JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

28
(FIVE YEARS 28)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pembangunan Negara Veteran Jakarta

2684-950x, 2085-4366

Author(s):  
Indra Fransisco, Amd. Kep ◽  
Devi Angeliana Kusumaningtiar, SKM, MPH ◽  
Ira Marti Ayu, SKM, M.Epid ◽  
Ahmad Irfandi, SKM, MKM

Abstrak Latar Belakang:Acute Respiratory Infections (ARI) arise due to infection with agents with human to human transmission and symptoms can appear in a short time. Menurut hasil laporan bulanan yang didapatkan dari Puskesmas Tumbang Samba jumlah penderita ISPA pada 2 bulan terakhir mengalami peningkatan dari 22,6% menjadi 30,1%. Berdasarkan kasus yang terjadi pada balita di Puskesmas Tumbang Samba jumlah kunjungan rata-rata pasien ISPA sebanyak 276 balita setiap tahun. Studi ini dilakukan untuk menilai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Samba Danum Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tumbang Samba Kecamatan Katingan Tengah Tahun 2021. Metode: Studi cross sectional dilakukan pada Desember 2020 sampai Januari 2021 dengan sampel 165 responden yang dipilih secara puposive sampling. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan variabel umur, status gizi, status imunisasi dan ISPA. Data dianalisis bivariat dengan uji Chi Square. Hasil: Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 91 balita (55.2%) mengalami ISPA. Proporsi tertinggi ditemukan pada umur balita (21.8%), balita gizi baik (67.9%), imunisasi tidak lengkap (66,1%). Hasil Chi Square menunjukan terdapat hubungan antara umur dan status imunisasi dengan kejadian ISPA, sedangkan status gizi tidak terdapat hubungan dengan kejadian ISPA. Kata kunci: Kejadian ISPA, Umur, Status Gizi, Status Imunisasi   Abstract Background: Acute Respiratory Infection or ARI is a respiratory tract disease caused by infectious agent, and is transmitted from human to human with symptoms usually appearing quickly. According to the results of monthly reports obtained from the Tumbang Samba Public Health Center, the number of patients with ARI in the last 2 months has increased from 22.6% to 30.1%. Based on cases that occurred in toddlers at the Tumbang Samba Health Center, the average number of visits for ARI patients was 276 toddlers every year. This study was conducted to assessed related factors associated with the incidence of ARI in children under five in Samba Danum Village, the Working Area of the UPTD Puskesmas Tumbang Samba, Central Katingan District in 2021. Method:The cross sectional study was conducted from December 2020 to January 2021 with a sample of 165 respondents who were selected by purposive sampling. Questionnaires were used to collect variables of age, nutritional status, immunization status and ARI. Data were analyzed bivariate with Chi Square test. Result:The results of this study found that 91 children under five (55.2%) had ARI. The highest proportion was found at the age of toddlers (21.8%), well-nourished children (67.9%), incomplete immunization (66.1%). Chi Square results show that there is a relationship between age and immunization status with the incidence of ARI, while nutritional status has no relationship with the incidence of ARI. Keywords: ARI, age, nutritional status, immunization status


Author(s):  
Danyaa Allya Salsabilla ◽  
Iin Fatmawati ◽  
Ikha Deviyanti Puspita ◽  
Utami Wahyuningsih

