scholarly journals Konten Prank Sebagai Krisis Moral Remaja di Era Milenial Dalam Pan-dangan Psikologi Hukum dan Hukum Islam

Author(s):  
Fuadi Isnawan
Keyword(s):  

Fenomena degradasi moral ini malah terjadi di era milenial. Sungguh ironis sekali, di era modern yang berkembang pesat justru banyak remaja yang moralnya merosot. Prank merupakan salah satu bentuk dark comedy yang dapat membuat penonton merasa terhibur dan tertawa lepas. Sekilas tayangan tersebut bersifat menghibur penonton, akan tetapi justru belakangan ini menimbulkan banyak kecaman dari penonton. Konten yang seharusnya berisi tayangan yang menghibur, justru dinilai keterlaluan dan menimbulkan kemarahan bagi para penonton. Salah satu kasus yang hangat terjadi adalah konten Ferdian Paleka yang membuat prank kepada para waria. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, mengapa tindakan seperti itu terjadi? Bagaimana hukum Islam memandang hal ini? Dua pertanyaan inilah yang akan penulis gunakan untuk menganalisis konten prank tersebut. Hasil yang didapat adalah, konten tersebut dibuat oleh sang creator demi like dan subscribe akun media sosial mereka yang akan berpengaruh kepada pengakuan masyarakat kepadanya. Selain itu mereka mempunyai kecenderungan perilaku antisosial di dalam masyarakat sehingga melakukan tindakan seperti itu. Di dalam hukum Islam pun dilarang melakukan prank yang akan menimbulkan kemarahan, kekecewaan karena menyinggung perasaan orang lain sebagai korban. Sudah banyak aturan yang melarangnya, baik dalam Al-Quran maupun Hadits untuk melakukan prank yang membuat orang lain tersinggung.

ELH ◽  
1976 ◽  
Vol 43 (2) ◽  
pp. 209
Author(s):  
Clark Griffith
Keyword(s):  

1992 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 99-102
Author(s):  
Mary Doyle Springer

1963 ◽  
Vol 58 (2) ◽  
pp. 256
Author(s):  
Laurence Kitchin ◽  
J. L. Styan
Keyword(s):  

1964 ◽  
Vol 25 (4) ◽  
pp. 501-503
Author(s):  
A. S. Downer
Keyword(s):  

Early Theatre ◽  
2020 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
Author(s):  
Andrew J. Fleck

Marston’s Dutch Courtesan links the dangers of sexually transmitted infection and false religious doctrine, both spread by the Family of Love. The play finds dark comedy in the syphilis epidemic that urban sexual promiscuity perpetuated and in ridiculous religious heterodoxy. Both seem to thrive on infidelity. By making the tavern-owning Mulligrubs, the sex worker Franceschina, and her bawd Mary Faugh members of the Family of Love, Marston makes the corporeal dangers of illicit sex during an epidemic even more dangerous when its companion is the contagion of Familism, threatening to spread as efficiently as the syphilis ravaging early modern London.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document