civic intelligence
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

35
(FIVE YEARS 10)

H-INDEX

6
(FIVE YEARS 0)

Author(s):  
Sage Cammers-Goodwin

This chapter critically examines the intelligence of smart city government, which often ignores experiential and practical knowledge of citizens. The smart city movement’s tunnel-visioned pursuit of technology-driven intelligence distracts from smart citizenship: civic intelligence and knowledge that lives outside the scope of business-friendly tech entrepreneurs. The disenfranchised, although knowledgeable decision makers, are often ignored in the design process, because their values challenge or conflict with the status quo. Sensible actions of the non-valued are actively undermined as aberrant, rather than taken as informed input on how to improve the city for all. The term “smart city” assumes that data-driven innovation is needed because the citizenry is not already smart, while pushing forward with the premise that technical and surveillance-driven solutions are integral to solving “universal” problems that reflect corporate and governmental values. This precludes taking the knowledge claims and actions of citizens seriously.


2021 ◽  
Vol 56 (3) ◽  
pp. 425-435
Author(s):  
Baeti Rohman ◽  
Jarudin

The purpose of this research is to develop android-based interactive media to diffuse the concept of civic intelligence from the perspective of the Qur'an. A mixed method is used in this study. The qualitative designation is used to describe the concept of civic intelligence through a Focus Discussion Group with a team of experts. While the quantitative approach to describe the effectiveness of interactive media developed. The number of respondents in this study involved 20 students in testing the effectiveness of the developed product. The assessment of the expert team that 81.43% of interactive media is worth using can be concluded that android-based interactive media applications are worth using for information dissemination. The effectiveness test results with an average value of 3.3 are in accordance with the agreed criteria that android-based interactive media are effectively used in disseminating information. The novelty of this research is an interactive medium in disseminating information. The results of his research that Android-based interactive media effectively spread the concept of civil intelligence from the perspective of the Qur'an.


2021 ◽  
Author(s):  
Habibah

Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional, melainkan juga terhadap dinamika sistem-sistem lain yang menunjang penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Pembangunan sistem politik yang demokratis tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan makin mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia yang akan memberikan ruang yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan politik pada hakikatnya adalah rangkaian usaha untuk menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, agar tingkah laku politik warga negara dalam kesehariannya selalu berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI 1945.Permasalahan yang di hadapi adalah partisipasi politik generasi muda belum dimaksimalkan dan generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik, sehingga partisipasi politik masih rendah, hal tersebut dikatakan Affandi dan Anggraeni (2011: 39) :…generasi muda merupakan aset partisipasi dalam politik yang masih belum dimaksimalkan. Generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik yang ada. Alhasil, partisipasi terhadap politik pun masih rendah.Pendidikan politik menginginkan agar siswa berkembang menjadi warganegara yang baik, yang menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dari bangsanya dan sadar akan hak dan kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut, untuk itu pendidikan kewarganegaraan perlu diajarkan di sekolah dengan alasan bahwa siswa memerlukan pengertian yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai politik baik sebagai kerangka berpikir dalam mengambil keputusan maupun sebagai landasan dalam diskusi umum.Dalam konteks ini peranan dan tanggungjawab sekolah seyogianya mampumemperkuat kebajikan siswa dan kesadaran sebagai warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek kewarganegaraan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan didalamnya terdapat pengembangan kompetensi warga negara untukmembentuk partisipasi siswa sebagai bagian dari warga negara yang bermutu dan bertanggungjawab. Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam kegiatan menjelaskan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan siswa dalam nilai-nilai politik.Suryadi (2000:24) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada empat hal Pertama, Pendidikan Kewarganegaraan bukan lagi sebagai indoktrinasi politik. Kedua, Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan state of mind, pembangunan karakter bangsa merupakan proses pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas watering down seharusnya diubah menjadi pendekatan yang lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan logika.Keempat, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap dan perilaku demokratis perlu berkembang.Winataputra (2001:317) memandang bahwa:Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma baru mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni civic knowledge(pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan), civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat kecakapan intelektual, sosial, dan personal kewarganegaraan) yang seyogianya dikuasai oleh setiap individu warga negara.Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang struktur dan sistem politik, pemerintah dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat global.