Abstrak Latar belakang: Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk dunia, tidak terkecuali di Indonesia, meningkat signifikan selama 10 tahun terakhir. Hal ini mengakibatkan peningkatan pesat jumlah lansia, jika hal ini tidak diimbangi dengan kualitas hidup yang baik tentunya akan berdampak pada gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi (IMT) dan aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia di RW 02 Desa Jatibening, Bekasi. Metode: Penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Responden dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 63 lansia (>60 tahun). Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2020 – Januari 2021. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran langsung menggunakan timbangan digital dan pengukur tinggi badan mikrotoise. Data aktivitas fisik dan kualitas hidup diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan wawancara menggunakan Physical Activity Scale for the Elderly (PASE) dan World Health Organization Quality of Life Old (WHOQOL-OLD). Pengolahan data menggunakan uji korelasi rank spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup (r = 0,471; p = 0,000) dan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup (r = 0,673; p = 0,000) di RW 02 Desa Jatibening , Bekasi. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lanjut usia Kata kunci: Status gizi, aktivitas fisik, kualitas hidup, lanjut usia   Abstract Background: Life expectancy of the world's population, including Indonesia, has increased significantly for the last 10 years. This has resulted in a rapid increase in the number of elderly people, if this is not balanced with a good quality of life it can cause health problems. This research was aims to analyze the relationship between nutritional status (BMI) and physical activity with the quality of life of the elderly in RW 02 Jatibening Village, Bekasi.. Methods: This research method is analytic observational with a cross-sectional design. The respondent was selected by using simple random sampling technique with a total sample of 63 elderly (> 60 years). Data collection was carried out in December 2020 - January 2021. Nutritional status data obtained through direct measurement using a digital scale and a microtoise height meter. Physical activity and quality of life data were obtained through filling out a questionnaire with interviews using the Physical Activity Scale for the Elderly (PASE) and the World Health Organization Quality of Life Old (WHOQOL-OLD). Data processing using the Spearman rank correlation test. Result: The results showed that there was a relationship between nutritional status and quality of life (r = 0.471; p = 0.000) and there was a relationship between physical activity and quality of life (r = 0.673; p = 0.000) in RW 02 Jatibening Village, Bekasi. Conclusion: There is a relationship between nutritional status and physical activity with quality of life of the elderly Key Words: Nutritional status, physical activity, quality of life, elderly


Author(s):  
Siti Tumanina Triandari ◽  
Iin Fatmawati ◽  
Taufik Maryusman ◽  
Ikha Deviyanti Puspita

Abstrak Latar belakang: Kebugaran di Indonesia masih termasuk kategori yang rendah. Berdasarkan data Sport Development Index (SDI) kebugaran jasmani di Indonesia sebesar 21% dan pada DKI Jakarta sebesar 25%. Sedangkan menurut data Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) DKI Jakarta ditemukan sebesar 47% atlet cabang olahraga permainan memiliki kebugaran jasmani kurang.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan terkait gizi, asupan karbohidrat, dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani pada atlet cabang olahraga permainan Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 51 atlet cabang olahraga permainan dari kelas 10, 11, dan 12 di SMA Ragunan Jakarta. Pengambilan dan pengumpulan data pengetahuan terkait gizi menggunakan kuesioner, data asupan karbohidrat dengan metode food recall 2x24 jam, data aktivitas fisik dengan kuesioner IPAQ-SF, dan data kebugaran jasmani dengan metode Cooper Test. Data yang diperoleh dilakukan uji Chi Square. Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan terkait gizi (p = 0,000), asupan karbohidrat (p = 0,044) dengan kebugaran jasmani, dan tidak ada hubungan aktivitas fisik (p = 0,727) dengan kebugaran jasmani. Kesimpulan: Pengetahuan gizi dan asupan karbohidrat berhubungan dengan kebugaran jasmani. Kata kunci: Aktivitas fisik; asupan karbohidrat; kebugaran jasmani; pengetahuan terkait  gizi.   Abstract Background: Physical fitness in Indonesia is still on a low category. Based on Sport Development Index (SDI), Indonesia’s Physical Fitness is 21% and 25% on Jakarta. Meanwhile, based on DKI Jakarta’s Pusat Pelatihan Olah Raga Pelajar (PPOP), it is found that 47% of sports games athlete have a low physical fitness. This research purpose is to find out the correlation of nutrition knowledge, carbohydrate intake, and physical activity to physical fitness on sports games athlete. Methods: This research use a cross sectional design, the samples of this research are 51 gaming sports athlete from class 10, 11, and 12 in Jakarta’s Ragunan Senior High School. Nutritional knowledge data are collected through a questionare, carbohydrate intake data are collected with 2x24 hours food recall method, physical activity data are collected through IPAQ-SF questionare, and physical fitness data are collected with Cooper Test method. The collected data are processed through Chi Square test. Result: After data analysis, it is found that there are a correlation of nutritional knowledge (p= 0,000) and carbohydrate intake (p=0,044) to physical fitness, but there is no correlation of physical activity (p=0,727) to physical fitness. Conclusion: There is a correlation between nutritional knowledge and carbohydrate intake with physical fitness Keywords: Carbohydrate intake, nutritional knowledge,  physical activity, physical fitness.


