VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

63
(FIVE YEARS 41)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Hindu Indonesia

2655-7282, 0852-7776

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 52-70
Author(s):  
I Made Siryadana

Memperhatikan perkembangan kepribadian anak-anak dan remaja dewasa ini, membuat para orang tua dan para pendidik harus mengubah pola pendidikan yang selama ini diterapkan. Pemerintah menanggapi keadaan ini dengan segera mencanangkan penanaman kembali nilai-nilai karakter. Pendidikan karakter ini tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal, melainkan juga dapat dilakukan melalui pendidikan nonformal, salah satunya adalah pasraman. Pasraman adalah sebuah kegiatan pendidikan nonformal yang berlandaskan Agama Hindu. Pasraman Lascarya Parama Seva di Desa Tianyar membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan-kegiatan agama dan kebudayaan, seperti misalnya mesatua, sampai pada belajar Yoga. Proses implementasi pendidikan karakter melalui pasraman lebih banyak menyentuh domain afektif dan psikomotor dari pada domain kognitif. Bentuk pembelajarannya berlangsung secara klasikal, kelompok dan individu.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 26-38
Author(s):  
I Gede Suartama

Mapinton di Pura Candi Gora sebagai pelaksanaan prosesi upacara sakral memiliki arti penting, baik yang tampak (manifest) maupun yang tidak tampak (laten). Sehingga dapat mempertahankan keberadaannya serta mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat pendukungnya. Mapinton sebagai sarana menunjukkan jati diri anak yang suputra, diupacarai, dihormati dan diagungkan, serta sebagai penyempurna kegiatan ritual. Upacara mapinton di Desa Pakraman Tianyar Karangasem memiliki keunikan tersendiri yakni mempersembahkan babi guling sebutan untuk babi yang dibakar. Persembahan babi guling ini dilakukan di Pura Candi Gora.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 1-17
Author(s):  
I Gusti Agung Paramita

Artikel ini membahas tentang aktualisasi Pancasila dalam budaya masyarakat Bali Aga khususnya di dua desa yakni Desa Cempaga dan Pedawa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga yakni observasi, wawancara mendalam dengan para tokoh adat dan agama, dan studi dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Setelah data terkumpul akan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif, lalu dituliskan menjadi laporan penelitian. Berdasarkan penelitian di lapangan, didapatkan hasil yakni bahwa budaya masyarakat Bali Aga di Desa Cempaga dan Pedawa sangat relevan dengan nilai-nilai Pancasila. Aktualisasi dua sila dari Pancasila dalam masyarakat di Desa Cempaga yakni sila tentang kerakyatan dan keadilan sosial. Masyarakat Bali Aga di Desa Cempaga menerjemahkan prinsip kerakyatan dalam kehidupan keseharian. Bentuk aktualisasi nilai Pancasila dalam budaya masyarakat Desa Pedawa juga tidak jauh berbeda dengan Desa Cempaga. Khususnya yang berhubungan dengan musyawarah mufakat dan sikap gotong royong yang merupakan wujud dari Eka Sila Bung Karno. Dalam kehidupan sosio-kultural di Desa Pedawa, prinsip-prinsip pemusyawaratan dijunjung tinggi. Mereka akan bermusyawarah ketika ada kegiatan-kegiatan sosial, budaya dan keagamaan—apalagi berhubungan dengan pengambilan keputusan penting di desanya.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 92-98
Author(s):  
Ida Ayu Ketut Suryani Wahyuni

Usaba Kapat di Desa Timbrah merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan pada purnama kapat. Setiap tahun tradisi Aci Usaba Kapat dimaknai sebagai ucapan rasa syukur dan memohon kesejahteraan untuk masyarakat setempat. Upacara ini diiringi dengan belasan penari yang menarikan tarian rejang sakral sebagai simbol bidadari yang turun ke dunia dengan membawa amerta yang diwujudkan dalam bentuk tirta yang bertujuan untuk memohon datangnya hujan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam tarian ini para penari menggunakan tali selama menari yang memiliki makna sebagai pengikat tresna saling asih saling melindungi. Masyarakat setempat sangat percaya jika upacara ini tidak dilaksanakan maka akan sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi, maka dari itu tradisi Aci Usaba Kapat harus dilaksanakan setiap tahunnya dan harus dipatuhi setiap proses upacaranya, sehingga tradisi ini dianggap relevan hingga saat ini dilaksanakan oleh masyarakatnya.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 39-51
Author(s):  
I Nengah Artawan ◽  
Ni Made Surawati

Tradisi di Desa Trunyan kebanyakan terefleksi dalam kegiatan yadnya. Yadnya ini akan dilandasi dengan keikhlasan tanpa pemrih. Tradisi yang ada di Desa Trunyan banyak memiliki perbedaan dengan desa lainnya. Tentu perbedaan semacam ini bukanlah terletak pada konsepsinya, melainkan hanya menyangkut dengan Desa, Kala, Patra. Salah satu yang akan dikaji dalam artikel ini yakni tradisi mendem sawa. Mendem sawa ada tiga cara yaitu pertama mendem sawa dengan cara tidak dikubur ini khusunya bagi orang Trunyan yang mati wajar, maka di pendem di sema wayah, kedua orang tersebut meninggal belum ketus gigi ini bisa dikatakan masih statusnya anak-anak, maka orang tersebut sawanya di kubur di sema nguda, ketiga ketika orang itu mati karena ulah pati, atau salah pati, baru orang tersebut sawanya dikubur di sema Bantas. Tradisi mendem sawa pada masyarakat Bali Aga inilah yang ada di Desa Terunyan mengalami transformasi nilai etika. Melihat perkembangan semakin maju dan didukung oleh pariwisata, tentu masyarakat trunyan biasa melakukat aktivitas ke kuburan Terunyan, sekaligus menjadi pemandu wisata.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 99-103
Author(s):  
I Kadek Sumadiyasa ◽  
I Wayan Arissusila

