scholarly journals Raymundus Sudhiarsa SVD, Paulinus Yan Olla, MSF (ed.) Menjadi Gereja Indonesia yang Gembira dan Berbelaskasih Dulu, Kini dan Esok Seri Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang: STFT Widya Sasana 2015, 460 hal

2018 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 140-142
Author(s):  
Franz Magnis-Suseno

Buku  kedua suntingan Raymundus Sudhiarsa dan  Paulinus Yan Olla (2015) memuat duapuluh tulisan — sumbangan dosen-dosen STFT Widya  Sasana pada hari Studi 2015 — yang berfokus pada dua dokumen tulisan kunci  Paus  Fransiskus: “Evangelii Gaudium”  (2013)  dan “Misericodiae Vultus” (2015). Hari  Studi  itu  mengangkat pertanyaan bagaimana menjawab tantangan agar  Gereja  Indonesia menjadi “gem- bira dan  berbelaskasih.” Tulisan-tulisan ini dibagi dalam empat kelom- pok: Tinjauan historis, tinjauan biblis, tinjauan filosofis dan sosio-kultural, dan  tinjauan  teologis-pastoral, disusul penutup. Saya  membatasi diri pada beberapa catatan saja. Dari empat tulisan “tinjauan historis” yang langsung sangat menarik adalah tulisan pertama (oleh  Edison  R. L. Tinambunan) tentang kenyataan bahwa kristianitas telah  sampai ke Sumatra lebih  dari  seribu  tahun lalu,  dan  dibawa terutama oleh  kaum awam. Cukup menarik apa yang kemudian ditulis oleh Armada Riyanto tentang dua  penulis sejarah  Gereja  Indonesia, Martinus Muskens dan Karel Steenbrink, disusul tulisan tentang Gereja di zaman pendudukan Jepang.  Apa  yang  ditulis oleh  Kristoforus Bala tentang peran devosi pada Ibu  Maria  dalam evangelisasi di  Nusa  Tenggara bagi  banyak pembaca Indonesia barangkali masih  baru.  Dari empat tulisan “tinjauan biblis-teologis” dua  mengenai Perjanjian Lama.      ........................................................................     Dari  tiga  tulisan penutup yang  pertama, dari  Merry  Teresa  Sri Rejeki, menjelaskan dua  dokumen yang  menjadi fokus  tulisan-tulisan jilid ini: “Evangelii Gaudium” dan “Misericordiae Vultus.” Seberikutnya Piet  Go  menjelaskan secara  skematis mengapa iman  Gerejani  perlu “bergembira” dan “berbelas-kasih.” Buku ditutup dengan “Sukacitaku,” puisi  St. Teresia  dari  Kanak-kanak Yesus. Sebagai  kesimpulan: buku ini — meskipun ada  beberapa kelemahan, terutama uraian-uraian teoretis yang  agak  berlebihan dan  absennya perhatian pada sekian  kontroversi baik  dalam masyarakat maupun dalam Gereja  berkaitan dengan hal- hal  yang  dibahas — amat  kaya,  mencerahkan dan  bisa  memperdalam pengertian tentang iman  Gereja  serta  betapa penting dan  perlu Gereja Indonesia mengikuti ajakan  Paus  Fransiskus untuk memancarkan kegembiraan dan belaskasihan Ilahi ke dalam masyarakat (Franz Magnis- Suseno,  Guru  Besar  Ilmu Filsafat Emeritus,  Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara,  Jakarta).

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document