Author(s):  
Azarine Pandita Widyadhara ◽  
Tasya Meilani Putri

Abstrak Latar Belakang: Dalam kehidupan rumah tangga pasti tidak luput dari permasalahan-permasalahan. Salah satu penyebab utama dalam permasalahan rumah tangga adalah belum dewasanya pasangan. Pernikahan dini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sering ditemui di masyarakat yaitu karena faktor ekonomi. Faktor ini yang paling sering dijadikan alasan untuk menikahkan anak yang masih di bawah umur dengan seseorang yang dianggap mampu secara ekonomi. Metode: Studi ini menggunakan desain sistematik review dengan mengikuti Panduan Pilihan untuk Ulasan Sytematic Review dan Meta Analyses (PRISMA) dan menggunakan flowchart berdasarkan daftar periksa PRISMA 2009, yaitu dengan menghilangkan artikel yang tidak relevan dengan menggunakan kriteria inklusi, penyaringan, kelayakan, dan pengunduhan akhir artikel yang relevan. Hasil: Pernikahan yang dilakukan di usia muda sering terjadi dikarenakan perjodohan, kehamilan diluar nikah, dan faktor ekonomi. Berbagai macam faktor yang memicu hal tersebut terjadi karena adanya dorongan faktor ekonomi, kehamilan diluar pernikahan, mengalami putus sekolah, dan pengaruh pasangan untuk menikah muda. Pernikahan yang dilakukan di usia muda pun sering kali membuat pasangan mengalami kegagalan dalam meraih kesejahteraan psikologis. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa dalam pengaturan atas kehidupan anak yang bersifat normatif, seperti menikah diusia dini dapat menimbulkan atau menyebabkan berbagai dampak negatif bagi anak. Kata Kunci: Dampak, Pernikahan muda, Faktor   Abstract Background: In the life of the household certainly is not free from problems. One of the main causes of problems in the household is couples who are not yet mature. Early marriage occurs due to several factors. One factor that is often encountered in the community is due to economic factors. This factor is most often used as an excuse to marry an underage child to someone who is considered economically capable. Method: This study uses a systematic design review by following the Choice Guidelines for Sytematic Review and Meta Analyze Review (PRISMA) and using a flowchart based on the 2009 PRISMA checklist, namely by removing irrelevant articles using inclusion, filtering, eligibility, and final download criteria relevant article. Results: Marriage conducted at a young age often occurs due to arranged marriages, extramarital pregnancy, and economic factors. Various types of factors that trigger this occur because of the crush of economic factors, the existence of pregnancy outside of marriage, having dropped out of school, and the influence of couples to marry young. Weddings conducted at a young age often make couples fail to achieve psychological well-being. Conclusion: Based on this research, it can be seen that in regulating the lives of children who are normative, such as marrying at an early age can cause data or cause various negative impacts on children. Keywords: Impact, young marriage, factors


