indonesian family life survey
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

78
(FIVE YEARS 48)

H-INDEX

6
(FIVE YEARS 1)

2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 118-126
Author(s):  
Ahmad Aswal Liambo ◽  
Sudarto Ronoatmodjo ◽  
Miftahul Jannah

Latar Belakang: Prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia sebesar 25,8% dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1% pada tahun 2013. Tujuan: Mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi aktivitas fisik kurang aktif dan hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia berdasarkan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. Metode: Populasi adalah seluruh penduduk dewasa (≥18 tahun) sebanyak 26.043 responden. Variabel yang dianalisis meliputi hipertensi, aktivitas fisik, umur, jenis kelamin, pendidikan, obesitas, merokok dan tempat tinggal. Kriteria hipertensi menggunakan pedoman JNC-7 (140/90 mmHg), aktivitas fisik diukur berdasarkan kebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiri dari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariat menggunakan cox regression. Hasil: Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 24,09%, proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68% dan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (P value 0,0001). Kesimpulan: Penduduk yang memiliki aktivitas fisik kurang aktif berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yang memiliki aktivitas fisik aktif (PR: 1,15; 95% CI: 1,09-1,21). Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan fisik dengan jalan kaki minimal selama 30 menit setiap harinya.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Fariza Zahra Kamilah ◽  
Farhan Habibie ◽  
Gina Ridhia Rahma ◽  
Mohammad Naufal Faisal Sofyan ◽  
Nurma Sari Isnaini ◽  
...  

Background: Diabetes mellitus (DM) is a disease of excessive blood sugar levels. Data from the Indonesian Ministry of Health shows that several DM survivors have had DM for over 15 years reached 19.98 million or 10.9% of the Indonesian population in 2019 with population data according to the Central Bureau of Statistics Republic of Indonesia. This research aimed to determine factors affecting DM in Indonesia. Method: This was a study with a cross-sectional design. The data used in this study came from the fifth wave of the Indonesian Family Life Survey (IFLS). A total of 34,257 individuals aged 14 or over as samples. The dependent variable was diabetes mellitus, while independent variables were obesity, hypertension, quality of sleep, and socio-economic factors. The data measurement was performed by logistic regression.  Results: The research found that obesity, hypertension, and poor sleep quality will increase the risk of DM and also the risk will increase due to socio-economic factors like age, education, household income, urban, and marital status. Conclusion: This study found that the driving force for DM in Indonesia is obesity, hypertension, and sleep quality.


HEARTY ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Fitri Khoiriyah Parinduri ◽  
Kusharisupeni Djokosujono ◽  
Siti Khodijah Parinduri

Peningkatan prevalensi obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif dan menurunnya derajat kesehatan seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Septiyanti dan Seniwati (2020) menunjukkan bahwa pada umumnya obesitas dan obesitas sentral meningkat seiring dengan pertambahan usia, dengan prevalensi tertinggi berada pada usia 40-59 tahun.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan terhadap kejadian Obesitas Sentral di daerah urban dan rural di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian <em>cross-sectional</em> dengan menggunakan data sekunder Indonesia Famiy Life Survey 5 Tahun 2014/2015. Responden dalam penelitian ini adalah dewasa usia 40-50 tahun sebanyak 9.513 responden yang terbagi menjadi 5.597 di daerah urban dan 3.916 di daerah rural. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tempat wilayah(urban/Rural), jenis kelamin, pendidikan, konsumsi buah, konsumsi sayur, konsumsi <em>fast food</em>, konsumsi makanan manis, konsumsi gorengan, aktivitas fisik, dan merokok dengan obesitas sentral. Faktor yang paling dominan terhadap kejadian obesitas sentral di Indonesia adalah tempat wilayah responden. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan lebih mengoptimalkan kembali sosialisasi dan edukasi  terkait Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) khusunya di daerah urban serta mengoptimalkan lingkungan tempat wiayah yang mendukung hidup sehat.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 79
Author(s):  
Nada Herdalena ◽  
Amrina Rosyada

