Kibas Cenderawasih
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

29
(FIVE YEARS 29)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa

2656-0607, 1858-4535

2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Siswanto - Hanif
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik kultus kargo dalam cerita rakyat Gresi melalui pendekatan semiotika. Untuk menganalisis makna simbolik kultus kargo dalam cerita rakyat Gresi, peneliti menggunakan metode deskriptif interpretatif dengan memanfaatkan cara-cara penafsiran dan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan catat, kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan antropologi sastra dengan model analisis konten. Dari analisis diketahui bahwa makna simbolik kultus kargo di dalam cerita rakyat Gresi terlihat jelas. Temuan ini mengukuhkan pernyataan bahwa gerakan kargo bukan sekadar peristiwa ekonomi yang disebabkan oleh kehidupan yang serba kekurangan secara ekonomis, yang kemudian membangkitkan kerinduan akan hadirnya suatu dunia baru yang serba berkelimpahan. Gerakan kargo orang Gresi juga merupakan suatu sikap budaya dan sikap hidup keagamaan yang dapat memberikan kekuatan-kekuatan spiritual yang akan membawa pembaruan dalam kehidupan mereka.  Kata kunci: makna simbolik, kultus kargo, cerita rakyat Gresi


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Aziz Fauzi
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan mengklasifikasi dan menjelaskan bentuk tindak tutur ungkapan grafiti pada bak truk di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa penggalan tuturan ungkapan grafiti pada bak truk di Pelabuhan Merak, Cilegon, Data tersebut dikumpulkan dengan teknik studi pustaka, teknik catat, dan teknik dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, dilakukan dengan tahapan: pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data. Melalui pendekatan pragmatik diperoleh hasil bahwa ungkapan grafiti pada bak truk di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten berbentuk tindak tutur deklaratif, representative, ekspresif, direktif dan komisif. Selain itu, terungkap juga makna penggalan bentuk tindak tutur ungkapan grafiti pada bak truk di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten. Kata Kunci: pragmatik, tindak tutur, grafiti pada bak truk.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Muhammad Asyura

This research is a qualitative study describing the narrative structure of Ulat Entaduk story as one among the oral literature (fable) living in Malay society in Mempawah. The source of this research data are two native speakers from Mempawah with data in the form of fable stories. The Data was analyzed with a literary study using Greimas narrative structure theory. The results of this study showed that the acution and functional schemes of Ulat Entaduk story is  based off the inner conflict of the main character namely the mother and her childish adoptive son (blood-sucking worm) to torment the inner and physical mother. This happened because she too spoiled for her adoptive child that threatened her and family life. The most striking extrinsic element in the Caterpillar's story is self-immaturity and a family education that belongs to sex education. Readers are also taught to be thankful, respect for parents, and live independently as a key to the happiness of life. Keywords: Ulat Entaduk (caterpillar), Greimas narrative, Malay Mempawah


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Agus Sunarto

Abstrak Penelitian ini mencoba untuk memahami politik kolonial yang dilakukan terhadap bangsa Turkistan dalam novel Nights in Turkistan karya Najib Al-Kailani melalui perspektif filsafat politik Giorgio Agamben. Lokus utama penelitian ini dengan perspektif tersebut mencoba menyibak proses normalisasi paradigma politik kolonial yang terdiri dari kekuasaan berdaulat, state of exception, bare life (ketelanjangan hidup), dan homo sacer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan karena sumber data dalam penelitian ini berupa data tekstual yang terdiri dari kata, kalimat, paragraf dari objek material penelitian. Praktik kolonial yang dijalankan oleh pihak Cina dan Rusia menjadikan bangsa Turkistan mengalami degradasi eksistensinya baik dari aspek sosial, politik, maupun budaya. Karena itu penelitian ini akan menyibak lebih dalam proses kolonial yang dilakukan oleh Cina dan Rusia dari kritik filsafat politik Giorgio Agamben. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, praktik kolonialisme membawai konsekuensi kekuasaan berdaulat yang mencari legalitas hukum sekaligus penangguhan hukum terhadap aksi koloni; kedua, bangsa Turkistan yang tereduksi dan terdegradasi eksistensinya rentan terhadap tindakan koersif kolonial sehingga mereka tidak memiliki aksesibilas yang sempurna. Kata kunci: State Of Exception, Homo Sacer dan Layaly Turkistan Abstract This paper examines to understand the colonial politics that was carried out against the Turkistan people in Najib Al-Kailani's novel Nights in Turkistan through the framework of Giorgio Agamben's political philosophy. The main focus of this research with this perspective is trying to uncover the process of normalizing the colonial political paradigm, which consists of sovereign power, state of exception, bare life, and homo sacer. This research uses the descriptive qualitative method. This method is used because the data of this research is textual data consisting of words, sentences, paragraphs by the material object. The colonial practices carried out by the Chinese and Russians made the Turkistan nation experience a degradation of its existence from both social, political, and cultural aspects. Thus, this research will reveal more deeply the colonial process carried out by China and Russia than Giorgio Agamben's critique of political philosophy. The results of this study indicate that first, the practice of colonialism carries the consequences of sovereign power seeking legality as well as legal suspension of colony actions; second, the Turkistan peoples who were reduced and degraded in existence were vulnerable to colonial coercive action so that they did not have perfect accessibility. Keyword: State Of Exception, Homo Sacer dan Layaly Turkistan


