The Effects of Group differentiation by students’ learning strategies

This study analyses the effects of group differentiation by students’ learning strategies of around 1200 students in 46 classes from eight secondary schools in the Netherlands. In an experimental setup with randomization at the class level, division of students over three groups per class (an instruction-independent group, an average group, and an instruction-dependent group) is based on learning strategies, measures using the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). Each group is offered instruction fitting their own learning strategy. The results show that student performance is higher in classes where the differentiation was applied, and that these students score higher at some scales of the posttest of the questionnaire on motivation, metacognition and self-regulation. However, there are differences between classrooms from different teachers. Additional teacher questionnaires confirm the discrepancy in teacher attitudes towards the intervention.

Metacognitive judgements of change detection predict change blindness

People tend to think they are not susceptible to change blindness and overestimate their ability to detect salient changes in scenes. Here, we investigated whether participants’ metacognitive judgements of change detection ability predict change blindness. In Experiment 1, participants completed a change blindness task in which participants viewed alternating versions of a scene until they detected what changed between them and 6-7 months later, provided their metacognitive judgements. We found that changes rated as more likely to be spotted were detected faster than changes rated as more unlikely to be spotted. Metacognitive judgements continued to predict change blindness when accounting for low-level image properties (i.e., change size and eccentricity). In Experiment 2, metacognitive judgements from a new group of participants were compared to those collected in Experiment 1 to determine whether people are better predicting their own change blindness or if the predictions from others are equally effective. There was no effect of participant group on the relationship between metacognitive judgements and change blindness. Finally, in Experiment 3, we investigated whether metacognitive judgements are based on a high-level image property – semantic similarity. An independent group of participants provided descriptions of the two versions of the scenes and another group rated the similarity between the descriptions. We found that changes rated as more similar were judged as being more difficult to detect than changes rated as less similar; however, semantic similarity was not predictive of change blindness. These findings reveal that (1) people can accurately rate the relative difficulty of different changes and predict change blindness for different images and (2) metacognitive judgements of change detection likelihood are not fully explained by low-level and semantic image properties.

THE INTERDEPENDENCY OF UNCERTAINTIES IN ASEAN + 3 AND G6 ECONOMIES

In this paper, we empirically examine the interdependency of uncertainties among ASEAN +3 countries as well as between these countries and the G6 countries. We collect the uncertainty data from the new World Uncertainty Index (WUI) database. The WUI captures uncertainty related to economic and political events in a country. We show that ASEAN + 3 countries as a group are weakly interdependent, in terms of the long-run relationships of uncertainties within the group. We demonstrate that, in the absence of outside influence, i.e., uncertainty shocks emanating from the G6, the [Formula: see text] and ASEAN countries are two independent group of countries with the former having its own dynamics and the latter neither affecting nor being affected by the former. We further demonstrate that outside influence strongly affects China but not the other [Formula: see text] and ASEAN countries. These findings survive robustness checks and suggest that the ASEAN + 3, as a region, may provide long-term diversification benefits to global investors and that the strengthening of the ASEAN + 3 regional cooperation framework may further buttress confidence in this region.

Implementasi Model Pembelajaran Induktif Kata Bergambar Berdampak Positif Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Dan Kemampuan Literasi Dini

Penggunaan media lebih menonjol ketimbang penggunaan model pembelajaran. Dalam penggunaan anak belum terlihat berperan dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh implementasi model pembelajaran induktif kata bergambar terhadap perkembangan sosial emosional dan kemampuan literasi dini. Penelitian ini merupakan penelitian quasi ekperimental, dengan rancangan single factor independent group design Populasi dalam penelitian berjumlah 93 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Sampel pada kelas eksperimen berjumlah 47 siswa, sedangkan kelas kontrol berjumlah 46 siswa. Data dikumpulkan melalui observasi dengan penilaian rubrik. Hasil penelitian berdasarkan analisis MANOVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh implementasi model pembelajaran induktif kata bergambar terhadap perkembangan sosial emosional dan kemampuan literasi dini pada anak kelompok B taman kanak-kanak dengan hasil perhitungan F = 73,689 dengan signifikansi < 0,05. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh implementasi model pembelajaran induktif kata bergambar terhadap perkembangan sosial emosional dan kemampuan literasi dini pada anak usia dini.

