Jurnal Psikologi Udayana
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

219
(FIVE YEARS 40)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Udayana

2654-4024, 2354-5607

2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 328
Author(s):  
Dewa Ayu Dyah Puteri Pratiwi ◽  
Made Diah Lestari
Keyword(s):  

Masa pra pensiun merupakan masa-masa yang mencemaskan bagi individu yang belum siap untuk memasuki masa pensiun. Penyesuaian diri menjadi pilihan individu untuk mengatasi kecemasan yang dialami. Karakteristik perempuan menjelang masa pensiun cenderung untuk mengomunikasikan permasalahan yang dihadapi sehingga perempuan membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Dukungan sosial berperan penting dalam kesiapan individu untuk menghadapi masa pensiun. Lingkungan yang mendukung akan mempermudah proses penyesuaian diri individu terhadap kondisi kecemasan yang dihadapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan sosial dan penyesuaian diri pada perempuan pra pensiun Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Bali. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui in depth interview dan observasi pada tiga responden penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran masa pra pensiun yang dialami oleh responden terbagi menjadi aspek fisik, emosional dan perilaku. Tindakan yang dilakukan responden untuk mencapai kesiapan masa pensiun terdiri dari tindakan yang berorientasi terhadap diri sendiri serta tindakan yang berorientasi terhadap orang lain. Faktor yang memengaruhi tindakan untuk mencapai kesiapan terdiri dari faktor pendukung serta faktor penghambat. Adanya persepsi positif, menerima informasi positif mengenai masa pensiun dari lingkungan kerja serta tersedianya dukungan dari keluarga merupakan faktor pendukung responden untuk mencapai kesiapan. Penelitian ini juga menemukan bahwa bentuk dukungan keluarga pada perempuan pra pensiun terdiri dari place to share and discuss, energizer, be reminder, financial source, fasilitator, serta taking over the job. Kata kunci: Dukungan sosial, penyesuaian diri, perempuan, prapensiun.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 337
Author(s):  
Ni Luh Ari Pradnyadewi Asak ◽  
Ni Made Ari Wilani

Dalam 10 tahun terakhir, menikah dilakukan pada usia yang lebih muda yakni remaja. Berdasarkan hasil survei sosial dan ekonomi nasional tahun 2012, Bali menempati peringkat 19 dalam prevalensi pernikahan remaja. Selain banyaknya pernikahan, data lainnya menunjukkan bahwa terdapat banyak kasus perceraian yang dilakukan oleh pasangan remaja. Kasus perceraian meningkat 10 persen setiap tahunnya di Bali, tepatnya di Kota Denpasar. Perceraian disebabkan oleh ketidakcocokan yang menjadi indikasi ketidakpuasan pada pernikahan. Salah satu aspek yang memengaruhi kepuasan pernikahan adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi merupakan hal yang harus dimiliki untuk menjaga kelangsungan pernikahan, terutama di usia muda. Berdasarkan pemaparan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kecerdasan emosi terhadap kepuasan pernikahan pada remaja yang menikah muda di Bali. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan subjek sejumlah 66 remaja usia 16-22 tahun yang telah menikah dan berdomisili di Bali. Subjek dipilih dengan menggunakan teknik probability sampling yaitu cluster area. Daerah yang digunakan dalam penelitian ini yakni Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan. Instrumen penelitian ini menggunakkan dua skala, yaitu skala Kecerdasan Emosi dan skala Kepuasan Pernikahan. Metode analisis menggunakan regresi linear sederhana dengan hasil (t =7,334; p = 0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi dapat meramalkan kepuasan pernikahan pada remaja yang menikah muda di Bali. Nilai R sebesar 0,676 dan R square sebesar 0,457 yang berarti varian kecerdasan emosi dapat menjelaskan sebesar 45,7% taraf varian kepuasan pernikahan. Kata kunci: Kecerdasan emosi, kepuasan pernikahan, pernikahan muda.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 406
Author(s):  
I Gusti Ayu Putu Wulanbudi Setyani ◽  
Ni Luh Indah Desira Swandi

