caesalpinia sappan
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

321
(FIVE YEARS 123)

H-INDEX

24
(FIVE YEARS 4)

2021 ◽  
pp. 156
Author(s):  
Dina Yuspita Sari ◽  
Ika Ristia Rahman
Keyword(s):  

Hair tonic merupakan kosmetik perawatan rambut yang berfungsi untuk mengurangi rambut rontok, merangsang, dan meningkatkan volume rambut. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman yang potensial dikembangkan menjadi zat aktif pada produk hair tonic karena mengandung senyawa flavonoid, pilofenol, termasuk brazilin yang dimanfaatkan untuk merawat rambut dari kerusakan. Untuk menjamin keamanan produk hair tonic, diperlukan uji keamanan, meliputi uji iritasi pada kulit dan mata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keamanan formula hair tonic ekstrak etanol, fraksi etanol, dan fraksi kloroform-metanol dari kayu secang. Ekstrak etanol, fraksi etanol, dan fraksi kloroform-metanol kayu secang diformulasi ke dalam sediaan hair tonic. Pengujian keamanan hair tonic, meliputi: uji iritasi primer dan uji iritasi mata menggunakan metode HET-CAM. Berdasarkan uji iritasi primer, skor eritma dan edema pada kulit didapatkan nilai PII 0 (kategori tidak mengiritasi). Uji HET-CAM pada ketiga formula hair tonic, kontrol positif dan kontrol negatif, menunjukkan bahwa pada kontrol positif (asam laktat) menghasilkan skor iritasi sebesar 9,51 (kategori iritasi kuat); kontrol negatif (NaCl 0,9 %) dan ketiga formula hair tonic memiliki skor iritasi 0 (kategori tidak terjadi iritasi). Hal tersebut mengindikasikan bahwa formula hair tonic dari ekstrak etanol, fraksi etanol, dan fraksi kloroform-metanol kayu secang tidak mengiritasi dan aman digunakan. Kata kunci: HET-CAM, kayu secang, uji iritasi primer


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 102
Author(s):  
Nabella Dwitarani ◽  
Rafiqi Rajauddin Amin ◽  
Titik Mardiyanti Sofyah ◽  
Disfanya Nichelen Ramadhani ◽  
Suyatno Sutoyo
Keyword(s):  

Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Ekstrak etanol kayu secang diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Sediaan dalam bentuk ekstrak memiliki bioavailabilitas yang rendah karena rendahnya kelarutan dalam air dan tidak stabil terhadap faktor lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memformulasikan ke dalam sediaan nanopartikel. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis dan karakterisasi nanoherbal ekstrak etanol kayu secang menggunakan metode gelasi ionik. Ekstrak kayu secang diformulasi dalam bentuk nanopartikel dengan perbandingan kitosan-Na-TPP yaitu 1:1 (F1), 3:2 (F2), dan 2:1 (F3). Nanoherbal hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan zetasizer nano untuk menentukan ukuran partikel dan potensial zeta serta spektroskopi infra merah (FTIR). Hasil penelitian menunjukkan nanoherbal F1 memiliki ukuran partikel yang memenuhi syarat sebagai nanopartikel (900,8 nm) dan memiliki potensial zeta sebesar +529,6 mV. Spektrum IR mendukung terjadinya nanopartikel herbal yang ditunjukkan oleh pergeseran bilangan gelombang vibrasi ulur gugus –OH (3297 cm-1 ke 3197 cm-1), vibrasi tekuk gugus –NH (1582 cm-1 ke 1557 cm-1), serta munculnya puncak vibrasi gugus fosfat pada bilangan gelombang 1071 cm-1.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 195-200
Author(s):  
Agus Purnomo ◽  
Muhammad Thohawi Elziyad Purnama ◽  
Faisal Fikri