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Sitti Mariati

Abstract Kanum Sota language is spoken by speaker aroun Sota District, Merauke, Papua Province. This study uses descriptive method to describe the structure of the simple sentence of Kanum Sota language. The result of analysis of the function of simple sentence elements shows us that the structures of simple sentence of Kanum Sota are Subject + Predicate (S+P), Subject + Object + Predicate (S + O + P), Subject + Predicate + Object (S + P + O), Subject + Adverb + Predicate (S + Adv. + P), and Subject + Obejct + Predicate + Adverb (S + O + P + Adv.). By simple sentence pattern, structure and kind of simple sentence of the Kanum Sota is known as follows: (1) transitive sentence whose pattern S:n/pron./NP + O:n/pron./NP + P: trans.Verb, and S:n/pron/NP + P:trans.verb + O:n/pron/NP, (2) Intransitive sentence pattern, S:n/pron/NP + P: intrans.verb, (3) descriptive sentence, S:n/pron/NP + P: adj./adj.phrase, (4) postposition sentence, S:n/pron/NP + P:postpositional phrase, (5) possessive sentence S:n/NP + P:possessive, (6) equative sentence S:n/pron/NP + P:n, and (7) numeral sentence S:n/pron/NP + P:num. Keywords: function, category, structure, simple sentence   Abstrak Bahasa Kanum Sota  digunakan oleh penutur yang tinggal di Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Penelitian ini menggunakana metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kalimat tunggal bahasa Kanum Sota. Berdasarkan hasil analisis fungsi unsur-unsur pembentuk kalimat tunggal, dapat diketahui struktur kalimat tunggal bahasa Kanum Sota, yaitu Subjek + Predikat (S + P), Subjek + Objek + Predikat (S + O + P),  Subjek + Predikat + Objek (S + P + O), Subjek + Keterangan + Predikat (S + K + P), dan Subjek + Objek + Predikat + Keterangan (S + O + P + K). Berdasarkan pola dasar kalimat tunggal, dapat diketahui jenis kalimat dan struktur kalimat tunggal bahasa Kanum Sota, yaitu kalimat transitif berpola S:n/pron/fr.n + O:n/pron/fr.n + P:v.transitif terdapat juga kalimat transitif yang berpola S:n/pron/fr.n + P:v.transitif + O:n/pron/fr.n, kalimat intransitif berpola S:n/pron/fr.n + P:v intransitif, kalimat deskriptif berpola S:n/pron/fr.n + P:adj/fr.adj, kalimat posposisional berpola S:n/pron/fr.n + P:fr.posp, kalimat posesif berpola S:n/fr.n + P:Posf, kalimat ekuatif berpola S:n/pron/fr.n + P:n, dan kalimat numeralia berpola S:n/pron/fr.n + P:num.         Kata kunci:  fungsi, kategori, struktur, kalimat tunggal


