Aceh Anthropological Journal
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

67
(FIVE YEARS 28)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LPPM Universitas Malikussaleh

2746-0436, 2614-5561

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 176
Author(s):  
Nur Arfina Febriani

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara makna dari sakit dan sehat bagi masyarakat Bugis di desa Bila, makna dari kata Pajjappi dalam proses pengobatan tradisional serta keperyaan masyarakat terhadap pengobatan tradisonal tersebut. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis metode penelitian yakni metode penelitian etnografi, pengujian keberanaran data menggunakan teknik analasis data kualitatif. Teori interpretatif pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis definisi-definisi praktik yang bermakna. Hingga teknik pengumulan data yang digunakan yakni dengan cara wawancara dan observasi. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa upaya penyembuhan penyakit yang dialami oleh masyarakat ditentukan dari penyebab penyakit tersebut apakah rasa sakit yang dirasakan wajar atau tidak tergantung dari Individu. Semakin besar rasa sakit yang dirasakan maka semakin besar pula mencari pengobatan yang cocok. Sehingga masyarakat mengenal istilah “cocok-cocokan” dalam pengobatan. Artinya mereka akan terus berusaha untuk mencari pengobatan dengan berbagai macam pengobatan tradisional. Kemudian pemaknaan dari sakit dan sehat bagi masyarakat setempat. Menurut informan sehat adalah ketika kita tidak merasakan sakit atau keluhan apapun pada dirinya sehingga bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Kemudian sakit didefinisikan sebagai ketika kehilangan gairah bekerja, hilangnya nafsu makan, serta batinatau pikiran yang terganggu. Selanjutnya metode yang digunakan oleh dukun atau orang pintar dalam proses penyembuhan penyakit terkadang menggunakan media ataupun tidak, kembali lagi ke pengetahuan dukun tersebut. Penyakit yang bersifat medis (naturlistik) atau penyakit yang bersifat Personalistik terkadang dukun menggunakan media seperti air putih kadang juga tidak menggunakan media sama sekali tergantung dari pengetahuan yang diperoleh dukun tersebut.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 150
Author(s):  
Iromi Ilham ◽  
Amiruddin Ketaren ◽  
Richa Meliza

Ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi era disrupsi menimbulkan berbagai gejolak dan instabilitas sosial. Kemajuan teknologi dan informasi yang tidak dibarengi dengan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal semakin memperparah kondisi tersebut. Oleh karena itu, kajian ini fokus pada upaya memahami kembali nilai-nilai yang berbasis local wisdom dalam masyarakat suku Alas agar dapat menjadi benteng moral masyarakat dalam menyongsong era globalisasi. Kajian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, kajian pustaka, dan FGD. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebenarnya tiga prinsip dasar yang harus dipahami kembali oleh masyarakat suku Alas sebagai bentuk local indigenous, yaitu tulahan (kutukan akan perbuatan salah), pantang (menjaga diri dari hal-hal yang dilarang) dan kemali (menjaga diri dari hal-hal tabu dalam masyarakat) dapat menjadi benteng infiltrasi budaya. Ketiga hal tersebut menjadi dasar dalam membentuk karakter yang metoh simejile (mengetahui yang baik), kokhjeken simejile (melakukan yang baik), dan dhakhami simejile (mencintai yang baik).


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 118
Author(s):  
Ade Ikhsan Kamil ◽  
Iromi Ilham ◽  
Siti Ikramatoun ◽  
Richa Meliza ◽  
Sjaffruddin Sjaffruddin

Lahirnya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 membuka peluang bagi desa untuk mandiri dan otonom. Keistimewaan tersebut salah satunya untuk berpartisipasi dalam peningkatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan kawasan wisata islami. Berdasarkan hal tersebut, kebangkitan pariwisata Buttelege membuka asa baru dalam penelitian tentang desa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji 3 hal utama, pertama; bagaimana proses awal munculnya ide untuk membangun daerah Pariwisata Burtelege dengan memanfaatkan dana desa. Kedua; mellihat bagaimana dampak sosial, peruubahan dan perkembangan. Ketiga; mengkaji negosiasi yang dibangun oleh inisiator dalam menjawab tantangan hadirnya wacana wisata islami. Dengan menggunakan pendekatan etnografi, penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dinamika sosial-ekonomi terkait dengan pengembangan kawasan wisata Burtelege. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada faktor awal dari pembangunan dan pengembangan Burtelege sebagai kawasan wisata.tiga faktor tersebut adalah keinginan untuk mengubah stereotip kampung, mengembalikan keaktifan pemuda dan keinginan mengorganisasikan parkir di hari Minggu sebagai stimulan. Selain itu, partisipasi masyarakat berupa kegiatan swadaya telah menstimulus perkembangan Burtelege sebagai kawasan wisata islami.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 161
Author(s):  
Desi Hasra Deva ◽  
Awaluddin Arifin ◽  
Ibrahim Chalid