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi khasiat sediaan topikalekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L.) padakepadatan kolagen tikus albino dengan luka insisi. Sebanyak 20 ekor tikus albino jantan dibagi secara acak menjadi lima kelompokdengan masing-masing empat ulangan,yakni(K-) diberi basis salep, (K+) diberi povidone iodine 10%, (P1, P2, P3) diberi salep ekstrak kayu secang konsentrasi 6,5%, 15%, dan 30%. Luka insisi dilakukan sepanjang 1 cm pada daerah dorsal. Terapidiberikan pada luka sekali dalam sehari selama 14hari. Jaringan kulit dipreservasi dan diperiksa dengan pewarnaan rutin Hematoksilin Eosin (HE). Data didapat dengan cara skoring laludianalisisdengan uji Kruskal-Wallisdilanjutkan dengan uji Mann-Whitney(p<0,05).Hasil kepadatan kolagen padaP1 menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) denganK-, K+, P2, dan P3.Sementara itu tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) antara K-, K+, P2 dan P3. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol kayu secang6,5% dapat meningkatkan rata-rata kepadatan kolagen tikus albino dengan luka insisi. Kata kunci: kayu secang, kolagen, luka insisi


Heliyon ◽  
2021 ◽  
pp. e08561
Author(s):  
Eem Masaenah ◽  
Berna Elya ◽  
Heri Setiawan ◽  
Zahra Fadhilah ◽  
Febrika Wediasari ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 16 (11) ◽  
pp. 1934578X2110399
Author(s):  
Bing Liu ◽  
Hao Lian

Objectives: Caesalpinia Sappan L. is a traditional Chinese medicine with a long history. Recent studies have confirmed that Sappan has an antitumor effect, but its specific mechanism is still unclear. Methods: In this study, we used network pharmacology to predict the target and signal pathway of Sappan. In addition, the Cancer Genome Atlas and cancer cell lines encyclopedia large-scale genomic databases were used to analyze the relationship between different subtypes of Akt. Based on molecular docking technology, the interaction mode between small molecule compounds and protein targets was explored. Finally, we studied the effect of Sappan on Akt protein expression by Western blot in vitro. Results: AKT1 and AKT2 were significantly expressed in breast cancer cells, but they were significantly different from AKT3. Finally, molecular docking analysis showed that (3R,5R)-1,3,4,5-tetrakis(((E)-3-(3,4-dihydroxyphenyl)acryloyl)oxy)cyclohexane-1-carboxylic acid had a very ideal binding mode with Akt. Subsequent experiments showed that Sappan extract could induce apoptosis of HepG2 cells in a dose-dependent manner, and down regulate the phosphorylation level of Akt protein thr308 in a dose-dependent manner. Conclusions: This study provides new ideas for Sappan's anticancer research through the strategy of system pharmacology.


Author(s):  
Mithun Singh Rajput ◽  
Nilesh Prakash Nirmal ◽  
Srushti Jagdish Nirmal ◽  
Chalat Santivarangkna
Keyword(s):  

Author(s):  
Nyi Mekar Saptarini ◽  
Dytha Andri Deswati

Sappan wood (Caesalpinia sappan L.) is used as an analgesic and antipyretic by the Indonesian people, empirically. The aim of this study was to determine the analgesic and antipyretic activity of ethanolic extract of sapan wood leaves in Webster mice as experimental animals. The writhing method was used to determine the analgesic activity in acetic acid-induced mice with mefenamic acid as a positive control. The temperature reduction method was used to determine the antipyretic activity in yeast-induced mice with paracetamol as a positive control. One-way ANOVA was conducted for statistical analysis, followed by Tukey-Kramer post hoc test. Phytochemical screening showed that sappan wood contains alkaloids, flavonoids, saponins, monoterpenoids, and sesquiterpenoids. The optimum dose of analgesic and antipyretic activity was 6.3 mg and 8.4 mg/20 g BW of mice, respectively. The conclusion was ethanolic extract of sappan wood leaves has analgesic and antipyretic activities.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document