Author(s):  
Namira Wadjir Sangadji ◽  
Erna Veronika

Abstrak Latar belakang: Pemberian MPASI yang benar dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak, akan tetapi masih banyak orang tua yang belum memahami praktek pemberian MPASI yang benar. Hasil observasi menunjukan sebagian besar orang tua di Desa Rabutdaiyo belum mengetahui kapan waktu yang ideal untuk memberikan MPASI. Hampir sebagian besar orang tua di Desa Rabutdaiyo memberikan MPASI sebelum 6 bulan, bahkan ada yang kurang dari 3 bulan. Berdasarkan fakta di atas maka peneliti tertarik untuk memberikan penyuluhan sebagai upaya meningkatkan pemahaman  ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Metode: Eksperimen semu (quasi experiment) berdasarkan rancangan one group pre-posttest design digunakan dalam studi ini. Penelitian ini dilakukan secara langsung melalui intervensi penyuluhan tentang MPASI. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan ibu tentang MPASI, usia ibu, pendidikan ibu, paritas dan status pemberian MPASI. Besar sampel dalam studi ini menggunakan total sampling 20 ibu yang memiliki baduta Hasil: Analisis t-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan tentang MPASI sebelum dan sesudah intervensi Kesimpulan: Kegiatan penyuluhan tentang MPASI di Desa Rabutdaiyo terbukti secara statistik dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang MPASI. Kata kunci: Penyuluhan MPASI, tumbuh kembang, pengetahuan ibu  Abstract Background: Giving the correct complimentary food to children can help them grow and develop more quickly, but many parents are unaware of this practice. According to the findings, the majority of parents in Rabutdaiyo Village do not know when it is appropriate to administer MPASI. The majority of parents in Rabutdaiyo Village provided supplemental feeding prior to the age of six months, and some even before the age of three months. The researchers are interested in undertaking counseling to boost mothers' knowledge of complementary feeding (MPASI).  based on the findings above Methods: A quasi-experiment with a one-group pre-posttest design was employed as the research approach. This research was conducted directly through counseling intervention about MPASI. Mother's awareness of complementary meals, mother's age, mother's education, parity, and status of complementary feeding were the variables in this study. A total of 20 mothers with children under the age of two were included in this study's sample size. Result: There was a significant difference in complementary food knowledge scores before and after the intervention, according to the t-test analysis. Conclusion: Counseling activities on MPASI in Rabutdaiyo Village were statistically proven to increase mothers' knowledge about MPASI. Key Words: MPASI counseling , growth and development, mother's knowledge


Author(s):  
Evin Novianti ◽  
Chaerani Chaerani

Abstrak Latar Belakang: Pandemi covid 19 mempengaruhi bidang pendidikan dengan diberlakukannya pembelajaran jarak jauh sehingga dapat menimbulkan dampak psikologis bagi remaja. Dalam pelaksanaannya maka dibutuhkan dukungan keluarga dan teman sebaya agar remaja merasa lebih diperhatikan dan disayangi. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan dukungan keluarga dan teman sebaya terhadap kecemasan dalam proses pembelajaran saat pandemi covid 19 pada siswa di SMPN 5 Depok. Metode: Studi cross sectional dengan teknik simple randoom sampling sebanyak 242 responden. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Studi menemukan pengaruh antara dukungan keluarga dengan kecemasan belajar (p value= 0,002) dan dukungan teman sebaya dengan kecemasan belajar (p value= 0,025) pada siswa di SMPN 5 Depok. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja yang memiliki dukungan keluarga dan teman sebaya yang baik akan memberikan dampak dalam belajar yaitu meminimalisir terjadinya kecemasan belajar, khususnya saat pandemi covid-19. Dukuungan keluarga dan teman sebaya mempunyai peranan penting untuk memotivasi remaja sehingga mengurangi kecemasan. Kata Kunci : Dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, remaja, kecemasan belajar.   Abstract Background: The COVID-19 pandemic has affected the education sector with the implementation of distance learning so that it can have a psychological impact on teenagers. In its implementation, it takes the support of family and peers so that teenagers feel more cared for and loved. This study aims to determine the relationship between family and peer support for anxiety in the learning process during the COVID-19 pandemic in students at SMPN 5 Depok. Methods: Cross sectional study with simple random sampling technique as many as 242 respondents. Data analysis using chi square test. Results: The study found the effect of family support with learning anxiety (p value = 0.002) and peer support with learning anxiety (p value = 0.025) in students at SMPN 5 Depok. Conclusion: The results of the study show that teenagers who have good family and peer support will have an impact on learning, namely minimizing the occurrence of online learning anxiety during the covid-19 pandemic. Family and peer support has an important role to motivate adolescents so as to reduce anxiety. Keywords: Family support, peer support, adolescents, anxiety in learning.