Salah satu penyebab kematian ibu adalah anemia yang mencerminkan meningkatnya kebutuhan akan zat besi pada kehamilan. Suplementasi selama kehamilan adalah kunci dari intervensi untuk mengurangi anemia pada kehamilan. Kepatuhan ibu yang rendah dalam mengonsumsi suplementasi tablet Fe dikenal sebagai salah satu masalah utama   keefektifan program intervensi ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey 5 dengan desain studi cross sectional dengan sampel sebesar 1.923 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data penelitian menggunakan analisis complex samples yang terdiri dari tiga tahap yaitu univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakpatuhan konsumi tablet Fe ditemukan pada 1.226 responden (63,8%).  Hasil penelitian ini menunjukan status kerja, wilayah tempat tinggal, frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC), masalah kesehatan kronis, pendapatan keluarga, dan tipe keluarga berhubungan dengan kepatuhan konsumi tablet Fe, dan variabel frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) merupakan variabel yang paling dominan dengan besar Prevalence Ratio (PR) sebesar 4,661 (95%CI = sebesar 3,620-6,502). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC) merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe setelah dikontrol vaiabel status kerja, wilayah tempat tinggal, pendapatan keluarga, tipe keluarga, dan masalah kesehatan kronis. Saran penelitian agar tenaga kesehatan perlu membuat program pengawasan, melalui buku monitoring konsumi tablet Fe berbasis keluarga dan kader.Kata Kunci : Determinan faktor, frekuensi kunjungan  anc, ifls, kepatuhan ,tablet fe


2021 ◽  
Vol 42 (1_suppl) ◽  
pp. S21-S38
Author(s):  
Yohanes Sondang Kunto ◽  
Hilde Bras

Background: Previous studies have shown that sibling inequalities in overweight vary across contexts. Furthermore, research on the extent to which parental factors such as mother’s education can compensate for or reinforce such disparities is considerably rare. Objective: This study analyzes to what extent and how the chances of overweight among children (0-19 years of age) vary systematically by gender, birth order, and number of siblings. We also look at whether mother’s education buffers or aggravates sibling inequalities in overweight. Methods: Data were from the fifth wave of the Indonesian Family Life Survey-5 2014/2015, which comprised 6723 children born in 4784 families. We applied within-family centered birth order dummies to disentangle the effects of birth order from those of number of siblings. Cluster-robust logistic regressions were conducted. Results: Overweight occurred more in eldest and youngest children, and in children of smaller families. Mother’s education amplified sibling inequalities. Odds of overweight in children increased along with more years of education the mothers had. This was greater for boys and eldest children. Further analyses indicated that boys whose mothers spent more years in school consumed high-calorie foods more often. Conclusion: The overall results indicate that mother’s education aggravates sibling inequalities in overweight. Nutrition interventions to reduce overweight in children should target the eldest and the youngest children and children of smaller families. Mothers who had more school years, and particularly their sons, should also be in the target group. Boys should be advised to consume high-calorie foods less often.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Fajar Nugraha ◽  
Riki Relaksana ◽  
Adiatma Y.M Siregar