Indonesia darurat narkoba. Jumlah penyalahguna dan pecandu narkoba di Indonesia menunjukkan peningkatan jumlah setiap tahunnya. Aparat kepolisian dan BNN (Badan Narkotika Nasional) telah berusaha untuk memutus tali peredaran narkoba dan memberikan rehabilitasi bagi para penyalahguna dan pecandu narkoba. Tetapi pada kenyataannya 70% mantan pecandu narkoba mengalami kambuh dan kembali mengonsumsi narkoba. Program rehabilitasi medis dan sosial telah diberikan kepada pecandu narkoba tetapi pada pelaksanaannya program rehabilitasi tersebut dijalankan lebih pada konsep punitive daripada rehabilitative, sehingga kebutuhan psikologis para pecandu kurang diperhatikan. Program rehabilitasi diberikan untuk memulihkan dampak fisik dan psikologis yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba dalam jangka waktu tertentu, seperti misalnya gangguan pada kemampuan komunikasi yang dialami pecandu. Berdasarkan paparan tersebut penelitian ini bertujuan untuk menggali kebutuhan psikologis pada pecandu narkoba dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan teknik journaling. Data yang didapat dianalisis melalui empat tahapan yaitu categorical aggregation, direct interpretation, mencari pola (pattern), dan naturalistic generalization. Hasil penelitian ini mendapatkan 6 kebutuhan psikologis pada pecandu narkoba yaitu need of aggression, need of abasement, need of affiliation, need of play, need of sex, need of succorance. Kata kunci: Kebutuhan psikologis, pecandu narkoba, rehabilitasi


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 221
Author(s):  
Yuli Endah Purwati Arum Buana ◽  
David Hizkia Tobing

Globalisasi memengaruhi berbagai aspek salah satunya gaya hidup. Gaya hidup hedonisme adalah gaya hidup yang memandang kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan hidup. Masyarakat ekonomi menengah ke atas mudah mengikuti gaya hidup hedonisme karena mempunyai modal kapital yang cukup, sedangkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan kesulitan karena tidak mempunyai cukup modal. Gaya hidup hedonisme cepat memengaruhi remaja karena pada periode tersebut remaja mudah terpengaruh oleh teman sebaya. Bali sebagai destinasi wisata nomor satu di Indonesia sangat memungkinkan terjadi interaksi warga lokal dan wisatawan mancanegara yang membawa gaya hidup hedonisme, sehingga sangat mungkin remaja Bali menjadi mudah terpengaruh gaya hidup hedonisme. Universitas Udayana sebagai universitas favorit di Bali yang mendapatkan bantuan dana yaitu Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (BIDIKMISI). Mahasiswa penerima beasiwa BIDIKMISI tidak luput dari pengaruh gaya hidup hedonisme, Studi pendahuluan dilakukan tehadap beberapa mahasiswa penerima beasiswa BIDIKMISI di Universitas Udayana menunjukkan beberapa mahasiswa memiliki kecenderungan gaya hidup hedonisme. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi mahasiswa penerima beasiswa BIDIKMISI Universitas Udayana untuk mengikuti gaya hidup hedonisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah tujuh orang mahasiswa penerima beasiswa BIDIKMISI di Universitas Udayana. Penelitian ini menghasilkan motivasi mengikuti gaya hidup hedonisme pada mahasiswa penerima beasiswa BIDIKMISI di Universitas Udayana berasal dari dalam diri yaitu percaya diri dan karier kemudian dari luar diri yaitu promosi, kepercayaan, penyetaraan, model, pengakuan, relasi, dan ingin menjadi terkenal.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 301
Author(s):  
Komang Sinta Maharani ◽  
Naomi Vembriati

Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia menjadi salah satu penyumbang devisa negara terbesar melalui sektor pariwisata. Salah satu daya tarik Bali yang telah populer di kalangan wisatawan adalah health and wellness tourism, oleh karena itu tujuan wisatawan berkunjung ke Bali saat ini tidak hanya untuk berlibur, melainkan juga untuk berobat yang dikenal sebagai perjalanan medis (medical tourism). Salah satu pusat pelayanan kesehatan di Bali yang terinspirasi dari konsep perjalanan medis ini adalah Rumah Sakit Bali Royal. Upaya yang dilakukan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas adalah mengembangkan fasilitas dan melakukan manajemen sumber daya manusia agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu rumah sakit perlu memerhatikan aspek penting dalam diri karyawan yang berguna bagi kesuksesan organisasi. Salah satu aspek tersebut adalah komitmen karyawan terhadap organisasi. Komitmen organisasi dalam diri karyawan akan muncul apabila organisasi dapat memberikan dukungan berupa kesempatan atas pengembangan karir. Melalui pemberian kesempatan pengembangan karir, organisasi dapat menunjukkan rasa kepedulian dalam membantu karyawan mencapai tujuan karir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pengembangan karir terhadap komitmen organisasi karyawan Rumah Sakit Bali Royal. Hasil analisis menunjukan nilai koefisien regresi sebesar 0,882, nilai koefisien determinasi sebesar 0,778 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa pengembangan karir berperan sebesar 77,8% terhadap komitmen organisasi karyawan Rumah Sakit Bali Royal. Kata kunci: Karyawan, komitmen organisasi, pengembangan karir, rumah sakit.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 312
Author(s):  
Made Trivikrama Dewantara ◽  
Ni Made Swasti Wulanyani