Author(s):  
Afdalul Aan Magfirah ◽  
Lia Muslima ◽  
M Sabdi

Abtrak Latar Belakang: Common Cold adalah infeksi yang terjadi di nasofaring dan hidung, salah satu upaya untuk mencegah penyakit Common Cold adalah kebersihan lingkungan rumah atau sanoitasi. Di Aceh jumlah penyakit common cold masuk dalam peringkat pertama dari 10 besar penyakit terbanyak. Metode: Jenis penelitian ini bersifat diskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengujung puskesmas berobat di puskesmas Bandar Kabupaten Bener Meriah sebanyak 138 KK. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dimana jumlah sampel 58 responden. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 58 responden mayoritas sanitasi rumah responden Tidak Memenuhi Syarat sebanyak 43 responden (74,1%), dan mayoritas kejadian Common Cold sebanyak 40 responden (69,0%). Uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan sanitasi rumah dengan kejadian common cold diperoleh  p- value  0,000 (P ≤ 0,05). Kesimpulan: Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sanitasi rumah dengan kejadian common cold, Disarankan kepada responden agar dapat meningkatkan atau menjaga sanitasi rumah yang sehat sehingga terhindar dari kejadian penyakit common cold. Kata kunci: Common Cold ,Perilaku Merokok, Sanitasi   Abstract Background: Common cold is a primary infection of the nasopharynx and nose Sanitation is an effort to prevent disease that focuses on activities for the health of the human environment.This type of research is analytic descriptive with cross sectional design. Method: The population in this study were all patients seeking treatment at the Puskesmas Bandar, Bener Meriah Regency, as many as 138 families. Sampling was carried out using the Slovin formula where the number of samples was 58 respondents. The study was conducted from 25 November to 5 December 2020 using a questionnaire. Result: The results of this study indicate that of the 58 respondents the majority of respondents' home sanitation does not meet the requirements as many as 43 respondents (74.1%), and the majority of common cold incidents are 40 respondents (69.0%). Based on the results of the Chi Square statistical test and at the 95% level of confidence, it was carried out to determine the relationship between home sanitation and the incidence of common cold, the P value was obtained (P ≤ 0.05). Conlusion: This shows statistically that there is a significant relationship between home sanitation and common cold. Key Words: common cold,Smoking Behavior, sanitation.