2020 ◽  
Author(s):  
Titis Thoriquttyas ◽  
Meidi Saputra ◽  
Imamul Huda ◽  
Yusuf Hanafi ◽  
Nila Zaimatus

In Indonesia, the dissemination of religious radicalism not only occurs in educational institutions but has also spread into other social institutions. In the scope of higher education, the National Counter Terrorism Agency (BNPT) released the results of their research in 2018, indicate the emergence of radicalism in several state universities. Although several other parties questioned the details of BNPT’s findings, the research made “politics of fear” after explicitly labelling seven well-known state universities exposed to radical ideology. This research is directed to formulate the learning innovation on Islamic Religious Education (IRE) based Civic Intelligence using the Values Clarification Technique (VCT) learning model as an effort to strengthen religious moderation. This research is classified into the research and development (R&D) model which conducted at State University of Malang (UM) and the development model used the ADDIE model. The result revealed that the mapping for religious moderation after getting treatment can be grouped into five categories (very high: 9.97%, high: 9.30%, moderate: 51.82%, low: 26.57% and very low: 2.32%). Keywords: Civic Intelligence, Moderation, Islamic Religious Education


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Lianda Dewi Sartika ◽  
Hermanu Joebagio ◽  
Susanto Susanto
Keyword(s):  

Materi lokal yang relevan dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur dengan membuat regulasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2013 mengenai potensi muatan lokal dalam pembelajaran. SMP PGRI 1 Denpasar Provinsi Bali telah menindaklanjuti dengan mengembangkan pembelajaran IPS terintegrasi nilai-nilai Catur Guru sebagai kecerdasan warganegara. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2019 hingga Februari 2020 dengan mengunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan adanya daya dukung dan intersection nilai-nilai Catur Guru, IPS, pendidikan nasional serta juga Civic Intelligence menjadi kunci keberhasilan model pembelajaran IPS terintegrasi nilai-nilai Catur Guru. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Catur Guru sangat relevan dan dekat dengan lingkungan peserta didik. Dukungan dari pemerintah, satuan pendidikan serta daya inovatif-kreativitas guru IPS memegang peranan penting untuk mencapai ini semua


Author(s):  
Nufikha Ulfah ◽  
Yayuk Hidayah ◽  
Dinie Anggraeni Dewi

The aims of this study is to describe Civic Education as a vehicle for the development of Civic Intelligence, examine Civic Intelligence in the young generation. This study uses descriptive qualitative. The results showed that Civic Education has a role as a facilitator in the development of civic intelligence in the generation seen from the spiritual, rational, emotional, and social dimensions. In detail, the development of civic intelligence in students includes the rational dimension that is finding cause and effect, and being able to make plans. The emotional dimension is being able to interact with their environment, and show empathy. The social dimension is deliberation in solving problems, the ability to understand others. The practical implications of this research is to give contribution to the universities in the form of ideas for the development of civic intelligence among young generation. While the theoretical implication of this research is to provide foundation for further research on Civic Education in the development of civic intelligence.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 46-51
Author(s):  
Januar Ibnu Adham ◽  
Prasetyo Adi Nugroho

Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan upaya guru dan peserta didik mempraktikan karakteristik warga Negara yang baik, sebagaimana paradigma pembentukan civic intelligence, civic responsibility, dan civic participation pada pembelajaran PPKn sebagaimana tradisi sosial studies tought as citizenship transmission. Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan metode classroom action research. Proses pengumpulan data merujuk pada Kemmis dan Taggart yaitu Plan, Act & Observe, dan Reflect serta teknik analisis data menggunakan Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta didik menampilkan kemampuan dalam aspek intelligence, responsibility, dan participation as citizenship dengan membentuk representasi karya poster yang able to create, having or showing imagination and artistic or intellectual inventiveness (creative writing), dan stimulating the imagination and inventive powers. Poster sebagai art citizenship meruapakan hasil dialektika antara sosialisasi dengan eksternalisasi dan objektivasi. Poster art citizenship merupakan representasi insan kreatif yang memiliki kemampuan mengartikulasikan makna secara individual dan sosial, memiliki kebebasan memilih, dan menentukan cara maupun tujuan bertindak. Oleh karena itu poster tersebut merupakan sebuah realitas sosial yang dibentuk secara konstruktif oleh beberapa peserta didik pada masing-masing kelompok.. Proses pembuatan poster termasuk dalam proses konstruksi pengetahuan yang melibatkan pengembangan logika deduktif-induktif-hipotesis-verifikasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document