Tasawuf, Irfani, dan Dialektika Pengetahuan Islam

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 217-248
Author(s):  
Ibnu Farhan ◽  
Ahmad Tajuddin Arafat

Cita-cita para Sufi adalah berusaha untuk berperangai seperti perangai Tuhan. Ada sebuah ungkapan yang masyhur di kalangan Sufi, yakni takhallaq bi akhlaq Allah (berperangailah seperti perangai Allah). Tasawuf,dalam lintasan sejarahnya, telah mengalami perkembangan, mulai dari yang bersifat individual hingga yang bersifat terorganisir dalam bentuk suatu tarekat atau ribat Sufi tertentu, sehingga ia dapat menghadirkan tipe-tipe dari kebutuhan spiritual dan psikologis manusia. Dalam perspektif epistemology Islam, Tasawuf masuk dalam ranah nalar Irfani. Epistemologi ini merupakan suatu pengetahuan langsung (al-ru’yah al-mubasyirah) yang diperoleh lewat pengalaman intuitif melalui pendekatan kasyf (penyinaran hakikat oleh Tuhan). Oleh karenanya, validitas kebenarannya dikatakan oleh sebagian orang masih bersifat subjektif, karena masih mendasarkan pada pengalaman personal yang melakukan latihan spiritual. Meski demikian, pengalaman dan pengetahuan sufistik, dalam perspektif epistemologis, masih bias dipertanggunga jawabkan kebenarannya. Setidaknya, ada dua kriteria dalam menguji kebenaran Tasawuf. Pertama, pernyataan sufistik pada dasarnya dapat diuji kebenarannya melalui teori koherensi. Artinya, suatu pernyataan intuitif adalah benar jika pernyataan itu konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Kedua, pernyataan dan pengalaman sufistik juga dapat diuji kebenarannya melalui teori kebenaran pragmatis. Hal itu dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang mengikuti ajaran-ajaran tarekat Tasawuf tertentu sebagai upaya untuk menjernihkan hati dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sehingga, tarekat menjadi semacam sistem sufistik yang mempunyai manfaat praktis dalam upaya menyelami kedalaman spiritual untuk menggapai kehidupan yang lebih bahagia dan tentram. Selain itu, Tasawuf bukanlah sebuah tradisi yang muncul di luar Islam, melainkan tradisi yang tumbuh bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya peradaban Islam. Tasawuf telah banyak memberikan manfaat bagi perkembangan serta kematangan dalam tradisi intelektual Islam. Meski tradisi ini sering dianggap sebagai sebuah tradisi yang menyimpang dari Islam, namun kenyataannya ia adalah bagian yang substansif dalam Islam, yang mana Islam tanpanya kurang mencapai pada derajat yang luhur. Sebab tasawuf merupakan manifestasi konsep ihsan yang hakikatnya merupakan pelengkap sekaligus penyempurna iman dan islam.

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document