Author(s):  
Ainun Wulandari ◽  
Maisya Rivita

Abstrak Latar belakang: Kusta atau lepra disebabkan oleh Mycobacterium leprae dan dikategorikan sebagai penyakit menular. Kusta termasuk salah satu masalah kesehatan di beberapa negara. Disabilitas permanen dan gangguan kualitas hidup merupakan ancaman kesehatan bagi penderitanya jika tidak ditangani. Selain pengobatan dengan Multi Drug Therapy (MDT), penderita kusta perlu memperhatikan perawatan diri secara kontinyu seumur hidupnya. Perawatan diri ini dapat mencegah disabilitas dan juga memburuknya disabiltas pada penderita kusta. Studi ini ditujukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap perawatan diri penderita kusta di RSUP Dr. Sitanala Kota Tangerang. Metode: Penelitian cross sectional ini dilakukan pada Juli 2020 melalui wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Poli Kusta RSUP Dr. Sitanala Kota Tangerang dengan responden sebanyak 83 orang dan dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan tidak memiliki hubungan terhadap perawatan diri penderita kusta di RSUP Dr. Sitanala Kota Tangerang (p-value=0,069) dan terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap perawatan diri penderita kusta rawat di RSUP Dr. Sitanala Kota Tangerang (p-value = 0,003). Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita kusta yang memiliki pengetahuan baik ataupun kurang baik melakukan perawatan diri yang sama. Dukungan keluarga memiliki peranan penting dalam memotivasi penderita kusta untuk melakukan perawatan diri yang baik. Kata kunci: Kusta, Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Perawatan Diri.   Abstract Background: Leprosy or leprosy is caused by Mycobacterium leprae and is categorized as an infectious disease. Leprosy is one of the health problems in several countries. Permanent disability and disruption quality of life are a health threat to sufferers if not treated. In addition to treatment with Multi Drug Therapy (MDT), selfocare must be carried out by leprosy patients continuously throughout their lives. This self-care can prevent disability and also a worsening of disability in patients with leprosy. This study was conducted to determine the relationship between knowledge and family support for self-care of leprosy patients at RSUP Dr. Sitanala, Tangerang City. Methods: A cross sectional study was performed during July 2020 by interview using questionnaires. This research was conducted at the Leprosy Poly Dr. Sitanala Central Hospital Tangerang City with 83 respondents and were analyzed using the Fisher’s Exact test. Result: The result showed that knowledge had no relationship with self-care of leprosy patients at Dr. Sitanala Hospital, Tangerang City (p-value = 0.069), while there was a relationship between family support for self-care of leprosy patients at Dr. Sitanala Hospital, Tangerang City (p-value = 0.006). Conclusion: The results showed that leprosy patients who had good or poor knowledge did the same self-care. Family support has an important role in motivating good self-care of leprosy patients. Key Words: Leprosy, Knowledge, Family Support, Self-Care.


Author(s):  
Dhesti Nisrina Azizah ◽  
Rafiah Maharani Pulungan ◽  
Dyah Utari ◽  
Afif Amir Amrullah

Abstrak Latar belakang: Faktor perilaku merupakan salah satu permasalahan dalam kepatuhan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Teori Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku terdiri atas faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong. Alat Pelindung Diri (APD) sudah menjadi sebuah pakaian wajib bagi pekerja, terutama bagi pekerja yang bekerja pada wilayah dengan risiko yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kepatuhan penggunaan APD pada pekerja Proyek pembangunan PLTGU Muara Tawar PT. Hutama Karya (Persero). Metode: Penelitian ini merupakan analitik kuantitatif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ini pekerja Proyek PLTGU Muara Tawar PT Hutama Karya yang berada di area STG dan HRSG sebanyak 349 pekerja. Hasil: Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 9 pekerja tidak patuh dalam menggunakan APD. Hasil analisis statistik menyimpulkan hubungan pada faktor predisposisi  pengetahuan (P=0,005), faktor pemungkin ketersediaan APD (p=0,003), faktor pendorong pengawasan (p=0,11), sementara itu tidak ditemukan adanya hubungan antara variabel usia (p=0,474), sikap (p=0,157), pendidikan (p=1,000) dengan kepatuhan penggunaan APD Kesimpulan:  Disarankan agar perusahaan dapat konsisten memberikan pemahaman mengenai APD dan tegas dalam kepatuhan penggunaan APD Kata kunci: kepatuhan APD, Pekerja, APD pada pekerja Abstract Background: Behavioral factor is one of the problems in compliance with Personal Protective Equipment (PPE) usage which can prevent work accidents. Lawrence Green's theory explains that behavior consists of 3 factors such as predisposing, supporting and driving factors. Personal protective equipment (PPE) has become a mandatory attire for workers, especially for workers who work in high risk areas. Methods: The purpose of this study was to determine the factors that related to the compliance to wear PPE on the workers of the Muara Tawar PT. Hutama Karya (Persero) project. This research type was quantitative analytic with cross sectional design. The population of this study were 349 workers of the Muara Tawar PLTGU PT Hutama Karya project in the STG and HRSG areas. Result: The results showed that 9 workers (questionnaire) and 32 workers (observation sheets) did not comply to wear PPE. The results of statistical analysis showed a connection to the predisposing factors of knowledge (P = 0.005), the enabling factors for the availability of PPE (p = 0.003), and the driving factors for supervision (p = 0.11) and there was no connection between the variables of age (p = 0.474), attitude (p = 0.157), education (p = 1,000) with compliance to wear PPE. Conclusion: suggested that companies can consistently provide an understanding PPE and be firm in compliance to wear PPE. Key Words: compliance PPE, Workers, PPE on Workers


