scholarly journals STRATEGI REYOG ONGGO PATI DI ERA KAPITALISME

Author(s):  
Dheny Jatmiko ◽  
Endang Poerbowati

Kondisi terkini yang semakin dikuasai oleh kapitalisme dan komersialisasi menuntut segala bidang untuk beradaptasi agar dapat bertahan dan berkembang. Dalam seni tradisional, serangkaian inovasi dilakukan bukan sekadar untuk mendapatkan keuntungan secara komersial, namun untuk tetap menjaga penerimaan generasi terbaru pada seni tradisi tersebut sehingga proses pewarisan akan lebih mudah dilakukan. Sebaliknya, bagi yang berpegang pada orisinalitas berpandangan pewarisan harus tetap dilkukan namun tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan-perubahan pada pakem yang telah ditentukan oleh leluhur. Seni reyog yang berasal dan berkembang di Kabupaten Ponorogo juga mengalami hal serupa. Ketika banyak kelompok reyog lain melakukan inovasi dengan mengubah pakem, kelompok Reyog Ongopati yang berada di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo mendeklarasikan diri bahwa seni reyog yang dihasilkannya adalah seni reyog asli sesuai dengan pakem yang diturunkan leluhur. Dengan narasi orisinalitas ini, Reyog Onggopati berhasil untuk terus bertahan dalam duani seni reyog, bahkan menginisiasi Desa Plunturan sebagai desa budaya dengan daya tarik wisata berupa seni reyog pakem Onggopati. Strategi lain yang diterapkan oleh Reyog Onggopati adalah menjalin kolaborasi dengan pemerintah desa, sinergi dengan masyarakat (sosial dan budaya), sinergi dengan agama, dan dukungan dari keluarga untuk proses regenerasi.

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document