Del relato curatorial al montaje dialéctico. Arte y ciencia en Londres, 1951-1953

En 1951 y 1953 el Institute of Contemporary Arts (ICA) de Londres albergó dos exhibiciones artísticas que problematizaron la visualización del conocimiento científico. La primera fue la exposición-instalación «Growth and Form», realizada por el artista Richard Hamilton, y la siguiente se tituló «Parallel of Life and Art», llevada a cabo por un equipo interdisciplinario conocido como el Independent Group. Nos proponemos indagar aquí de qué formas estas exhibiciones problematizaron la visualidad y supuestos de las ciencias de la naturaleza. Y demostrar la diferencia en la construcción de cada exposición: «Growth and Form» operaría como un relato curatorial expandido, mientras que «Parallel of Life and Art» plantearía un montaje dialéctico entre imágenes de diversos orígenes.

PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KARAKTER DAN LITERASI SAINS SISWA KELAS IV SD LAB UNDIKSHA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan implementasi asesmen portofolio terhadap pendidikan karakter dan literasi sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan rancangan Single Factor Independent Group Design dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang siswa kelas IV SD Lab UNDIKSHA. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk karakter dan tes untuk literasi sains. Data dianalisis dengan menggunakan multi analisis varians. Hasil penelitian menunjukan uji hipotesis pertama nilai F= 6,026 dengan signifikansi 0,017<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan karakter siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa F= 14,538 dengan 0,000<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan literasi sains siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional. Uji hipotesis ketiga menunjukan bahwa F= 7,965 dengan 0,001<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan karakter dan literasi sains siswa secara simultan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional.

PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PROJEK TERHADAP KARAKTER DAN LITERASI SAINS SISWA KELAS IV SD GUGUS 2 KECAMATAN BULELENG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi asesmen projek terhadap karakter dan literasi sains siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yang berjumlah 114 siswa dan sampel berjumlah 47 siswa. Penetapan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan rancangan Single Factor Independent Group Design. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk karakter dan tes untuk literasi sains. Data dianalisis dengan menggunakan multi analisis varians. Hasil penelitian menunjukkan uji hipotesis pertama nilai F= 15,813 dengan signifikansi 0.000<0.05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan karakter siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen projek dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa F= 20,471 dengan 0,000<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan yang signifikan antara literasi sains siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen projek dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional. Uji hipotesis ketiga menunjukan bahwa F= 18,868 dengan 0,000<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan karakter dan literasi sains siswa secara simultan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen projek dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional.

О сложной этнической и языковой идентичности населения Чувашии

В статье представлены материалы социологических опросов населения Чувашии за 2015–2019 гг. по проблемам этнокультурного развития и межнациональных отношений в республике. В ходе исследования получены достаточно устойчивые результаты, свидетельствующие о выборе частью респондентов сложной этнический и языковой идентичности: они относят себя одновременно к русским и чувашам, указывают в качестве родных русский и чувашский языки. Выбор двух (редко трех) родных языков наблюдается обычно в два-три раза чаще, чем признание себя носителем сложной этнической идентичности. Сравнение уровней суждений по поводу некоторых этнокультурных ситуаций позволяет говорить о возможности выделения группы лиц, прежде всего со сложной этнической идентичностью, в относительно самостоятельную группу, дрейфующую со своими оценками и предпочтениями между группами русских и чувашей, с переходом в отдельных вопросах границ групп, мнений которой они в основном придерживаются. Materials of the sociological surveys of the population of Chuvashia in 2015-2019 on the problems of ethno-cultural development and interethnic relations in the Republic are presented. Russian and Chuvash languages have been identified as native languages. The results indicating that a part of the respondents choose a complex ethnical and linguistic identity and feel themselves as both Russians and Chuvash are quite stable. Choosing two (rarely three) native languages is usually two to three times more common than recognizing oneself as a carrier of a complex ethnic identity. Comparison of judgments about certain ethno-cultural situations suggests that it is possible to distinguish a group of people, primarily with a complex ethnic identity, into a relatively independent group, drifting with their own assessments and preferences between groups of Russians and Chuvash, with the transition in certain issues of the boundaries of groups, whose opinions they mostly adhere to.

Civil Law Peculiarities of State and Municipal Contracts Concluded with the Use of Electronic and Digital Means

The article reflects the results of the analysis of legislation on the conclusion of state and municipal contracts using electronic and digital means and the practice of its application. It is noted that the conclusion of the contracts in question differs in physical and technological terms from those actions that are performed in the course of procurement without the use of electronic and digital means. However, the functional purpose of digital procurement remains unchanged. Therefore, neither special legislation on electronic digital signatures, nor the existence of requirements for the use of electronic digital means in the conclusion of state and municipal contracts change their written form. At the same time, the legal structure of their conclusion becomes more complex due to the requirement to specify a special record of accounting nature-the purchase identification code, which makes it possible to separate the contracts in question into an independent group along with transactions requiring state registration.