scholarly journals Knowledge and Attitude Relationship on Clean and Healthy Lifestyle Towards The Prevention of Covid-19 Transmission in RW.03 Ciganjur Village South Jakarta

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 29-34
Author(s):  
Milla Evelianti Saputri ◽  
Toto Suharyanto ◽  
Dhea Khumaera

The coronavirus disease 2019 (COVID-19) originating from Wuhan, China began to emerge in December 2019. Until now, COVID-19 has become a global pandemic, and Indonesia has been one of the countries that affected by this virus since March 2020. Based on World Health Organization data on October 20, 2020, corona has spread in 215 countries and has infected 40.4 million people. And based on data from the Indonesian Task Force for Covid-19, the victims who have been infected have reached 369,000 people. This study aims to determine whether there is a relationship between knowledge and attitudes about Clean and Healthy Behavior towards the prevention of COVID-19 in RW.03 Ciganjur Sub-District. The sample in this study amounted to 97 respondents in RW.03 Ciganjur Sub-District. The sampling technique used was simple random sampling and the data were analyzed using Chi-Square. The results showed that there was a relationship between knowledge about clean and healthy behaviors against the prevention of COVID-19 transmission, indicated by a p value of 0.000 (p

2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 66-70
Author(s):  
Emdat Suprayitno ◽  
Sri Sumarni ◽  
Isqi Lailatul Islami

Abstract Hypertension is a major problem as a risk factor for death in cardiovascular disease caused by genetic and lifestyle factors. The purpose of this study was to analyze the relationship between hypertension and lifestyle in Poja Village, Gapura District. This study used a cross sectional analytic design. The population in this study were 73 people. The sampling technique was simple random sampling and data analysis used the Chi Square test, the data collection technique used online questionnaire forms (google forms). Chi square test results obtained P value = 0.001 <a (0.05), which means that there is a relationship between hypertension and lifestyle in Poja Village, Gapura District. Therefore it is important to always adopt a good and healthy lifestyle to prevent hypertension Keywords: Hypertension, lifestyle, the incidence of hypertension


Author(s):  
Leny

ABSTRAK Menurut World Health Organization (WHO), memperkirakan kematian ibu sebanyak 500.000 kematian setiap tahun,  99% diantaranya terjadi di negara berkembang. Faktor-faktor yang  mempengaruhi frekuensi pemeriksaan kehamilan antara lain paritas ibu, usia ibu, pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, dukungan keluarga, keadaan  geografis dan  informasi ibu mengenai frekuensi pemeriksaan kehamilan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara umur dan paritas dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2018. Desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi Penelitian adalah seluruh ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilan di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2018. Sampel yang diambil secara simple random sampling  dengan jumlah sampel 164 responden. Hasil analisa univariat menujukkan hasil analisa bivariat menggunakan uji statistik Chi-square yang membandingkan p value dengan tingkat kemaknaan α (0,005) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan dimana p value (0,0043) lebih kecil dari α (0,005) dan ada hubungan bermakna antara paritas ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan dimana p value (0,0017) lebih kecil dari α (0,005). Pelayanan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) yang tujuan utamanya adalah mencegah komplikasi obstetrik dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai, sehinggga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin. Kata Kunci         : Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan, Umur, Paritas   ABSTRACT According to the World Health Organization (WHO), estimating maternal deaths is 500,000 deaths every year, 99% of which occur in developing countries. Factors that influence the frequency of prenatal care include maternal parity, maternal age, knowledge, attitudes, economy, socio-culture, family support, geographical conditions and maternal information regarding the frequency of antenatal care. The purpose of this study was to determine the relationship between age and parity with the frequency of antenatal care at the Budi Mulia Medika Palembang Clinic in 2018. The design of this study was an analytical survey with a cross sectional approach. The study population was all trimester III pregnant women who examined pregnancy at the Budi Mulia Medika Palembang Clinic in 2018. The samples were taken by simple random sampling with a sample of 164 respondents. The results of univariate analysis showed the results of bivariate analysis using the Chi-square statistical test that compares p value with significance level α (0.005) shows that there is a significant relationship between age and frequency of antenatal care where p value (0.0043) is smaller than α (0.005) and there is a significant relationship between maternal parity and frequency of antenatal care, where p value (0.0017) is smaller than α (0.005). Antenatal Care services whose main purpose is to prevent obstetric complications and ensure that complications are detected as early as possible and handled adequately, so that they are expected to reduce the incidence of morbidity and mortality in both mother and fetus Keywords    : Frequency of Pregnancy Examination, Age, Parity


