Human Narratives
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

15
(FIVE YEARS 15)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Indraprasta PGRI

2746-1130

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-49
Author(s):  
Riana Hoseani ◽  
Fenti Mariska Yohana

Upaya menggunakan tanda-tanda visual berangkat dari pemahaman bahwa bahasa visual memiliki karakteristik khas yang dapat menimbulkan efek ketertarikan para pengamatnya. Hal seperti ini terkadang sulit disampaikan dengan bahasa verbal semata. Dalam studi ini, penulis meneliti tanda-tanda visual yang sering ditemukan pada pusat perbelanjaan. Kehadiran sistem tanda di ruang publik tersebut akan dianalisis menggunakan semiotika. Semiotika yang dipilih sebagai kerangka teoretis adalah semiotika Charles Sanders Peirce. Dalam Semiotika Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tujuan penelitian ini adalah menggali arti dari sistem tanda yang terdapat pada pusat perbelanjaan melalui semiotika Peirce.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Widyawati Oktavia

Perkembangan teknologi informasi hari ini kerap menjauhkan masyarakat dari kekayaan nilai moral yang terdapat dalam karya sastra klasik. Salah satu karya sastra klasik yang telah banyak disadur menjadi cerita-cerita pendek adalah Hikayat Bayan Budiman. Makalah ini menyajikan edisi kritis dari Hikayat Bayan Budiman dengan metode pembetulan kesalahan yang terdapat pada teks. Metode tersebut digunakan karena banyaknya kerusakan pada fisik naskah. Dengan menyajikan edisi kritis Hikayat Bayan Budiman, para pembaca akan lebih mudah untuk memahami pesan-pesan yang terdapat di dalamnya. Selain itu, edisi kritis ini juga bisa menjadi patokan bagi para penyadur naskah untuk melakukan adaptasi pada cerita Bayan Budiman untuk dikemas ulang dengan sasaran pembaca yang lebih beragam.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 26-32
Author(s):  
Galuh Raga Paksi ◽  
Ismail Bambang Subianto

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal bagi tercapainya tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena analisis kebutuhan menyediakan informasi mendalam sebagai acuan mengembangkan pembelajaran. Penelitian ini bermaksud melakukan analisis kebutuhan akan bahasa Inggris pada mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV). Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan kuesioner dengan melibatkan 138 mahasiswa DKV Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) yang dipilih secara acak sebagai responden. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori bahasa Inggris untuk kebutuhan khusus: kebutuhan bahasa Inggris umum, kebutuhan bahasa Inggris untuk akademik, dan kebutuhan bahasa Inggris untuk pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal kebutuhan bahasa Inggris umum, menonton televisi dan film berbahasa Inggris merupakan kebutuhan yang paling penting, sementara bercakap-cakap dengan orang yang baru dikenal merupakan yang paling kurang penting. Dalam hal kebutuhan bahasa Inggris untuk akademik, mengerti perkuliahan dalam bahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling penting, sementara membuat catatan perkuliahan adalah kebutuhan yang paling kurang penting. Adapun dalam hal kebutuhan bahasa Inggris untuk pekerjaan, bercakap-cakap dengan rekan kerja yang berbahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling penting, sementara menulis memo atau laporan dalam bahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling kurang penting


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 33-38
Author(s):  
Bambang Perkasa Alam

Peninggalan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa-sisa reruntuhannya, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Pada awalnya, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan candi (Yajamana), bersama para pekerjanya (Silpin), harus menghubungi Maha Brahma. Kemudian berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi yang paling digemari adalah lahan dekat aliran sungai, khususnya daerah pertemuan dua sungai (tempuran). Material yang digunakan untuk pembanguan candi banyak macamnya, namun yang paling sering ditemukan adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi di areal persawahan, sedangkan batu andesit biasanya pada candi di dekat sungai. Tulisan ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta efeknya pada kekuatan dan keindahan bangunan candi. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi literatur, baik terhadap buku, laporan, ataupun artikel serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan material candi di Indonesia, baik batu andesit maupun batu bata merah, sama-sama menghasilkan kekuatan dan keindahan dengan ciri khas masing-masing. Keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan, walaupun berbeda fungsi, tergantung lokasi candi.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 15-25
Author(s):  
Wirawan Sukarwo

Sejak peradaban Barat menjadikan humanisme sebagai acuan tata nilai dalam membentuk kehidupan bermasyarakat mereka, terjadi banyak konfrontasi dengan komunitas Islam. Humanisme yang kemudian melahirkan perlindungan terhadap kebebasan berekspresi sering kali masuk ke wilayah penistaan nilai keagamaan (blasphemy). Artikel ini mencoba menelusuri titik tengkar yang melahirkan hambatan integrasi identitas muslim di Barat. Riset yang dilakukan berjenis kualitatif deskriptif dengan metode penelusuran literatur. Perbandingan humanisme Barat dan Islam dalam artikel ini dilakukan dengan menggunakan studi komparasi yang digagas Ali Syariati. Berdasarkan hasil penelusuran, terdapat perbedaan mendasar yang sulit dikompromikan antara humanisme Barat dan Islam, serta trauma Perang Salib yang masih terasa. Hal tersebut perlu dipahami dengan baik agar bisa memunculkan kesadaran untuk menekan intensitas konflik antara masyarakat Barat dengan komunitas muslim di wilayah mereka.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 76-87
Author(s):  
Muhammad R. Nirasma
Keyword(s):  
A Priori ◽  

