REKA RUANG
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

20
(FIVE YEARS 15)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By STTNAS Is Sekolah Tinggi Teknologi Nasional

2621-5926

REKA RUANG ◽  
2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 53-62
Author(s):  
Nanik Hidayati ◽  
Abdul Majid ◽  
Marsista Buana Putri

Air merupakan kebutuhan fital dalam kehidupan yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar terus berlanjut. Termasuk Mata Air Syakuro di Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang yang hanya mengandalkan keberadaan pohon Sepreh yang ada di atasnya, namun lingkungan sekitar kurang terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku warga dalam menjaga dan memanfaatkan Mata Air Syakuro. Penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan survai di lapangan terhadap perilaku warga dalam memelihara dan memanfaatkan sumber mata air Syakuro untuk mendapatkan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalam melestarikan dan menjaga keberlanjutan Mata Air Syakuro masih rendah karena masyarakat hanya mengandalkan air yang keluar dari pohon Sepreh sebagai pohon dan sumber mata air keramat. Penanaman pohon hanya dilakukan oleh warga yang memiliki tanah di sekitar sumber air. Untuk menghormati warisan leluhur sebagai kearifan lokal  Mata Air Syakuro, setiap malam Jumat Kliwon bulan Assyuro warga melakukan selamatan di Mata Air Syakuro tersebut dengan dihadiri tokoh agama dan warga sekitar.  Warga yang mandi dan mencuci di sumber air Syakuro juga masih membuang sampahnya sembarangan di selokan. Namun jalan dan penerangan di Sumber Air Syakuro sudah baik, warga yang menggunakan atau mengambil air dari Syakuro tidak dipungut biaya. 


REKA RUANG ◽  
2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 86-96
Author(s):  
Budi Kurniawan

Penataan kawasan cagar budaya berbasis partisipasi masyarakat melalui mekanisme pemberian insentif (subsidi) telah dilakukan di Kawasan Kota Lama Sawahlunto (2007-2012). Kajian ini bertujuan untuk menilai efektifitas pemberian subsidi dan bentuk serta pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektifitas program. Pendekatan deskriptif kualitatif dilakukan untuk menggambarkan tahapan program serta mengidentifikasi berbagai permasalahan dan fenomena yang terjadi didalamnya. Penelitian ini menemukan bahwa  adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara tujuan program dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat yang cukup tinggi lebih didasari oleh motivasi mendapatkan subsidi dan adanya unsur keterpaksaan (coercive). Dan pada pelaksanaannya terjadi bentuk penyimpangan partisipasi akibat rendahnya komitmen masyarakat dan lemahnya manajemen kegiatan. Pasca program, ditemukan kecenderungan permukiman untuk berubah kembali pada kondisi pra-program. Sehingga dapat disimpulkan program belum efektif dalam konteks upaya pelestarian cagar budaya, selama masih ada resistensi akibat belum terakomodasinya kebutuhan sesungguhnya dari masyarakat


REKA RUANG ◽  
2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 63-74
Author(s):  
Achmad Andi Rif'an ◽  
Candra Ragil

Parangtritis merupakan salah satu wisata pantai yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai Parangtritis  memiliki banyak pengunjung karena memiliki beberapa tempat wisata yang menarik. Daya Tarik Wisata (DTW) ini telah melibatkan masyarakat setempat pada pengelolaannya. Masyarakat setempat menyediakan beberapa fasilitas dan tempat wisata untuk menarik pengunjung untuk mengunjungi, seperti: andong, persewaan ATV, food court, area parkir, toilet dan penginapan. Ini memberikan keuntungan baik bagi masyarakat lokal dan pemerintah daerah, sebagai penyelenggara. Partisipasi masyarakat setempat membantu pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola DTW ini. Masyarakat setempat menganggap bahwa DTW tersebut milik mereka, sehingga mereka akan mengelola dengan sepenuh hati. Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengidentifikasi karakteristik DTW Parangtritis dan pengelolaannya; mengidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dalam pengelolaannya; dan memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari wilayah studi. Strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah di daerah penelitian adalah: mengatur ulang regulasi zonasi penggunaan lahan DTW; Pemerintah Daerah memberikan pelatihan dan pendidikan secara teratur untuk masyarakat setempat tentang pengetahuan kepariwisataan; dialog dan komunikasi yang intensif antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat dan juga antara sesama masyarakat.


