scholarly journals SOEHARTO DAN GERAKAN 30 SEPTEMBER (G30S) DALAM NARASI MEMORI MEDIA BERITA DARING INDONESIA

InterKomunika ◽  
2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 27
Author(s):  
Muhammad Aswan Zanynu

Gerakan 30 September (G30S) merupakan salah satu momen penting dalam sejarah modern Indonesia, keadaan dan orientasi Indonesia menjadi berbeda sebelum dan setelah tahun tersebut. Soeharto sebagai tokoh yang memainkan sejumlah peran strategis di tahun 1965 penting untuk menjadi objek kajian mengingat peristiwa itu yang membawanya selama lebih dari tiga puluh tahun berada di tampuk kekuasaan Indonesia, menggantikan Presiden Sukarno. Selama kurun waktu itu juga, G30S telah menjadi alat propaganda negara. Setelah dua dekade Soeharto tidak berkuasa lagi dan peristiwa ini telah memasuki usia setengah abad, di tahun 2015 sejumlah media berita daring (online) Indonesia mengisahkan kembali peristiwa tersebut. Studi ini berangkat dari premis bahwa besarnya kapasitas ruang di internet dan dukungan pranala (hypertext) pada web, termasuk banyaknya referensi terkait Peristiwa G30S dan pasca-G30S, memungkinkan situs berita menyajikan memori yang lebih lengkap dan beragam. Penelitian ini mempertanyakan: Bagaimana media berita daring Indonesia menarasikan pewarisan memori atas peran Soeharto dan G30S setelah setengah abad berlalu? Dengan menggunakan konsep memori media dari Motti Neiger dkk serta teori Paradigma Naratif Fisher, studi ini menggunakan metode framing dari Pan dan Kosicki untuk menganalisis 27 artikel yang tersebar di enam situs berita Indonesia. Ditemukan bahwa Soeharto ditampilkan dalam dua narasi utama. Pertama, Soeharto sebagai tokoh  militer ‘penyelamat’ yang berhasil menghentikan rencana makar. Kedua, Soeharto sebagai ‘avonturir’ yang  mengetahui rencana makar tersebut dan melakukan segala tindakan untuk menggagalkan serta mengambil keuntungan atasnya. Kedua narasi memori media ini memenuhi kriteria konsistensi internal (dalam teks). Kelemahannya terdapat pada kurangnya ketepatan eksternal saat dikonfirmasi antarteks.  Studi ini menemukan bahwa internet dengan ruang yang nyaris tak terbatas, bukanlah jaminan bagi munculnya narasi memori yang lengkap dan beragam.   

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document