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Ummu Fatimah Ria Lestari

Sebagian cerita rakyat dapat dikaji melalui pendekatan ekologi sastra. Berdasarkan latar belakang itulah, sehingga masalah yang bahas dalam penelitian ini adalah struktur dan realitas ekologi suku Hubula dalam cerita rakyat suku Hubula melalui pendekatan ekologi sastra. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan struktur cerita rakyat Hubula berdasarkan teori struktur sastra dan mendeskripsikan realitas ekologi dalam cerita rakyat suku Hubula melalui pendekatan ekologi sastra. Manfaat penelitian ini meliputi manfaat yang praktis dan manfaat yang bersifat ilmiah (teoretis). Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori strukturalisme sastra dan pendekatan ekologi sastra. Penelitian ini bersifat kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data melalui studi lapangan; metode pengolahan data melalui pembacaan cermat, identifikasi, dan seleksi data; dan metode analisis data dengan melalui perspektif ekologi sastra.  Penelitian ini menemukan struktur formal cerita rakyat Hubula secara umum memiliki tokoh-tokoh yang tidak banyak dalam cerita, tema ceritanya sederhana, alurnya maju (forward), latar tempatnya di alam terbuka, dan sudut pandang orang ketiga tunggal. Selain itu, realitas ekologi juga ditemukan dalam cerita rakyat Hubula di Kabupaten Jayawijaya. Realitas ekologi tersebut tampak dari latar tempat (lingkungan hidup) yang masih terjaga dengan baik, ekologi hutan yang masih hijau dan lestari menjadi ekosistem bagi makhluk hidup lain selain manusia, dan terdapat sumber air yang masih melimpah dan jernih untuk kelangsungan hidup suku Hubula. Kata kunci: struktur, realitas, cerita rakyat, ekologi sastra Some folk tales can be studied through a literary ecological approach. Based on this background, the problem discussed in this study is the structure and ecological reality of Hubula in the folklore of the Hubula through a literary ecological approach. The purpose of this research is to explain the structure of the Hubula folklore based on the theory of literary structures and to describe the ecological reality in the folklore of the Hubula tribe through the literary ecological approach. The benefits of this research include practical benefits and scientific (theoretical) benefits. This study uses two theories, namely literary structuralism theory and literary ecological approach. This research is qualitative. The method used in this research is the method of collecting data through field studies; data processing methods through careful reading, identification, and data selection; and data analysis methods through a literary ecological perspective. This research found that the formal structure of the Hubula folklore generally has few characters in the story, the theme of the story is simple, the plot is forward, the setting is in the open, and a single third person perspective. Apart from that, ecological reality is also found in the folklore of Hubula in Jayawijaya Regency. This ecological reality can be seen from the background of the place (the environment) which is still well preserved, the ecology of the forest which is still green and sustainable becomes an ecosystem for other living things besides humans, and there are water sources that are still abundant and clear for the survival of the Hubula. Keywords: structure, reality, folklore, literary ecology


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Iwan Saputra
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kontestasi serta ideologi alternatif yang terdapat dalam novel Wanasitu Anni Imra’ah (WAI) karya Ihsan Abdul Qudus dengan menggunakan kerangka analisis Antonio Gramsci tentang sosiologi sastra. Gramsci melihat bahwa sastra merupakan situs konstetasi dan negosiasi ideologi. Pandangan tersebut berdasarkan pada gagasan bahwa sastra memiliki peran yang penting untuk mempertahankan atau melanggengkan tatanan sosial yang ada. Sebaliknya, sastra juga dapat berperan untuk meruntuhkan dominasi yang telah terbangun. Melalui karya sastra, pengarang berusaha memberikan alternatif ideologi yang dianggapnya sebagai solusi baik pada penguasa maupun kelompok subaltern.   Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa novel WAI hasil artikulasi berbagai macam ideologi pasca revolusi Mesir. Patriarki merupakan ideologi yang dipahami oleh kebanyakan masyarakat yang mana ideologi tersebut menjadi dasar dominasi laki-laki atas wanita. Disamping itu, banyak ideologi lain yang terdapat dalam novel WAI seperti islam, marxisme, hedonisme, kapitalisme, nasionalisme, dan kolonialisme. Kontestasi yang terjadi dalam novel WAI merupakan respon atas dominannya gerakan perempuan untuk mendapatkan posisi pada tingkat elit (kekuasaan). Hubungan antara ideologi dalam WAI, yaitu subordinatif, korelatif dan kontradiktif.   Melalui novel WAI, pengarang berusaha menawarkan ideologi alternatif sebagai konter hegemoni terhadap dominasi patriarki yakni feminism eksistensialis. Ideologi tersebut ditawarkan oleh pengarang atas respon terhadap perubahan zaman dan pemerintahan pasca jatuhnya kekuasaan Gamal Abdul Nasser. Feminisme eksistensialis dianggap sebagai jembatan bagi perempuan untuk membangun hubungan-hubungan sosial serta kepemimpinan dalam masyarakat Mesir.  


