu bara <span lang="EN-US">jenis </span><em>bitminious</em> di dalam <em>furnace</em><em><span lang="EN-US">.</span></em><span lang="EN-US">Untuk menentukan jumlah batu bara yang dibutuhkan dalam proses pengeringan pupuk NPK sebagai bahan bakar </span><em><span lang="EN-US">furnace</span></em><span lang="EN-US"> maka diperlukan perhitungan jumlah panas. Pengambilan sampel, analisis kadar air dan suhu serta menghitung panas dengan prinsip neraca massa dilakukan dalam penelitian ini. </span>Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan untuk mengeringkan pupuk NPK dengan kapasitas pupuk NPK 7000 kg/jam dibutuhkan energi sebesar 6136<span lang="EN-US">268</span>,<span lang="EN-US">402</span>Kkal/jam. Jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengeringkan pupuk NPK adalah sebesar 789,<span lang="EN-US">219</span>kg/jam. </p>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Lidya Elizabeth ◽  
Okky Indra Putra ◽  
Marthen Luther Doko
Keyword(s):  

<p class="E-JOURNALBody">Gas alam merupakan energi <span lang="EN-US">yang </span>ramah lingkungan<span lang="EN-US"> dibandingkan batu</span><span lang="EN-US">bara dan minyak bumi</span>. <span lang="EN-US">Pencairan gas alam memudahkan pengangkutan pada jarak jauh. Tujuan pemodelan dan simulasi pencairan gas alam ini yaitu mengetahui pengaruh temperatur dan tekanan pada masukan kompresor. Simulasi dilakukan secara statis dan dinamis. </span>Metode simulasi pencairan gas alam <span lang="EN-US">menggunakan perangkat </span>Matlab dengan persamaan keadaan Peng Robinson dan aturan campuran (<em>mixing rules</em>). Pemodelan stati<span lang="EN-US">s</span><span lang="EN-US">dilakukan pada t</span>emperatur masukan gas alam 298 K dan tekanan 20 atm. Hasil simulasi menunjukkan gas alam mengalami pencairan pada siklus kedua. <span lang="EN-US">T</span>emperatur gas alam <span lang="EN-US">siklus pertama mencapai 1</span>82 K<span lang="EN-US"> sedangkan </span>kedua 112 K.<span lang="EN-US"> Pemodelan dinamis memvariasikan temperatur masukan kompresor pada komposisi gas alam tetap dan variasi komposisi gas metana pada temperatur masukan kompresor tetap. Hasil menunjukkan semakin tinggi temperatur masukan kompresor</span>,<span lang="EN-US"> semakin tinggi temperatur keluaran kompresor akhir dan <em>throttling valve</em>. Pada variasi komposisi gas metana, semakin besar komposisi gas metana maka semakin rendah suhu keluaran kompresor.</span></p>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Vibianti Dwi Pratiwi ◽  
Iman Mukhaimin
Keyword(s):  

<p class="E-JOURNALAbstractBody">Penggunaan energi biomassa sebagai sumber energi alternatif terbarukan diupayakan untuk mengurangi emisi CO<sub>2</sub>. Ampas kopi merupakan limbah biomassa yang dihasilkan dari proses produksi yang digunakan sebagai raw material dalam pembuatan biobriket. Limbah biomassa mempunyai calorific value yang relatif tinggi jika diolah menjadi biobriket dengan perekat. Jenis perekat yang digunakan adalah tepung tapioka dan getah pinus dengan komposisi tepung tapioka yang digunakan 0%, 10% dan 20% sedangkan jumlah perekat getah pinus 0%, 10%, 20%, dan 40%. Dengan mengetahui pengaruh jenis dan jumlah perekat dalam pembuatan biobriket menggunakan metode torefaksi, diharapkan limbah ampas kopi dapat menjadi biomassa sebagai energi alternatif. Penelitian dilakukan pada suhu torefaksi yaitu 200 <sup><span lang="EN-US">o</span></sup>C, 250 <sup><span lang="EN-US">o</span></sup>C dan 300 <sup><span lang="EN-US">o</span></sup>C. Suhu torefaksi yang optimal untuk pembuatan biobriket dari ampas kopi adalah 300 <sup><span lang="EN-US">o</span></sup>C dengan perekat getah pinus 40% yang menghasilkan biobriket lebih padat dan tidak mudah hancur dengan nilai kalori sebesar 6124 kal/gr.</p>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Surahman Latif Sahendra ◽  
Ridha Aulia Hamsyah ◽  
Khalimatus Sa'diyah