2017 ◽  
Vol 7 (12) ◽  
pp. 47-53
Author(s):  
Shinta Maharani ◽  
Resti Tri Putri

Angka kesakitan diare masih cukup tinggi dan penderita terbanyak adalah kelompok anak-anak. Di negara berkembang seperti Indonesia, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali pertahun. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) ada 100.000 anak Indonesia meninggal karena diare. Di kota Palembang, kasus diare pada anak tertinggi di Kecamatan Seberang Ulu 1. SDN 82 Palembang merupakan salah satu sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Seberang Ulu 1 dan lokasinya berada didekat pasar tradisional.Hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka mengatakan pernah mengalami diare. Apalagi berdasarkan pengamatan, hampir semuanya ngemil di trotoar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan jajan sembarangan dan diare pada anak di SDN 82 Palembang. Survei analitik melalui desain cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Populasi penelitian adalah siswa kelas 3, 4, 5, kelas di SDN 82 Palembang. Jumlah sampel adalah 104 responden. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Analisis bivariat dan univariat melalui chi-square digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 63 (60,6%) responden memiliki kebiasaan jajan sembarangan dan 69 (66,3%) responden diare. Hasil p-value 0,004. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan jajan sembarangan dan diare pada anak di SDN 82 Palembang. Diharapkan pemangku kepentingan sekolah dapat berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Palembang dan menyediakan kafetaria khusus serta unit kesehatan sekolah untuk siswa SDN 82 Palembang.


Author(s):  
Tuti Octarini ◽  
Sarmauli Franshisca Sihombing

The World Health Organization recommends the use of partograph in the delivery room, 15% of complications in labor are not detected early due to the negligence of partograph filling. The purpose of this research is to know the correlation between the knowledge and attitude of a Midwife toward Partograf By Independent Midwifery Practice In Bengkong Regency, Batam Year 2017. This research is Analytical Observational with cross-sectional approach and using questioner as the primary data. Data sampling used is total sampling method. The study was conducted in June 2017, a sample size of 38 people. Data analysis using Chi-Square technique. The results showed that midwives, who were well-informed and had positive attitudes are numbered to 28 people (96.6%), those who had negative attitude are numbered only 1 (3.4%).Meanwhile, less knowledgeable midwives who had positive attitudes are 2 people (22.3 %) and negative attitude are 7 people (77,7%).There is a correlation between midwife knowledge with attitude toward partograph with p-value = 0.000. It Independent midwives are expected to improve the quality of their service and implement the use of partograph


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Febriani Robeka Wanma ◽  
Kukuh Pambuka Putra ◽  
Arwyn Weynand Nusawakan

World Health Organization states that in 2017 Tuberculosis cases are estimated to reach 842 thousand cases and 116 thousand deaths. Indonesia ranks third after India with 2.4 million cases and China with 889 thousand cases from all sufferers in the world. BTA + cases in Teluk Bintuni Regency in 2017 were 192 cases, 2018 were 265 cases and 2019 were 264 cases. The purpose of this study is to describe the level of knowledge, attitudes and behaviors in preventing Tuberculosis. Method: The type of research used is Observational Analytic. Research site in Meyado District, Bintuni Regency, West Papua. Samples 88 respondents, The sampling technique uses simple random sampling. The research instrument used a questionnaire. Results: respondents with a level of knowledge of less than 42 people (48%), 32 people enough (36%) and good 14 people (16%). Respondents with negative attitudes 65 people (74%) while positive attitudes 23 people (26%). The respondent's behavior is quite 49 people (56%), less behavior 25 people (28%) and good behavior is 14 people (16%). The Spearman rho test showed no relationship between the level of knowledge with tuberculosis prevention behavior (p value = 0.214), and there was a relationship between attitudes and tuberculosis prevention behavior (p value = 0,000).


2021 ◽  
Vol 2 (8) ◽  
pp. 1071-1079
Author(s):  
Teddy Tjahyanto ◽  
Ni Kanaya ◽  
Grace Keren ◽  
Eunike Angellina Mulyadi ◽  
Kevin Sanjaya Listiono

The World Health Organization (WHO) recognize the COVID-19 pandemic as an imminent global threat. To dampen the spread of the highly-contagious virus, the Indonesian government has imposed several social-distancing and government regulations. Nonetheless, these regulations result in peripheral effects; many people are subject to loneliness, fear, and anxiety—all of which leads to depression. Statistical evidence show that depression is very much prevalent in Indonesians—reaching a staggering 62% as of August 2020. Multiple studies have proven the negative correlation between emotional intelligence—which is the ability to regulate and control emotions—and depression. Consequently, this study aims to determine the relationship between emotional intelligence and depression in medical students of Universitas Tarumanagara batch 2019. Using a descriptive analytic research design with a cross-sectional approach, we obtained data through simple random sampling a total of 154 respondents who answered an emotional intelligence questionnaire used as a proxy in determining the level of emotional intelligence. Statistical analysis using the chi-square test confirmed that there is a significant negative correlation between emotional intelligence and depression during the COVID-19 pandemic, yielding a p-value of 0.003. In conclusion, students can improve their level of emotional intelligence as a preventive measure of depression during the COVID-19 pandemic.