Indonesia:Obesitas merupakan fenomena serius di berbagai negara, terutama negara berkembang termasuk di Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2016 terdapat 2,8 juta orang yang meninggal akibat masalah obesitas, sedangkan menurut Departemen Kesehatan Indonesia prevalensi Obesitas di Indonsia pada tahun 2018 mencapai angka 21,8%. Salah satu faktor penyebab obesitas adalah faktor sosial ekonomi, namun sering terdapat perbedaan mengenai pengaruh status sosial ekonomi terhadap obesitas di negara berkembang dan negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan dari status sosial ekonomi terhadap berat badan lebih dan obesitas. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014 dengan usia lebih dari 18 tahun dengan model Ordered Logistic Regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik individu dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mengalami berat badan lebih dan obesitas. Oleh karena itu, perlu meningkatkan sosialisasi program layanan kesehatan di lingkungan masyarakat dan sekolah terkait bahaya obesitas guna meningkatkan pengetahuan, membangun kesadaran, dan merubah pola hidup menjadi lebih sehat.English:Obesity is a serious phenomenon in various countries, especially developing countries, such as Indonesia. According to WHO in 2016 there were 2.8 million people who died due to the problem of obesity, while according to the Indonesian Ministry of Health the prevalence of Obesity in Indonesia in 2018 reached 21.8%. One of the factors that causing obesity is socio-economic status, but there are often differences regarding the effect of socioeconomic status on obesity in developing and developed countries. This study aims to determine the determinants of socioeconomic status on overweight and obesity. The study design used was cross sectional and used secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 in 2014 with age over 18 years with the Ordered Logistic Regression model. The results of this study indicate that statistically, individuals with higher socioeconomic status have a higher chance of experience more weight and obesity. Therefore, it is necessary to increase the socialization of health care programs in the community and schools related to the dangers of obesity to increase knowledge, build awareness, and change lifestyles to be healthier.


2021 ◽  
Vol 39 (Supplement 2) ◽  
pp. e17
Author(s):  
Yuda Turana ◽  
Ika Suswanti ◽  
Jimmy F Barus ◽  
Linda Suryakusuma

2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 144-153
Author(s):  
Riska Dwi Astuti ◽  
Salman Samir

Despite the growing studies of Baitul Maal wa Tamwil (BMT) in Indonesia, few have empirically analyzed how BMT increases household welfare, primarily through credit for productive activities. This study aimed to analyze the impact of BMT availability in the community on household welfare. Considering that credit is targeted for productive activities, the researchers limited the respondents to farmer households and households with non-farming business activities, amounting to 4642 and 2250, respectively. Utilizing longitudinal data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS), the analysis was conducted employing the difference-in-difference (DiD) method. The results showed that BMT's existence in the community improved farmer households' mean welfare by 1.65%. After controlling for household and community characteristics, consistent results were obtained with a small decrease in the coefficient of 1.58%. Meanwhile, households with non-farming business activities were not affected by the existence of BMT in their community. Nevertheless, a positive coefficient of diff-in-diff indicated that BMT and welfare had a positive relationship even though it was not strong enough to be a contributor to the outcome.


HEARTY ◽  
2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Danny Kusuma Aerosta ◽  
Rico Januar Sitorus ◽  
Rostika Flora

<p class="16bIsiAbstrak">Sariawan tercatat sebagai penyakit yang dikeluhkan seperlima populasi dunia. Dan beberapa studi mengungkapkan tidak adanya pengaruh antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Namun penelitan sebelumnya memiliki jumlah sampel yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan prevalensi dan distribusi sariawan dengan kebiasaan merokok pada perokok aktif dan pasif. Metode penelitian yang dipergunakan adalah cross-sectional dengan mempergunakan data <em>Indonesia Family Life Survey</em> (IFLS) 5 sebagai data induk untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian sariawan. Prevalensi sariawan didapatkan dari keterangan lisan partisipan terhadap keluhan sariawan dalam sebulan terakhir. Kebiasaan merokok adalah kategori paparan rokok antara perokok aktif dan pasif. Distribusi paparan didasarkan atas usia, jenis kelamin, pendidikan, gejala depresi, riwayat hipertensi dan diabetes, dan jenis makanan yang dikonsumsi dalam sepekan terakhir.  Peluang kejadian dari faktor pajanan dominan dihitung dengan analisis multivariat regresi logistik. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan angka kejadian sariawan sebesar 17,89%. Dan hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan. Peluang kejadian sariawan dari faktor resiko dominan, antara lain kebiasaan merokok, usia, gejala depresi, riwayat diabetes melitus, konsumsi mie instan, minuman berkarbonasi, makanan pedas dan gorengan sebesar 55,40%. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian sariawan dengan<em> pvalue&gt;0,0001.</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document