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik komunikasi ritual serta menemukan pola-pola komunikasi dan aktivitas komunikasi dalam upacara tangis tukhunen pada pernikahan suku alas di Aceh Tenggara sebagai media komunikasi tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnografi komunikasi, dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat suku alas di Aceh Tenggara masih melaksanakan tangis tukhunen sebagai media komunikasi tradisional mereka sebagai upaya pemeliharaan meskipun telah mengalamai perubahan. Dalam praktiknya merupakan refleksi dari komunikasi ritual dan fungsinya yakni sebagai fungsi sosialiasi, fungsi pendidikan, dan fungsi warisan sosial budaya.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 138
Author(s):  
Muhibbul Subhi ◽  
Muhajir Al-Fairusy ◽  
Muhammad Nasir

Studi ini mendiskusikan ritual khanduri bungong kayée, tradisi yang berlangsung di tengah masyarakat Lhok Pawoh, Aceh Selatan. Tradisi ini bertujuan untuk meminta keberkahan bagi sang pencipta, guna menyuburkan tanaman yang sudah berbuah, dan selamat dari hama dan gangguan lain yang dapat menggugurkan bungong kayée (bunga kayu). Bunga kayu sebagai cikal buah dipandang pembawa manfaat oleh masyarakat tempatan. Penelitian ini beranjak dari pertanyaan, bagaimana prosesi ritual khanduri bungong kayée dalam masyarakat Lhok Pawoh dan apa makna simbolis terhadap prosesi ritual khanduri bungong kayée bagi masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan analis deskriptif, menganalisis fenomena sosial masyarakat Lhok Pawoh dalam ritual khanduri bungong kayée. Data diperoleh dari informan yang mengetahui tentang ritual khanduri bungong kayée; tokoh adat, tokoh agama, cendikiawan dan masyarakat biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khanduri ini melibatkan simbol-simbol agamam Islam, dimulai dengan membaca kitab suci al-Qur’an. Kemudian dilanjutkan dengan ritual shamadiyah yang dipimpin oleh agamawan setempat. Selain itu, dilakukan pula pembakaran kemenyan, dengan tujuan mengharumkan lokasi ritual. Tradisi ini ditutup dengan penyantunan pada anak yatim, yang dimaknai sebagai upaya meminta keberhakan melalui perantara anak yatim, sebagai kelompok manusia yang dianggap wajib untuk disantuni dalam ajaran Islam jika menginginkan keberkahan dan rezeki melimpah.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 187
Author(s):  
Muhammad Husein

kegiatan usaha tani masyaraka dipedesaan, masih juga terdapat desa-desa yang masih menggunakan tehnologi sederhana dalam kegiatan pertaniannya, bahkan juga ada yang masih menggunakan alat-alat tradisional dalam kegiatan usaha taninya, hal ini merupan impak dari ketidak keseimbangan pembangunan pada masa lampoe, sehingga keadaan ini telah menyumbang pada masalah  kemiskinan, lapangan pekerjaan, sumberdaya manusia, penguasaan tehnologi, pengguran hingga kepermasalahan tenaga kerja produktif, penghijrahan penduduk, masalah SDM, keterbatasan pengetahuan dalam hal bertani, pola fikir masyarakat dan hingga kepermasalahan usaha tani yang dilakukan hanyan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya sahaja, keadaan ini merupakan sebuah hambatan dan kendala dalam membangun sektor desa tanpa adanya kesadaran yang mendasar dan menyeluruh terutama dari masyarakat itu sendiri terutama dalam hal pola fikir, penguasaan tehnologi dan keterbukaan dalam menerima sesebuah inovasi, juga keadilan dan keseriusan pemerintah dalam membangun  sektor pedesaan merupakan kunci utama terberdayanya sektor ini. Industri masuk desa, arah dan kebijakan pembangunan, factor pendukung sarana dan prasarana lainnya dan komitmen pemerintah merupakan salah satu syarat mutlak untuk tercapainya kesejahteraan dan kemamakmuran bagi masyarakat disektor ini. 


