scholarly journals The Roots of Israel-Palestine Conflict: A Political Culture Analysis

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Ilmi Dwiastuti
Keyword(s):  

<p><em>Penyebab konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina telah menjadi perdebatan sejak konflik ini bermula di awal abad 20. Berbagai penelitian telah menjelaskan faktor-faktor penyebab konflik melalu berbagai instrument dan teori. Tulisan ini ingin menganalisis penyebab konflik dari sisi budaya politik masing-masing bangsa dengan menggunakan teori Budaya Politik dari Gabriel Almond dan Sydney Verba. Analisis akan dilihat dari tiga komponen. Pertama, sistem budaya, proses budaya, dan kebijakan budaya Israel dan Palestina. Kedua, orientasi perilaku masing-masing bangsa terhadap sistem politik. Ketiga, respon dan perilaku Israel dan Palestina terhadap kebijakan luar negeri dan dalam negeri di dalam sistem politik. Tulisan ini menilai bahwa penyebab konflik terjadi akibat adanya benturan kepentingan dan kepercayaan dari kedua pihak yang melekat pada budaya politik masing-masing. Israel meyakini bahwa tanah yang mulanya ditempati bangsa Palestina merupakan hak mereka yang diamanahkan kepercayaan mereka. Tidak hanya itu, misi pergerakan Zionisme juga menjadi salah satu sumber konflik berkepanjangan ini. Kemudian, nilai-nilai ini berbenturan dengan budaya politik bangsa Palestina sebagai bagian dari bangsa Arab. Tulisan ini menyimpulkan bahwa penggunaan teori budaya politik cukup untuk menjelaskan akar permasalahan Israel-Palestina selama ini dalam ranah identitas dan perilaku kedua bangsa berdasarkan kepentingan politiknya masing-masing. Namun, penggunaan teori ini kurang dapat menjabarkan dengan detail sejauh mana budaya politik bangsa Palestina menjadi akar dari konflik abadi ini. </em></p><p><em>Kata Kunci: Israel-Palestine, Konflik, Budaya Politik, Orientasi Politik, Nilai </em></p>

2010 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 254-272
Author(s):  
Jeremy Black

Moreana ◽  
2012 ◽  
Vol 49 (Number 187- (1-2) ◽  
pp. 151-182
Author(s):  
Maarten M.K. Vermeir

In this study, we propose a new understanding, according to the principles of ‘humanistic interpretation’, of a fundamental layer of meaning in Utopia. In the work of Thomas More, major references can be found to the particular genesis and a crucial purpose of Utopia. Desiderius Erasmus arranged the acquaintance of Thomas More with Peter Giles, a key figure in the development of Erasmus as political thinker. More and Giles together in Antwerp (Giles’s home town), both jurists and humanists, would lay the foundation of Utopia. With this arranged contact, Erasmus handed over to More the knowledge of a particular political system - the earliest form of ‘parliamentary democracy’ in Early modern Europe - embedded in the political culture of the Duchy of Brabant and its constitution, named the ‘Joyous Entry’. We argue that Erasmus, through the indispensable politicalliterary skills of More in Utopia, intended to promote this political system as a new, political philosophy: applicable to all nations in the Respublica Christiana of Christian humanism. With reference to this genesis of Utopia in the text itself and its prefatory letters, we come to a clear recognition of Desiderius Erasmus in the figure of Raphael Hythlodaeus, the sailor who had discovered the ‘isle of Utopia’ and discoursed, as reported by More, about its ‘exemplary’ institutions.


Asian Survey ◽  
1973 ◽  
Vol 13 (4) ◽  
pp. 400-407
Author(s):  
Peter B. Mayer
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document