Sistem filsafat Immanuel Kant, terutama epistemologinya, berusaha untuk menjembatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisisme. Strategi yang diambil oleh Kant, adalah membuktikan bahwa pengetahuan manusia sudah senantiasa menyintesiskan unsur a priori dan a posteriori dari pengetahuan. Salah satu implikasi ontologis dari sistem berpikir ini adalah perceraian antara fenomena dan noumena. Yang pertama menjadi objek pengetahuan, sementara yang kedua menjadi objek etika. Noumena, sebagai entitas yang tak terjamah pengetahuan, kerap dipandang sebagai suaka bagi metafisika di dalam filsafat Kant. Tulisan ini berusaha untuk membuktikan tafsiran yang sebaliknya; bahwa noumena sama sekali bukan entitas metafisis, melainkan dunia yang sepenuhnya empiris—pengalaman inderawi murni yang mendahului pengetahuan.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 66-75
Author(s):  
Imam Ardhianto
Keyword(s):  

Artikel ini menjabarkan perkembangan diskusi dalam disiplin antropologi mengenai fenomena sosial yang dimediasi oleh teknologi digital  dan tinjauan kritis dari studi terhadap fenomena tersebut. Lebih lanjut lagi, dalam konteks perkembangan antropologi di Indonesia, tulisan ini bertujuan memberikan pengantar dalam menggunakan pendekatan etnografi untuk berbagai gejala sosial budaya yang berkaitan dengan teknologi digital media atau muncul melalui apparatus teknologi tersebut. Tulisan ini akan diawali dengan paparan mengenai kajian-kajian etnografi terhadap teknologi media dan melihat kesinambungannya dengan kajian-kajian mengenai media secara umum dalam disiplin antropologi. Paparan selanjutnya akan mengelaborasi pembagian tematik yang dikembangkan oleh Gabrielle Coleman mengenai kajian-kajian antropologi mengenai media digital, untuk kemudian di kaitkan dengan perkembangan studi-studi dengan topik ini di komunitas akademik di Indonesia. Bagian akhir akan mengulas secara kritikal kedua tinjauan di atas dan memberikan potensi dan kecenderungan yang krusial untuk dijadikan metodologi jika kita hendak menganalisa perkembangan gejala sosial budaya yang dimediasi teknologi media di Indonesia


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 88-102
Author(s):  
Ahmad Faiz Muntazori

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang mendapatkan perhatian khusus dalam masyarakat Islam. Praktik kesenian dalam perspektif agama yang berhubungan dengan gerakan moral, salah satunya tampak pada media dakwah visual. Tulisan ini bertujuan mengungkapkan makna poster dakwah, pesan apa yang ingin disampaikan oleh desainer kepada umat Islam secara luas. Selain itu, Tulisan ini juga ingin menemukan kaitan antara seni dan agama. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun semiotika Peirce digunakan sebagai alat analisis. Hasilnya, poster dakwah sebagai media untuk berdakwah merupakan salah satu ekspresi kecintaan kepada Sang Khalik. Poster dakwah merupakan sebentuk media persuasif yang mengingatkan tugas utama makhluk kepada Tuhannya, yaitu beribadah.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 103-112
Author(s):  
Ernalem Bangun
Keyword(s):  

Media massa memiliki peran penting dalam pembentukan identitas nasional, khususnya di Indonesia yang memiliki wilayah berupa kepulauan. Namun demikian, kurang meratanya ketersediaan akses ke media massa di seluruh wilayah Indonesia masih menjadi kendala bagi efektivitas peran media massa tersebut. Tulisan ini berupaya menyajikan gambaran empiris mengenai akses media massa di daerah perbatasan dalam kaitannya dengan pembentukan nasionalisme dan identitas kebangsaan di daerah tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, di mana pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus (FGD). Lokus penelitian adalah Kota Atambua, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang terletak di daerah perbatasan Indonesia–Timor Leste. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasionalisme dan identitas kebangsaan di daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh peristiwa pemisahan Timor Leste dari Indonesia pada 1999 dan dampak sosiologisnya yang masih dirasakan hingga saat ini. Media massa, khususnya yang lokal, melalui peliputan dan pemberitaan mereka, berperan dalam mengelola isu sosiohistoris ini di dalam kehidupan bermasyarakat.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 55-65
Author(s):  
Mia Fitriah Elkarimah

Masyarakat madani merupakan produk sejarah kemasyarakatan yang muncul sebagai suatu paradigma dalam membentuk tata kemasyarakatan yang ideal. Pada zaman ini, muncul kecemasan akan banyaknya konflik dan diskriminasi dengan dalih perbedaan agama. Sebagai kampung yang dikenal karena toleransi antarwarga masyarakatnya, Kampung Sawah hadir melawan fenomena tersebut. Masyarakat Kampung Sawah telah terbiasa hidup dalam perbedaan agama dan sikap toleran. Kerukunan di sana sudah lama terbangun melalui budaya yang identik dengan Betawi. Prinsip-prinsip masyarakat madani bukan slogan belaka, tapi sudah menjadi adat bagi masyarakat Kampung Sawah. Menggunakan metode deskriptif-analitis, tulisan ini berusaha memahami fenomena toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Kampung Sawah berdasarkan konsep masyarakat madani sebagai kerangka analisisnya


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document