scholarly journals PENERAPAN KAIDAH LA NAHYU PADA JUZ 30: ANALISIS MUHAMMAD KHALID AL-SABITH

2019 ◽  
Vol 4 (01) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Dindin Moh Saepudin

para ahli Usul baik dalam Fiqih maupun tafsir terdapat perbedaan paham mengenai al-Nahyu  yang bermakna hakiki yaitu al-Tahrim(التحريم) atau bermakna Majazi, yang mempunyai beberapa makna seperti Doa (الدعاء), Iltimas(التمس) , Irshad (ارشاد), Dawam (دواما), Bayan al-’Aqibah (بيان العقبه) , al-yais(اليأس)  , Tamanni (التمني), Tahdiid, (تهديد), Kara<hah  (الْكَرَاهَةُ), Tahqir (تحقير) , I’tinas الإئتناس)) dan Taubikh  (توبخ). Penggunaan Nahyu  lebih ditekankan pada syariat-syariat Islam dan operasional hukum, sedangkan pemaknaan Nahyu  pada masalah akidah, keimanan dan moral masih jarang dilakukan, oleh karena itu penulis berupaya menganalisis La Nahyu   dengan pendekatan kaidah Muhammad Khalid al-Sabith dalam karya Qawaid al-Tafsir pada Juz 30 yang merupakan surat Makiyyah, yang terulang 29 kali pada  Surat al-Naba: 24(2),35(2),37,38, al-infitar :19, al-Inshiqaq:20, 21, al-‘Ala: 6, 13(2), al-Ghashiyyah :7(2),11, 17, al-Fajr:17, 18, 25,26, al-Balad:11, al-Shams:15, al-Lail:15, al-Duha:9,10, al-‘Alaq:19, al-‘Adiyat:9, al-Maun:3, al-Kafirun:2, Selain itu kelebihan  Hasil penelitian menujukkan bahwa penggunaan kaidah Nahyu  Usman Bin sabit yaitu kaidah satu digunakan pada 6 ayat, kaidah empat pada 17 ayat, dan kaidah lima pada 5 ayat, sedangkan makna La Nahyu  yang bermakna hakiki terulang 4 kali  yang bermakna al-Tahrim, sedangkan makna majazi terulang 25 kali dengan makna  taubikh 4 kali, bayan al-‘aqibah 15 kali, al-yais(اليأس) 1 kali, Dawam (دواما) 2 kali, Tahqir (تحقير)  1 kali, dan Irshad (ارشاد) 2 kali. Hal terebut menunjukkan bahwa ayat-ayat Makiyyah tidak menyinggung masalah hukum syariat tetapi menekankan kepada keimanan, akidah dan moral universal,

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document