Seorang karyawan yang sudah merasa terikat dengan pekerjaannya akan memiliki motivasi bekerja yang lebih tinggi, kinerja yang lebih baik, dapat mengembangkan dirinya serta jabatan yang dimilikinya, dan cenderung loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Hal-hal tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja perusahaan. Keterikatan kerja karyawan dapat dibentuk oleh faktor-faktor yang terjadi di lingkungan perusahaan seperti perlakuan adil dan setara yang didapat dari perusahaan dan sikap atau perasaan berdasarkan penilaian karyawan terhadap pekerjaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan keadilan organisasional terhadap keterikatan kerja karyawan Hotel Swasta X di Bali. Subjek dalam penelitian ini adalah 115 orang karyawan Hotel Swasta X di Bali. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kepuasan Kerja, Skala Keadilan Organisasional dan Skala Keterikatan Kerja. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,821, nilai koefisien determinasi sebesar 0,675, nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), nilai koefisien beta terstandarisasi variabel Kepuasan Kerja sebesar 0,363 dan nilai koefisien beta terstandarisasi variabel Keadilan Organisasional sebesar 0,502. Hasil ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan keadilan organisasional berpengaruh dalam meningkatkan tingkat keterikatan kerja karyawan. Keadilan organisasional memiliki pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan tingkat keterikatan kerja dibandingkan dengan kepuasan kerja. Kata kunci: Kepuasan kerja, keadilan organisasional, karyawan hotel, keterikatan kerja.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 280
Author(s):  
Ni Wayan Widi Kurniawati ◽  
Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya

Kesehatan didambakan oleh setiap individu, namun gaya hidup yang tidak sehat serta tidak diimbangi oleh aktivitas fisik berpotensi menyebabkan berat badan berlebih. Remaja perempuan cenderung lebih peka dengan keadaan tubuh karena keinginan remaja perempuan adalah menjadi kurus. Keinginan menjadi kurus dipengaruhi oleh kecenderungan untuk mengidentikkan tubuh yang sangat kurus dengan kecantikan. Kesadaran remaja perempuan yang tidak mungkin untuk mencapai tubuh ideal dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Remaja perempuan yang merasakan kecemasan secara berlebihan akan mengalami kesulitan dalam pekerjaan, hubungan sosial, dan fungsi sosial, sehingga mengetahui gambaran kecemasan remaja perempuan dengan berat badan berlebih adalah penting. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kecemasan remaja perempuan dengan berat badan berlebih. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, menurut Strauss dan Corbin (2017). Responden adalah tiga remaja perempuan dengan berat badan berlebih, berusia 17 tahun hingga 18 tahun. Hasil penelitian adalah penyebab kecemasan, kecemasan yang dirasakan, faktor pendukung terjadinya kecemasan, upaya- upaya mengatasi kecemasan, dan faktor-faktor yang memengaruhi upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan. Kata kunci: Berat badan berlebih, kecemasan, remaja perempuan.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 400
Author(s):  
Kadek Ayu Dwi Saputri ◽  
Ni Made Swasti Wulanyani
Keyword(s):  

Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi cenderung mengalami stres. Stres tersebut banyak disebabkan oleh sulitnya menentukan judul, susahnya mencari literatur atau buku acuan serta banyaknya revisi dari dosen penguji. Ketika stres, seseorang akan segera melakukan coping, khususnya coping model Problem Focused Coping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara tingkat problem focused coping dengan tingkat stres pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi pada mahasiswa program studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan karakteristik permasalahannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswa program studi Psikologi yang sedang menyusun Skripsi lebih dari 2 semester. Sedangkan metode pengumpulan data dari kedua variabel menggunakan kuesioner yang disusun dalam bentuk skala Likert. Untuk mengukur Problem Focused Coping dan Stres dengan menggunakan pilihan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Data dari kedua variabel diolah dengan teknik statistik korelasi Product Moment dengan taraf signifikansi 5 %. Dapat diketahui bahwa r = 0,109, p = 0,409; p > 0,05. Karena taraf signifikasi p lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima. Jadi ada hubungan yang signifikan antara problem focused coping dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa. Kata kunci: Problem focused coping, stres menyusun skripsi.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 366
Author(s):  
Olvi Aldina Perry ◽  
Made Diah Lestari

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan gangguan utama pada pikiran, emosi dan perilaku. Hal ini menyebabkan orang yang mengalaminya memiliki ketergantungan dengan orang lain, terutama anggota keluarga sebagai caregiver. Sebagian besar caregiver orang dengan gangguan jiwa merupakan perempuan dan berhadapan dengan tekanan, kesedihan serta duka. Di sisi lain terdapat juga laki-laki, khususnya suami sebagai caregiver yang menghadapi masalah serupa. Bagaimana caregiver memaknai kehidupan dalam situasi krisis akibat gangguan jiwa menjadi dasar penelitian ini. Tujuan penelitian yaitu untuk melihat gambaran kehidupan bermakna pada suami sebagai caregiver bagi istri dengan gangguan jiwa skizofrenia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan analisis naratif dengan dua responden yang merupakan suami sebagai caregiver utama bagi istri. Pengumpulan data dilakukan dengan episodic interview dan observasi. Ditemukan hasil yaitu gambaran kehidupan bermakna pada suami sebagai caregiver dipengaruhi oleh perilaku merawat dan makna merawat. Perilaku dan makna merawat tersebut dipengaruhi oleh hubungan antara suami dan istri, persepsi penyebab gangguan jiwa, posisi laki-laki dan perempuan dalam keluarga, dukungan sosial serta karakteristik caregiver. Caregiver yang menunjukkan perilaku merawat penuh perhatian serta memaknai merawat sebagai ibadah memiliki kehidupan yang bermakna dan positif, sedangkan caregiver dengan perilaku kekerasan dan memaknai merawat sebagai beban, menunjukkan gambaran kehidupan yang lebih negatif. Kata kunci: Kehidupan bermakna, skizofrenia, suami sebagai caregiver.


2019 ◽  
Vol 6 (02) ◽  
pp. 232
Author(s):  
Komang Mega Trisnayani ◽  
Naomi Vembriati

Karyawan adalah salah satu kunci sukses perusahaan di tengah persaingan dalam era globalisasi sehingga penting bagi pemilik usaha memiliki karyawan dengan kinerja yang baik. Salah satunya dengan menunjukkan perilaku kewargaan organisasi di tempat kerja. Perilaku Kewargaan Organisasi adalah suatu bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual yang tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Perilaku kewargaan organisasi dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Karyawan yang puas cenderung akan memberikan pelayanan dan kinerja yang optimal, salah satunya adalah PKO. Selain kepuasan kerja, persepsi pada iklim organisasi juga berperan dalam memunculkan PKO. Jika karyawan mempersepsikan iklim organisasi secara positif maka hal tersebut dapat menumbuhkan semangat kerja sekaligus mendorong karyawan menampilkan PKO. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kepuasan kerja dan persepsi pada iklim organisasi terhadap perilaku kewargaan organisasi karyawan PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk cabang Denpasar. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sampling jenuh dengan menggunakan seluruh pegawai tetap berjumlah 71 orang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner/angket, sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini ialah : 1) Kepuasan kerja dan persepsi pada iklim organisasi memiliki kontribusi terhadap kemunculan PKO dengan persentase sebesar 50,5% dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05). 2) Kepuasan kerja tidak berkontribusi secara signifikan terhadap PKO dengan nilai signifikansi sebesar 0,166 (p>0,05), 3) Terdapat kontribusi yang signifikan antara persepsi pada iklim organisasi terhadap PKO dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Kata kunci: Kepuasan kerja, perilaku kewargaan organisasi, persepsi pada iklim organisasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document