2012 ◽  
Vol 6 (5) ◽  
pp. 212
Author(s):  
Sri Andarini Indreswari ◽  
Suharyo Suharyo

Menurut World Health Organization sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan deteksi dini pada kontak serumah dengan penderita memungkinkan upaya pengobatan dan pencegahan dilakukan dengan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil pemeriksaan tes Mantoux dengan pemeriksaan serologis kadar interferon gamma (IFN - γ) pada kelompok kontak serumah dengan penderita tuberkulosis yang mempunyai hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA) positif. Penelitian ini menggunakan desain kohort pada kelompok terpajan dan tidak terpajan pada penderita tuberkulosis (umur > 15 tahun). Pemilihan subjek dilakukan secara acak sederhana dan jumlah yang digunakan adalah 34 orang pada masing-masing kelompok. Penelitian ini menggunakan tes Mantoux selain observasi kadar IFN-γ. Analisis data menggunakan chi square dan tes Man Whitney. Penelitian tahun pertama menunjukkan hasil tes Mantoux positif pada kelompok terpajan sebesar 79,4% dan 5,9% pada kelompok tidak terpajan. Rata-rata kadar IFN - γ pada kelompok yang terpajan penderita tuberkulosis adalah 5,32 pg/ml sedangkan pada kelompok yang tidak terpajan sebesar 1,1 pg/ml. Ada hubungan yang bermakna antara status paparan dengan hasil tes Mantoux (nilai p = 0,0001 dan x2= 34,631). Ada perbedaan rata-rata kadar IFNγ secara bermakna antara kelompok terpajan dengan kelompok yang tidak terpajan (nilai p = 0,0001). Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengikuti perkembangan IFN-γ berdasarkan status paparan untuk mengetahui pola dan cut off point pada kontak serumah dengan penderita tuberkulosis.Kata kunci: Kadar interferon gamma, kontak serumah, penderita tuberkulosisWorld Health Organization estimated that one third people worldwide were infected with mycobacterium tuberculosis. An early diagnosis and prompt treatment of possible pulmonary tuberculosis infection should be made for close contacts (housemate contacts) of patient with tuberculosis. The purpose of this research is to analyze the differences levels of IFN-γ and Tuberculine Skin Test (TST) on the housemate contacts and non-house- mate contacts with patients of tuberculosis. Cohort study performed on the housemate contacts and non-housemate contacts with patients of tuberculosis (age > 15 years old). We collected data with simple random sampling on 68 persons (34 exposed and 34 unexposed). Bivariate associations were described using chi square and Man Whitney test. During the first year of study, 76,4% of exposed persons with TST positive and 5,9% of unexposed persons. Average levels of IFN - γ in exposed persons 5,32 pg/ml, whereas in other groups 1,1 pg/ml. There is relationship between exposure sta- tus and unexposed status of TST (p value = 0,0001 and x2 = 34,631). There are differences in mean levels of IFN - γ between group exposed and unexposed (p value = 0,0001). Further research will be needed to keep abreast of IFN - γ level on the basis of exposure status to know the cut off point on the housemate contacts with patients of tuberculosis.Key words: interferon gamma assay, housemate contacts, patients of tuberculosis


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 74-81
Author(s):  
Ayu Pratiwi ◽  
Safitri Lestari