REKA RUANG ◽  
2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 75-85
Author(s):  
Kristina Sryla Dhiu Leo

 Pemenuhan akan tempat tinggal di area pusat Kota Yogyakarta semakin hari semakin terbatas sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk kota dan keterbatasan lahan untuk membangun tempat tinggal membuat warga kota memilih untuk mencari tempat tinggal di daerah pinggiran kota. Hal ini berdampak pada tumbuhnya perumahan-perumahan formal di pinggiran kota yang menjadi daya tarik masyarakat khususnya masyarakat menengah ke atas dalam memilih hunian sesuai dengan preferensi dan kriteria yang diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui preferensi pemilihan lokasi perumahan dan tipe hunian pada masyarakat menengah ke atas dan mengetahui hubungan antara karakteristik sosial ekonomi individu/rumah tangga dengan  pemilihan tipe rumah. Metode yang digunakan adalah menggunakan pendekatan deduktif dengan analisis deskriptif guna mengetahui preferensi pemilihan lokasi perumahan dan analisis tabulasi silang untuk mengetahui hubungan antara status sosial masyarakat dengan tipe rumah di wilayah penelitian. Teknik Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi lapangan. Hasil akhir penelitian ini menyatakan bahwa faktor keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam memilih lokasi perumahan bagi masyarakat menengah keatas, faktor selanjutnya adalah kondisi fisik perumahan dan investasi. Karakteristik kondisi sosial ekonomi yang memiliki korelasi dengan pemilihan tipe rumah pada masyarakat menengah ke atas adalah tingkat pendapatan.


REKA RUANG ◽  
2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 46-52
Author(s):  
Annisaa Hamidah Imaduddina ◽  
Widiyanto Hari Subagyo Widodo

Kota Malang merupakan kota yang memiliki intensitas kegiatan tinggi sehingga berimplikasi pada tingginya tingkat kerentanan bencana baik dari aspek sosial, ekonomi dan fisik. Tingginya potensi kerentanan ini mengindikasikan potensi kerugian yang besar dan dapat berdampak sistemik terhadap pembangunan dan perkembangan Kota Malang apabila tidak ada tindakan mitigasi. Penelitian ini mengadopsi pendekatan deskriptif kualitatif dimana terdapat tiga tahapan dalam penyusunan zonasi kerentanan bencana longsor di Kota Malang. Tahap pertama adalah mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana mementukan skala prioritas sesuai dengan kondisi eksiting kebencanaan di Kota Malang. Tahap kedua adalah merumuskan pembobotan atau derajat kepentingan dari setiap variable penyusunan kerentanan dimana bobot ini digunakan untuk menyusun peta kerenatanan bencana longsor. Tahap akhir dari penelitian ini adalah penyusunan zonasi kerentanan bencana longsor di Kota Malang. Penelitian ini menghasilkan distribusi spasial dari tingkat kerentanan di Kota Malang. Dengan dilakukannya identifikasi distribusi spasial tingkat kerentanan ini diharapkan pemerintah mampu melakukan penentuan lokus yang didahulukan sebagai upaya pengurangan risiko bencana longsor di Kota Malang.


REKA RUANG ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 10-17
Author(s):  
A Yunastiawan Eka Pramana ◽  
Hatta Efendi

Pertumbuhan fisik perkotaan perlu untuk diikuti oleh pertumbuhan infrastruktur yang memadahi agar kawasan perkotaan dapat tumbuh secara berkelanjutan. Salah satu bentuk infrastruktur yang perlu untuk dipenuhi adalah infrastruktur transportasi publik yang dapat menciptakan keterhubungan antara pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi, sekaligus acap kali menjadi instrumen untuk mengendalikan pertumbuhan fisik perkotaan.Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat aksesibilitas transportasi publik di wilayah peri-urban di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan location-based accessibility dengan memanfaatkan teknik analisis spasial untuk mengukur tingkat aksesibilitas transportasi publik di wilayah peri-urban. Hasil penelitian menunjukkan terdapat ketimpangan tingkat aksesibilitas transportasi publik, dimana wilayah yang berada di sisi utara Kota Yogyakarta yakni di Kabupaten Sleman memiliki tingkat aksesibilitas transportasi publik yang lebih tinggi dibandingkan di sisi selatan Kota Yogyakarta. Penelitian ini juga menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara aksesibilitas transportasi publik dengan konsentrasi populasi di wilayah peri-urban di Kawasan Perkotaan Yogyakarta


REKA RUANG ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-45
Author(s):  
Dwi Kunto Nurkukuh

Banyak reklame memenuhi ruang publik Kota Yogyakarta terutama di koridor jalan salah satunya seperti di Jalan Affandi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep penataan reklame di koridor Jalan Affandi Yogyakarta dengan sasaran mengidentifikasi karakteristik reklame lalu menyusun konsep penataannya. Pendekatan penelitian dengan kualitatif deskriptif menggunakan analisis interaktif meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Koridor jalan dibagi empat segmen dari Ringroad Utara sampai Jalan Urip Sumoharjo. Kondisi eksisting reklame di koridor Jalan Affandi terlihat baik pada segmen 3 yaitu di sekitar area UNY. Penataan untuk segmen 3 hanya perlu pengawasan terus menerus agar dapat mempertahankan ketertiban dan kerapian reklame yang sudah ada sekarang. Untuk segmen 4 hanya terdapat satu kriteria yang belum tercapai dalam penataan reklame yaitu reklame yang Harmonis dengan lingkungan baik bentuk, ukuran maupun penempatannya (tidak mengganggu lingkungan). Segmen 1 perlu memenuhi kriteria: Harmonis dengan lingkungan baik bentuk, ukuran maupun penempatannya, Desain konstruksi reklame tidak membahayakan aktivitas pejalan kaki dan pengendara artinya material reklame harus kuat dan memiliki struktur pondasi yang sesuai dengan kondisi tempatnya berdiri sehingga tidak mudah rubuh, Memberikan rasa senang bagi pengguna jalan, Penggunaan warna pada reklame tidak terlalu beragam sehingga informasi yang ingin disampaikan reklame mudah dipahami pengamat. Segmen 2 perlu memenuhi kriteria: Nyaman,enak dilihat secara visual manusiawi, Harmonis dengan lingkungan baik bentuk, ukuran maupun penempatannya, Aman bagi lingkungan sekitar reklame termasuk bagi pengguna jalan dan pejalan kaki, Memberikan rasa senang bagi pengguna jalan.