Author(s):  
Veronica Christie Guesteva ◽  
Riza Andini Anggraini ◽  
Laura Patrycia Maudi ◽  
Putri Yasmin Rahmadiani ◽  
Neva Azzahra

Abstrak Latar Belakang: Saraf tepi pinggang bagian bawah sering mengalami masalah kesehatan yang saat ini lebih dikenal sebagai Low Back Pain (LBP). Penyakit ini sangat umum terjadi dan menjadi salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam kualitas kinerja dan kesejahteraan kerja. Penyebab Low Back Pain (LBP) yang paling sering adalah duduk terlalu lama, sikap duduk yang salah, dan aktivitas yang berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor besar yang menyebabkan terjadinya Low Back Pain di tempat kerja kantoran.  Metode: Kajian ini diolah melalui proses sistematik yang tentu disesuaikan dengan tahapan Preferred Reporting Items for Systematic Review (PRISMA). Google Scholar digunakan karena kemudahan dalam mengakses juga banyaknya literatur yang dapat diakses secara gratis. Artikel dipilih berdasarkan publikasi yang diterbitkan dalam periode waktu dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021.  Hasil: Posisi duduk yang tidak ergonomis, durasi duduk cukup lama dengan posisi yang sama, lingkungan kerja, dan karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berhubungan dengan kejadian LBP. Sementara itu, beban kerja tidak berhubungan dengan kejadian LBP. Kesimpulan: Faktor yang mempengaruhi kejadian LBP pada pekerja kantoran yaitu karakteristik individu, posisi duduk, durasi duduk, dan faktor lingkungan kerja berhubungan dengan kejadian LBP. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan yaitu beban kerja. Diharapkan kepada para pekerja kantoran untuk memperbaiki posisi dan durasi duduknya sebagai pencegahan terhadap LBP. Kata kunci : Low Back Pain, posisi duduk, pekerja kantoran, dan tempat kerja Abstract Background: The nerves of the lower waist often experience health problems which are currently better known as Low Back Pain (LBP), this disease is very common and became one of the main factors that affect the quality of work performance and welfare. The most common causes of Low Back Pain are sitting too long, the wrong sitting posture, and excessive activity. The purpose of this study were to identify and understand the major factors that cause LBP in the office workplace.  Methods: This study was processed through a systematic process which adapted to the Preferred Reporting Items for Systematic Review (PRISMA) stage. Google Scholar was used due to the convenience of accessing, the large amount of literature, and open access. Articles published during 2016 to 2021 were included. Result: This study found that a non-ergonomic sitting position, long sitting duration in the same position, work environment, and individual characteristics (such as age, sex, and Body Mass Index (BMI)) were associated with the incidence of LBP. Meanwhile, the workload were not related to the incidence of LBP.  Conclusion: Individual characteristics, sitting position, sitting duration, and work environment were found as related factors of LBP. It is expected for office workers to improve their sitting position and duration as a prevention against LBP. Key Words : Low Back Pain, sitting posture, office worker, and workplace


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document