Rerajahan Yamaraja dari jaman dahulu digunakan sebagai sarana religius karya seni rupa Hindu yang unik pada upacara Usaba Manggung Aci Sumbu di Desa Bugbug Kabupaten Karangasem. Dalam perkembangan di era modern ini, rerajahan dibuat dengan teknik yang lebih praktis, dipasarkan, sehingga nilai keagamaan menjadi berkurang. Berangkat dari fenomena tersebut, penelitian ini berupaya mengkaji Rerajahan Yamaraja dalam Upacara Usaba Manggung Aci Sumbu di Desa Pekraman Bugbug Karangasem perspektif pendidikan seni rupa dan ornamen keagamaan Hindu. Penelitian ini bertujuan mengembangkan pengetahuan tentang Rerajahan Yamaraja dalam upacara Usaba Manggung Aci Sumbu.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 18-25
Author(s):  
Ni Luh Wiwin Astari ◽  
Made Sugiarta

Isu tentang kesetaraan gender sampai saat ini masih terus diperbincangkan. Hal ini sebagai bentuk upaya mengangkat kesejajaran antara laki-laki dengan perempuan dalam berbagai sektor. Artikel ini berupaya mengangkat Rejang Renteng hubungannya dengan kesetaraan gender. Sebagaimana diketahui, peran perempuan dalam ruang sakral selalu berada dalam posisi minor. Bahkan dalam ruang agama sendiri, laki-laki selalu memainkan peran yang lebih besar daripada perempuan. Tidak begitu dalam seni sakral di Bali. Tarian rejang Renteng semakin menjadi trend pementasan saat ini. Tarian yang gerakannya klasik dan sederhana ini selalu menyedot perhatian penontonnya. Semakin maraknya pementasan Rejang Renteng dalam pelaksanaan upacara yadnya di Bali membuktikan eksistensi perempuan dalam ruang-ruang seni khususnya yang berhubungan dengan agama.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 83-91
Author(s):  
I Nengah Sumada

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Pendidikan karakter menjadi bagian yang sangat utama dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk membangun dan menumbuhkan karakter masyarakat dilakukan pengalian dan pengkajian nilai-nilai agama Hindu. Salah satunya dengan mengimplementasikan Tri Kaya Parisudha dalam pendidikan karakter. Dengan mengimplementasikan Tri Kaya Parisudha dalam pendidikan karakter siswa SD Negeri 8 Ban dapat dijadikan sebagai landasan/pondasi membangun karakter, memberi arahan untuk pembangunan karakter, Tri Kaya Parisudha merupakan cerminan karakter. Dalam pengimplementasian Tri Kaya Parisudha dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu : membiasakan berpikir yang baik, membiasakan berkata dengan baik, membiasakan bertindak yang baik.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 71-82
Author(s):  
I Gede Jaya Kumara ◽  
I Putu Nuratama

Sebagai daerah pariwisata, Kecamatan Kuta Utara, terdapat masyarakat yang tergolong masyarakat rentan serta perlu adanya perhatian khusus, yakni masyarakat lanjut usia. Masyarakat lanjut usia di usia mereka bukannya tidak dapat melakukan apa-apa, justru mereka dapat diberdayakan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Maka pemberdayaan masyarakat lanjut usia salah satunya dengan menggunakan dana yang bersumber dari APBDes perlu untuk diketahui dan dikaji dengan penelitian. Khususnya di Desa Dalung perlu untuk dikaji penggunaan APBDes sebagai bagian kebijakan pemerintah yang berdasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan kepada masyarakat lanjut usia. Maka relevan untuk diangkat judul penelitian yang dilakukan yakni “Kebijakan Humanis Pemerintah Desa Dalung Terhadap Masyarakat Lanjut Usia”. Pendekatan dilakukan dengan kajian humanisme, termasuk jenis penelitian kualitiatif, kemudian disajikan dengan narasi deskriptif. Simpulan penelitian menunjukan kebijakan humanis pemerintah ditunjukkan dengan adanya produk hukum yang pro terhadap masyarakat lanjut usia termasuk dengan pemberian anggaran khusus bagi masyarakat lanjut usia.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
I Gde Jayakumara ◽  
I Gusti Agung Paramita

Cara yang digunakan dalam studi ini untuk mengungkapkan dimensi rasional dalam Hindu yaitu dengan menelusuri pola hubungan manusia dengan dunia atau dalam kajian epistemologis lebih lazim dikenal dengan hubungan subyek-obyek. Pengetahuan menjadi benar bila subyek mengaktualisasikan hasil  dialognya dengan obyek pada tataran kehidupan praksis. Jadi, pengetahuan yang senantiasa bersifat subyektif-obyektif, obyektif-subyektif itu bukan dalam pengertian yang dipertentangkan, melainkan lebih menunjuk pada pengertian subyek menghidupkan obyek; dan obyek memperkaya subyek. Pada titik inilah jalan pembebasan, kelepasan menjadi terbuka.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document