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 104
Author(s):  
Muhammad Nazaruddin ◽  
Nirzalin Nirzalin ◽  
Iromi Ilham ◽  
Abdullah Akhyar Nasution ◽  
Sjafruddin Sjafruddin

Artikel ini mengkaji tentang keberadaan Lembaga Wali Nanggroe dalam relasinya dengan masa depan perdamaian Aceh. Teknik pengumpulan data dalam studi ini adalah observasi, wawancara mendalam serta kajian dokumen yang relevan dengan topik. Hasil kajian menyatakan bahwa Wali Nanggroe adalah institusi khusus yang memang sudah berakar dalam kultur politik keacehan. Lembaga tersebut menjadi “media” penghubung dalam berbagai sistem tatanan sosial, budaya dan politik di Aceh serta memiliki otoritas dan legitimasi yang terbentuk dari basis formal maupun non-formal. Paska Helsinki, Lembaga Wali Nanggroe berperan penting dalam memproduksi stabilitas dan kohesivitas perdamaian Aceh. Posisi Lembaga Wali Nanggroe bukan saja aktor utama perdamaian, tetapi juga aktor penentu dalam merawat perdamaian Aceh. Oleh karena itu, posisinya dalam tatanan kepemerintahan Aceh harus lebih dipertegas sehingga kuat dan otonom untuk penguatan perdamaian serta penjaga kekhususan dan keistimewaan Aceh. 


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Ari Kamandanu ◽  
Ade Ikhsan Kamil

Artikel ini berfokus pada upaya proses pemenuhan kebutuhan ekonomi petani karet melalui Angon Jawi di Batu Godang, Kecamatan Angkola Sangkunur. Artinya, artikel ini berusaha untuk mendeskripsikan secara mendalam mengapa petani karet memilih menjadi buruh angon jawi untuk dijadikan sumber ekonomi tambahan dan bagaimana proses pemenuhan kebutuhan ekonomi melalui proses angon jawi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan petani karet memilih angon jawi menjadi sumber pendapatan alternatif demi pemenuhan kebutuhan keluarga yaitu 1) lokasi lahan yang berdekatan dengan perkebunan karet milik PTPN III yang menguntungkan para petani karet menjadi buruh angon jawi sebagai sumber pendapatan tambahan, 2) Minimnya modal menjadi buruh angon jawi, 3) Resiko pekerjaan yang minim. 4) Waktu bekerja yang hanya setengah hari dan tidak mengikat kepala keluarga.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Harisan Boni Firmando

Tulisan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana sistem kekerabatan dalihan na tolu sebagai bagian dari kearifan lokal bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, studi dokumen dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bagi individu sistem kekerabatan dalihan na tolu merupakan pedoman dalam berperilaku sedangkan bagi masyarakat dalihan na tolu memiliki fungsi simbolik dalam segala aspek kehidupan. Sistem kekerabatan dalihan na tolu bersifat religius magis sehingga menjadi norma dalam masyarakat yang menyebabkan masyarakat dapat hidup harmonis.  Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat perlu dilakukan pelestarian nilai-nilai sistem kekerabatan dalihan na tolu karena mengedepankan prinsip musyawarah, persaudaraan, persahabatan dan kerukunan dalam segala bidang kehidupan. Dengan demikian sistem kekerabatan dalihan na tolu memiliki fungsi sosial, fungsi keagamaan, dan fungsi simbolik sehingga dapat merajut harmoni sosial.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Muhammad Rosyid

Tulisan ini bertujuan mendedahkan fakta bahwa nilai toleransi perlu diuri-uri. Teknik perolehan data dengan observasi dan pendalaman literatur dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil riset, Kota Kudus Jawa Tengah terdapat situs khas di antaranya bangunan kuno disebut Langgar Bubrah. Bangunan itu terdapat lingga dan yoni sebagai karakter candi. Argumen ilmiah dengan pendekatan arkeologi menandaskan bahwa lestarinya Langgar Bubrah hingga kini sebagai bentuk toleransi Sunan Kudus yang tetap melestarikannya dilanjutkan oleh generasi muslim adanya lingga dan yoni hingga kini. Pemkab Kudus perlu optimal merawatnya sehingga diagendakan penyelamatan objek budaya yakni restorasi, revitalisasi, dan memfasilitasi sarana dan prasarana kebudayaan berupa fasilitas penunjang yakni ruang sanggar budaya. Anggota DPRD Kudus pun perlu mewujud politik anggaran dalam APBD yang berpihak pada cagar budaya dengan penyediaan pendanaan pemajuan kebudayaan didasarkan atas pertimbangan investasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document