Siddhayatra
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

55
(FIVE YEARS 20)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Penelitian Dan Pengembangan Kemdikbud

2598-1056, 0853-9030

Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 57-74
Author(s):  
Bambang Sakti Wiku Atmojo

Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Lisda Meyanti ◽  
Wahyu Rizky Andhfani

Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 29-45
Author(s):  
Hagim Ginting Tiga ◽  
I Wayan Srijaya ◽  
Ni Ketut Puji Astiti Laksmi

Penelitian ini membahas tentang kehidupan beragama golongan resi pada masa lampau, sekitar akhir abad ke-10 hingga akhir abad ke-12, di Situs Gunung Kawi, berdasarkan peninggalan purbakala dan didukung oleh sumber-sumber tertulis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi kehidupan beragama golongan resi pada masa lampau di Situs Gunung Kawi melalui peninggalan budaya material yang mereka tinggalkan. Selain itu, penelitian semacam ini belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga berguna untuk menambah khazanah penelitian di Situs Gunung Kawi. Penelitian ini dil-akukan berdasarkan langkah-langkah kerja dalam penelitian arkeologi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Situs Gunung Kawi adalah sebuah Mandala (kadewaguruan) atau tempat suci bagi para pertapa/resi, sedangkan fungsi religi dari pahatan-pahatan candi di Situs Gunung Kawi adalah sebagai yantra atau sarana meditasi dalam praktik yoga Tantra. Makna simbolis pahatan-pahatan candi di Situs Gunung Kawi berlipat ganda. Di satu sisi melambangkan gagasan Mahameru-amerta, dan di sisi lain merupakan metafora untuk jalan Tantra Kundalini, dan melambangkan kesatuan dualisme Siwa dan Sakti sebagai tujuan akhir dari jalan Tantra. Praktik keagamaan di Situs Gunung Kawi pada masa lalu mencapai kalepasan sebagai pembebasan terakhir.


Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 61-71
Author(s):  
Ni Putu Resti Telasih ◽  
Ni Ketut Puji Astiti Laksmi ◽  
Zuraidah Zuraidah

Pembangunan sebuah rumah memiliki aturan tertentu. Begitupula pembangunan rumah di masa lampau menggunakan aturan-aturan tertentu yang diatur dalam prasasti. Dalam menentukan lokasi bangunan perlu memperhatikan lingkungan dan masyarakatnya. Selain itu, terdapat pula beberapa ritual yang dilaksanakan apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan masyarakat dalam membangun rumah. Istilah pelanggaran tersebut disebut dengan Wastwasambhawotpāta. Istilah tersebut ditemukan dalam beberapa Prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Jayapangus yang menyebutkan terkait dengan ritual upakara Caru Prayaҫcita sebagai salah satu cara untuk mencegah bencana yang disebabkan oleh Wastwasambhawotpāta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelanggaran pembangunan rumah yang dilakukan di masa lampau dan untuk mengetahui cara yang dilakukan untuk mengatasinya agar tidak mengakibatkan dampak negatif dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berupa data deskriptif dan dikaji dengan dua teori, yakni teori religi dan teori simbol. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa di masa pemerintahan Raja Jayapangus terdapat beberapa pantangan dalam membangun rumah, apabila dilanggar diperlukan suatu ritual untuk mencegah bencana yang ditimbulkan.


Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 27-40
Author(s):  
Amaluddin Sope
Keyword(s):  

Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 46-60
Author(s):  
Muhamad Alnoza

Prasasti merupakan suatu benda yang dipermukaannya digoreskan tulisan, yang isi tulisannya dapat berupa dokumen yang menyuratkan informasi tertentu. Bahan yang digunakan dalam penulisan prasasti memiliki beberapa variasi, antara lain batu, perunggu atau tembaga, emas, daun lontar dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumatera Selatan di tahun 2018 menunjukkan bahwa telah ditemukan beberapa prasasti yang media penulisannya adalah timah. Fenomena ini menjadi suatu fakta baru dalam dunia arkeologi Indonesia, karena belum ditemukan prasasti yang media penulisannya berupa timah. Kajian ini berusaha menjawab permasalahan mengenai alasan atau latar belakang dari penggunaan timah sebagai media tulis prasasti. Metode yang digunakan antara lain pengumpulan data, analisis dan interpretasi. Kajian ini menghasilkan pemahaman bahwa pemilihan timah sebagai media tulis berkaitan dengan aspek fungsional (kaitan prasasti dengan kegunaannya di masyarakat) dan aksesibilitas (kaitan prasasti dengan pilihan bahan yang tersedia sebagai medium penulisan).


Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 15-28
Author(s):  
Imam Hindarto ◽  
Vida Pervaya Rusianti Kusumartono ◽  
Sigit Eko Prasetyo

Lada merupakan tanaman yang berpengaruh dalam perkembangan sejarah kebudayaan masyarakat Banjar di Kalimantan bagian selatan. Tanaman ini disebut-sebut dalam Hikayat Banjar sebagai tanaman yang diwasiatkan oleh raja-raja yang memerintah pada periode pra Kesultanan Banjar. Telaah ini mengusung permasalahan makna dan proses simbolis lada dalam Hikayat Banjar. Tujuannya untuk memahami makna lada dalam kebudayaan masyarakat Banjar. Melalui analisis semiotika dan interpretasi proses simbolis telah diperoleh simpulan bahwa makna lada telah berkembang dari tanaman botanis menjadi tanaman bermakna ekonomis dan politis. Dapat disimpulkan pula bahwa ungkapan lada dalam Hikayat Banjar merujuk pada sejarah penanaman lada di Kesultanan Banjar pada pertengahan abad ke-18 M. Pada periode tersebut telah terjadi persaingan dagang yang berujung konflik fisik di lingkungan internal kesultanan yang melibatkan pihak luar. Peristiwa ini telah menginspirasi penulis hikayat untuk menciptakan lada sebagai simbol budaya. Tujuannya untuk mengingatkan generasi penerus tentang dampak kapitalisme terhadap keberlanjutan kebudayaan Banjar.


Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
pp. 41-56
Author(s):  
Muhammad Nofri Fahrozi ◽  
Sigit Eko Prasetyo

Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 114-129
Author(s):  
Kabib Kabib Kabib

Bangunan, benda, struktur dan situs yang mengandung nilai-nilai sejarah penting dan memiliki manfaat bagi masyarakat luas atau setidaknya memiliki umur lebih 50 tahun maka masuk dalam cagar budaya yang wajib dilindungi oleh pemerintah. Maka bangunan Mes/barak TNI AU Palembang apabila melihat dari nilai-nilai sejarahnya akan masuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis nilai-nlia sejarah dan budaya peninggalan bangunan Mes TNI AU di Palembang dan menganalisis bangunan Mes TNI AU sebagai peninggalan cagar budaya di kota Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik yaitu kegiatan mengumpukan data lapangan dan sumber relevan lainnya seperti jurnal, laporan penelitian dan lainnya. langkah kedua verifikasi data, pada tahap ini peneliti melakukan pemilahan dan kritik data untuk memperoleh data yang valid. Ketiga,  analisis data dengan menggunakan interpretasi sejarah atau penafsiran sejarah atas data-data yang sudah terkumpulkan dan terakhir adalah historiografi, penulisan sejarah. Bangunan Mes/Barak TNI AU di Palembang ini mengandung nilai-nilai sejarah penting yaitu bangunan peninggalan masa kolonial tahun 1940, yang dipergunakan oleh tentara Belanda, Jepang dan pada akhirnya diambil alih oleh pemeritah Indonesia pasca kemerdekaan sampai sekarang. Bangunan ini berumur lebih dari 50 tahun dan mengandung nilai-nilai sejarah dan budaya penting bagi masyarakat luas. Dengan demikian bangunan Mes/Barak TNI AU di Palembang ini masuk dalam bangunan cagar budaya yang wajib dilindungi oleh pemerintah sesuai peraturan undang-undang Cagar Budaya No 11 tahun 2010.


Siddhayatra ◽  
2021 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Abednego Andhana Prakosajaya ◽  
Hot Marangkup Tumpal Sianipar ◽  
Ayu Nur Widiyastuti

Prasasti berbahasa Melayu Kuno umumnya memiliki keterkaitan dengan Kedatuan Sriwijaya yang mulai menampakkan pengaruhnya di tanah Sumatra pada abad ke-7 Masehi. Selain prasasti berbahasa Melayu Kuno peninggalan Kedatuan Sriwijaya. Beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno juga ditemukan sebagai peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Struktur prasasti berbahasa Melayu Kuno dan pengaruhnya terhadap hubungan antara Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram Kuno diangkat menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam artikel ini dengan tujuan untuk memberikan interpretasi baru terkait fenomena keberadaan Prasasti berbahasa Melayu Kuno terutama di Jawa. Peneltian ini mengemukakan bahwa Kedatuan Sriwijaya memainkan peran dominan dalam melakukan infiltrasi budaya di Kerajaan Mataram Kuno dan menemukan indikasi adanya infiltrasi politis maupun konsep tatanan politik dari Kedatuan Sriwijaya di Kerajaan Mataram Kuno.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document