<p>Limbah cair seringkali dibuang ke sungai tanpa pengolahan yang memadai sehingga bahan-bahan organik yang terkandung di dalamnya cukup tinggi yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Adsorpsi merupakan salah satu cara untuk mengurangi kandungan bahan-bahan organik pada limbah cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio massa dan waktu kontak adsorben campuran dari kotoran sapi dan ampas tebu terhadap parameter pengolahan limbah cair pabrik gula. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah nilai COD, BOD, TSS, dan pH. Variasi rasio massa adsorben terhadap volume air limbah yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, sedangkan variasi waktu kontak adsorben terhadap sampel air limbah adalah 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Penurunan nilai COD dan TSS terbaik pada rasio adsorben 3% dan waktu kontak 3 jam. Nilai BOD mengalami kenaikan pada semua variabel tetapi tidak melebihi baku mutu limbah cair. Hasil penelitian terbaik diperoleh nilai COD 12 mg/L, TSS 26,67 mg/L, pH 6 dan BOD 28,72 mg/L. </p>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Hasrul Anwar ◽  
Tri Widjaja ◽  
Danawati Hari Prajitno

Jerami padi adalah salah satu limbah pertanian yang melimpah di Indonesia yang dapat digunakan sebagai sumber lignoselulosa untuk produksi biogas. Salah satu metode untuk meningkatkan produksi biogas adalah dengan menambahkan cairan rumen dan kotoran sapi. Penelitian ini membandingkan produksi biogas pada cairan rumen sapi (JP-R) dan campuran cairan rumen dan kotoran sapi (JP-RKS). Percobaan ini dilakukan dalam reaktor <em>batch</em> anaerob selama 30 hari dengan volume kerja 3,6 L pada suhu mesofilik. Parameter yang diukur pada penelitian ini seperti asam lemak volatil (VFA), <em>Chemical Oxygen Demand</em> (COD), total padatan (TS), volatil padatan (VS), dan komposisi biogas. COD JP-R dan JP-RKS masing-masing adalah  54,21 % dan 49,44%. <em>Yield</em> metana untuk JP-R dan JP-RKS masing-masing adalah 0,48 Nm<sup>3</sup>/kgCOD<sub>removal </sub>dan<strong> </strong>0,015 Nm<sup>3</sup>/kgCOD<sub>removal</sub>. Komposisi biogas pada JP-R  adalah 47,97% CH<sub>4</sub>, 7% CO<sub>2</sub> dan 0,44% H<sub>2</sub>, sedangkan pada JP-RKS komposisi biogas adalah 23,34% CH<sub>4</sub>, 10,06% CO<sub>2, </sub> dan 0,39% H<sub>2</sub>.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Meilisa Rusdiana Surya Efendi ◽  
Sri Sumarsih ◽  
Novia Fajarwati
Keyword(s):  

<p>Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fenantren terhadap aktivitas enzim katabolik pada <em>Pseudomonas putida</em> TI (8). Isolat ditumbuhkan pada media Air Mineral Sintetis<em> </em>(AMS) dengan penambahan 1% fenantren. Enzim katabolik diuji aktivitasnya terhadap fenantren. Uji aktivitas enzim ditentukan berdasarkan penurunan absorbansi NADH pada panjang gelombang 340 nm. Satu unit aktivitas enzim dinyatakan sebagai jumlah enzim yang membutuhkan 1 µmol NADH untuk mengoksidasi substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat dapat tumbuh menggunakan fenantren hingga 10 hari inkubasi. Aktivitas enzim katabolik tertinggi terhadap fenantren pada inkubasi hari ke 8 sebesar 5,391 U/mL. Penambahan 1% hidrokarbon poliaromatik dapat meningkatkan aktivitas enzim sebesar 10 kali, hal ini menunjukkan bahwa enzim katabolik pada <em>Pseudomonas putida</em> TI (8) merupakan enzim induktif.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document