scholarly journals PEMUJAAN SIMBOL DAN PEMAKNAAN ATRIBUT SUCI DI KOMPLEKS PERCANDIAN DIENG JAWA TENGAH

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Ni Kadek Surpi ◽  
Ni Nyoman Ayu Nikki Avalokitesvari ◽  
I Made Gami Sandi Untara

<p>Penemuan Arca<em> Śiva Triśirah</em> di Kompleks Percandian Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, Indonesia mengungkapkan hal baru dalam konstruksi Teologi Hindu Nusantara di masa lampau.  Bahwa konsep pemujaan <em>Śivaistik </em>mencapai titik kematangan teologinya dengan pemujaan atribut suci yang menuntun para pemuja menuju keberadaan Tuhan Tertinggi, yakni Siva yang melampaui waktu dan keadaan, melampaui semua nama Dewa. Konsep ini juga disebut <em>Nir-Saguna Brahman</em> dalam kontruksi Teologi Hindu Nusantara. Sebagai “Kota Imam” sejumlah simbol dan atribut ilahi yang dijadikan sebagai media pemujaan. Dataran Tinggi Dieng dianggap titik suci utama dan pertama di pulau Jawa dan Nusantara. Dieng disebut sebagai Poros Dunia, Poros Kosmik, memiliki banyak tanda-tanda suci. Dalam sejarahnya yang Panjang, Dieng merupakan titik sentral Peradaban Hindu, tempat para <em>Ṛṣi</em> mengabdikan hidupnya untuk pengetahuan, memohon kesejahteraan bagi Raja Raja Hindu pada berbagai Jaman di Tanah Jawa dan Nusantara. Kompleks Candi Dieng ini memiliki usia yang sudah sangat tua karena pembangunannya telah dimulai pada abad ke- 7 dan ke-8, bahkan diyakini lebih tua lagi. sejumlah catatan menyatakan bahwa Dieng masih sebagai kompleks pemujaan Hindu pada abad ke-14 bahkan hingga abad ke-19. Awalnya Candi-Candi di Dataran Tinggi Dieng berjumlah 400 candi, namun saat ini yang tersisa hanya delapan kompleks candi.  Candi di Dataran Tinggi Dieng diberi nama tokoh-tokoh  <em>Māhābharata</em> versi pewayangan Jawa seperti Candi Arjuna, Semar, Srikandi,  Sembadra, Puntadeva, Ghatotkaca,  Setyaki, Candi Nakula dan Sadewa, Dwarawati, Pandu, Margasari, dan Candi Parikesit. Konsep Ketuhanan di dataran Tinggi Dieng bercorak <em>Śiva</em>istik dengan pemujaan Tri <strong>Mūrti. </strong>Dewa <em>Śiva Triśirah</em>, yakni <em>Śiva</em> dengan tiga wajah dan empat tangan, merupakan Dewa Tertinggi.  Namun demikian, terdapat sejumlah simbol dan atribut ilahi yang menjadi media pemujaan sebagai upaya terhubung dengan keilahian. Pemujaan atas simbol dan stribut suci ini menghidupkan fakta baru tentang kematangan konsep Teologi Hindu di Nusantara.</p><p> </p>

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document