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Ahmad Khoironi Arianto

Tujuan utama penelitian ini adalah membandingkan pembentukan kata antara bahasa Inggris dan bahasa Arab. Setiap bahasa yang dianalisis akan dijabarkan pembentukan kata menurut proses Infleksional dan derivasional. Sumber data bahasa Arab diambil dari buku durusul lughoh alḉarobiyyah jilid 1—3 dan Alquran, sedangkan sumber data bahasa Inggris didapatkan dari kamus bahasa Inggris. Data penelitian berupa kosakata di dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris yang mengalami perubahan bentuk sesuai dengan proses infleksional dan derivasional. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam proses pembentukan morfologis bahasa Inggris dan bahasa Arab. Persamaannya terdapat dalam proses pembentukan kata secara infleksional yang terdiri atas afiksasi, nonafiksasi, dan bentuk tetap; sedangkan perbedaannya terlihat pada proses derivasional. Derivasional pada bahasa Inggris meliputi afiksasi, nonafiksasi, dan bentuk tetap, sedangkan derivasional dalam bahasa Arab hanya terjadi pada proses afiksasi.


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Grets Lewis Theodore Walilo

Penelitian ini bertujuan untuk memahami struktur dan fungsi dari bahasa Hubula di lembah Balim Papua dengan perkembangannya dalam era modern. Bahasa ini memiliki pola kalimat yang mudah untuk diidentifikasi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sosiolinguistik yang berfokus pada pemakaian bahasa dalam masyarakat untuk menjalankan fungsi-fungsi yang terkandung. Hasilnya ditemukan bahwa bahasa Hubula masih diminati di Lembah Balim bahkan dalam era modern. Dengan menguasai beberapa kata-kata dasar, struktur dari pada kalimat Bahasa Hubula dapat diidentifikasi dengan mudah. Sebagai jembatan untuk berinteraksi, bahasa ini memiliki beberapa fungsi seperti fungsi personal, fungsi informatif, fungsi interaksional, dan fungsi regulatoris. Kata kunci: bahasa Hubula, struktur bahasa, fungsi bahasa, era modern   The purpose of this study is to understand the structure and function of Hubula tribe language from Balim Valley Papua with its development in the modern era. Whereas, the language has an easy sentence pattern to be identified. This research was conducted with a sociolinguistic approach that focused on the usage of language in the society to perform its function. The result showed that Hubula tribe language is still favorable in Balim Valley even at the modern era. By knowing some basic vocabularies, the sentence’s structure of Hubula tribe language can be identified easily. As the bridge for interaction, this language has several functions such as; personal function, informative function, interaction function and regulatory function. Key words: Hubula tribe language, language’s structure, language’s function, modern era    


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Siti Hardiyanti A

Tulisan ini membahas tentang relasi gender dalam dua cerita rakyat berjudul Tempiq Empiq dari Nusa Tenggara Barat dan Mencari Ilmu Berumahtangga dari Kalimantan Selatan. Hubungan hierarki dianalisis dengan perspektif semiologis Roland Barthes. Metode penelitian terdiri dari pengumpulan data dan analisis data. Data primer dalam penelitian ini adalah cerita rakyat. Sedangkan data sekunder berupa sumber tertulis dan elektronik terkait dengan kondisi sosial budaya dan sejarah Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Selatan. Analisis data dilakukan dengan teori dan konsep Barthes sebagai pendekatan untuk mengetahui sistem semiotik orde satu dan dua yang mengungkap mitos-mitos terkait isu gender dalam teks. Setelah itu, mitos-mitos yang terkandung dalam teks tersebut dihubungkan dengan niat, motivasi, atau ideologi tertentu yang diyakini pada budaya atau masyarakat tertentu sebagai latar belakang cerita rakyat tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa analisis sistem kebahasaan teks mengungkapkan dikotomi peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan. Analisis makna konotatif menemukan mitos-mitos seksualitas dan maskulinitas yang mengacu pada ideologi patriarki. Kata kunci: Cerita Rakyat, Semiologi, Barthes, Mitos   This paper studied about gender relation in two folklores entitled Tempiq Empiq from Nusa Tenggara Barat and Mencari Ilmu Berumahtangga from Kalimantan Selatan. The hierarchical relationship was analyzed by the semiological perspective of Roland Barthes. The research method consisted of data collection and data analysis. The primary data in this research was the folklores. Meanwhile, the secondary data was the written and electronic sources related to the socio-cultural and historical condition of Nusa Tenggara Barat and Kalimantan Selatan. The data was analyzed by the the theory and concepts of Barthes as the approach to find out the first and second order semiotic system revealing the myths related to the gender issues in the text. Afterwards, the myths contained in the text were connected to the specific intention, motivation, or ideology believed in particular culture or society as the background of the folklores. The research found that the analysis of linguistic system of the text revealed the dichotomy of roles and function between men and women. The analysis of connotative meaning found the myths of sexuality and masculinity which referred to patriarchal ideology. Keywords: Folklores, Semiology, Barthes, Myths


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document