REKA RUANG ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Lulu Mari Fitria ◽  
Novi Maulida Ni'mah ◽  
Leonardus K. Danu

Analisis risiko bencana dapat diniliai berdasarkan tingkat ancaman bahaya dan kerentanan. KPY berada di kawasan yang rawan terhadap bencana banjir. Berdasarkan InaRisk BNPB (2016) diketahui bahwa tingkatan bahaya banjir di KPY yakni meliputi bahaya banjir rendah dan tinggi. Pengukuran risiko bencana melalui pemetaan tingkat keretenanan juga dapat dinilai berdasarkan karakteristik fisik. Kerentanan fisik ini meliputi parameter rumah, fasilitas umum dan fasilitas kritis. Adapun penilaian terhadap kerentanan fisik ini diukur berdasrkan standar dari BNPB yang meliputi kelas dan bobot masing-masing parameter. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tingkat keretanan fisik di KPY memiliki tingkatan rendah, sedang, dan tinggi yang tersebar di sekitar kawasan terbangun KPY. kerentanan, fisik, KPY, bencana


REKA RUANG ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 27-38
Author(s):  
Pinurba Parama Pratiyudha

Gentrifikasi pada dasarnya adalah perubahan kondisi demografi dan sosio spasial kawasan perkotaan. Perubahan yang terjadi membawa munculnya eskalasi-eskalasi pergolakan masyarakat dalam melawan proses tersebut. Transformasi pola surplus nilai di kawasan perkotaan dan keberperanan pemerintah menciptakan kawasan perkotaan yang marketable menjadi alasan dari munculnya proses tersebut. Artikel ini bermaksud untuk mengidentifikasi gentrifikasi sebagai bentuk dari masalah sosial yang menyebabkan perubahan rupa kondisi sosial kawasan perkotaan. Terjadi transformasi dari kelas pekerja atau daerah kosong di tengah kota menjadi kawasan hunian kelas menengah dan kawasan komersial dengan masuknya modal dan kelas menengah atas. Perubahan ini kemudian membawa gentrifikasi sebagai masalah sosial yang bersifat sistemik. Sehingga tulisan ini juga mengangkat terkait bagaimana diagnosa atas gentrifikasi sebagai suatu bentuk masalah sosial di kawasan perkotaan. Diagnosis yang dibangun memperlihatkan pula sebagai masalah sosial yang berakar dari system blame approach. Proses gentrifikasi muncul dari keberadaan sistem produksi ruang yang timpang, dengan bentuk relasi produksi yang terlalu dominan oleh salah satu aktor. Berikutnya tulisan ini menganalisa bentuk-bentuk treatment yang tepat dalam penciptaan inklusifitas pembangunan sosial di ruang perkotaan. Lebih lanjut lagi tulisan ini berargumen bahwa solusi hak atas kota sebagai wadah yang tepat dalam mengatasi gentrifikasi sebagai masalah sosial yang tersistem.


REKA RUANG ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 18-26
Author(s):  
Yanesar Hawiley ◽  
Doddy Aditya Iskandar ◽  
Ahmad Sarwadi

Secara fisik lingkungan permukiman terbentuk dari susunan ruang yang memiliki maksud tertentu dengan berdasarkan kepada norma-norma yang dipegang oleh setiap individu maupun kelompok masyarakat. Susunan tersebut merfleksikan kebutuhan, nilai dan hasrat serta merepresentasikan keselarasan (harmonisasi) antara ruang sosial dan ruang fisik sebagai bentuk persepsi terkait keberadaan lingkungannya yang selanjutnya dimanifestasikan ke dalam bentuk interaksi antara manusia dengan ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku meruang masyarakat Dusun Bambaler yang bermukim dengan memanfaatkan seting sungai (sungei) dan wilayah daratan sebagai  bagian dari lingkungan permukimannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan eksplorasi dan dianalisis secara naratif untuk membangun penjelasan melalui narasi terkait gambaran perilaku meruang masyarakat Dusun Bambaler. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah keberadaan sungei (sungai) dan lanting (rumah terapung) merupakan seting bagi beragam aktivitas dengan motif ekonomi dan sosial masyarakat yang berhubungan dengan wilayah perairan . Sementara itu, keberadaan elemen-elemen permukiman di darat berupa teteyan (jalan titian), area sekolah dan lapangan sepak bola merupakan elemen permukiman yang menjadi seting bagi aktivitas sosial, ekonomi serta aktivitas yang bersifat temporer bagi masyarakat di lingkungan permukiman daratan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document