Remaja usia 10-19 tahun sekitar 1,2 milliar, dengan total populasi remaja di dunia yaitu 16% UNICEF, (2016). Remaja merupakan individu yang berusia 10 sampai 19 tahun WHO World Health Organization, (2017)Remaja merupakan individu yang berusia 10 sampai 19 tahun WHO World Health Organization, (2017) Prevalensi remaja usia 10-19 tahun sekitar 1,2 milliar. Berdasarkan jenis kelamin remaja usia 15-19 tahun di Tangerang, (2020) terdapat 168.272 juta berjenis laki-laki dan 163.548 juta perempuan. Pola asuh orangtua berpengaruh terhadap kematangan emosi remaja karena orangtua sebagai lembaga pertama bagi anak dan tempat belajar. Hasil wawancara dengan pihak sekolah di SMP Islam Ayatra masih terdapat anak yang sering berkelahi didalam sekolah maupun diluar sekolah.Tujuan peneliti ini untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan kematangan emosi remaja. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 211 responden. Teknik yang digunakan untuk pengambilan data adalah simple random sampling dengan menggunakan lembar kuesioner. Sampel penelitian dilakukan diSMP Islam Ayatra Hasil penelitian Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat yaitu uji chi-square dan menghasilkan nilai p-value = (0,047 ≤ 0,05) (OR=1.845) maka dinyatakan ada hubungan pola asuh orangtua dengan kematangan emosi remaja. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan pola asuh orangtua dengan kematangan emosi remaja.


Author(s):  
Leny

Abstrak World Health Organization (WHO) menyatakan ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi zat besi sekitar 35-37%, dan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara sedang berkembang dari pada negara maju.. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2018. Desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi Penelitian adalah seluruh ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilan di Klinik Budi Mulia Medika Palembang Tahun 2018. Sampel yang diambil secara simple random sampling dengan jumlah sampel 149 responden. Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi-square yang membandingkan p value dengan tingkat kemaknaan α (0,005) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil dimana p value (0,000) lebih kecil dari α (0,005), ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil dimana p value (0,000) lebih kecil dari α (0,005), dan ada hubungan bermakna antara paritas ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil dimana p value (0,000) lebih kecil dari α (0,005). Maka dari itu perlu meningkatkan sarana pelayanan kesehatan khususnya pada ibu hamil yang mengalami anemia dengan cara penyuluhan tentang dampak buruk serta pencegahan anemia selama kehamilan, persalinan dan nifas. Kata Kunci : Kejadian Anemia, Umur, status gizi, Paritas


Author(s):  
Y Widyastuti Wahyuningsih Y Widyastuti Wahyuningsih

ABSTRACT Abortion is the termination of a pregnancy (by certain consequences) on or before the age of 22 weeks of pregnancy or pregnancy fruit has not been able to live outside the womb. Maternal deaths caused by bleeding, infection, poisoning pregnancy and abortion. According to the health agency the World Health Organization (WHO) in poor countries and developing countries, maternal mortality ranges between 750-1000 per 100,000 live births. Indonesia itself is still a country with a maternal mortality rate was 307 per 100,000 live births. Some reasons and conditions that enable women to individualist abortion. Some common characteristics can be classified ie economic status, marital status, residence, age, parity, education and employment. The purpose of this study is to determine the relationship between age, parity, and maternal employment with the incidence of abortion at General Hospital Center Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2011. This research is an analytical survey with cross sectional approach. The population was all pregnant women who are hospitalized in the obstetrics space of General Hospital Center Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2011. which amounted to 147 persons and 107 person sample obtained by sampling simple random sampling. Each variable that was observed in tests using Chi-Square test with a (0.05). The results of this study showed that 67.3% of mothers had abortions, 45.8% of mothers with high risk age, 51.4% of  mothers of high parity, and 43.0% of mothers who work. Chi-Square test showed no significant relationship between age (p value = 0.007), parity (p value = 0.007) and occupation (p value = 0.000) with the incidence of abortion. Expected to provide input to the Hospitals to be more pro-active in providing further education about the risk factors of abortion in pregnant women   ABSTRAK     1   Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Kematian maternal disebabkan oleh perdarahan, infeksi, keracunan kehamilan dan abortus. Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal berkisar antara 750 - 1.000 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia sendiri masih menjadi negara dengan angka kematian ibu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa alasan dan kondisi individualis yang memungkinkan wanita melakukan abortus. Beberapa karakteristik umum dapat diklasifikasikan yaitu status ekonomi, status perkawinan, tempat tinggal, umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara paritas dan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan < 20 minggu yang dirawat di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011 yang berjumlah 147 orang dan sampel yang didapatkan 107 orang dengan pengambilan sampel secara simple random sampling. Masing-masing variabel yang diteliti di uji dengan menggunakan uji Chi-Square dengan a (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 67,3% ibu mengalami abortus, 45,8%, ibu paritas tinggi, dan 43,0% ibu yang bekerja. Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas (p value = 0,007), dan pekerjaan (p value = 0,000) dengan kejadian abortus. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit agar lebih pro aktif  dalam pemberian penyuluhan lebih lanjut tentang faktor-faktor resiko abortus pada ibu hamil


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document