PUTIH JURNAL PENGETAHUAN TENTANG ILMU DAN HIKMAH
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

40
(FIVE YEARS 12)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Journal Of Mahad Aly Al Fithrah: PUTIH (Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu Dan Hikmah)

2622-223x, 2598-7607

2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 15-52
Author(s):  
Syamsul Arifin
Keyword(s):  

Pemikiran Goldziher dalam kajian hadis sangat berpengaruh pada orientalis generasi selanjutnya, sehingga pemikiran-pemikirannya masih layak untuk diteliti ulang. Secara umum Ignaz tidak jauh berbeda dengan para orientalis lainnya dalam melakukan study hadis (eksistensi hadis), yang tidak lepas dari tiga kelompok besar skeptis, sanguine (non-skeptis), dan middle ground. Dari bahasan ini dapat diketahui bagaimana posisi intelektual Goldziher terutama dalam karyanya Mohammedanische Studien, teori-teori Golziher seperti merekontruksi istilah hadis dan sunnah dengan menggunakan pendekatan historis yang kritis dan skeptis. Metode kritik matan menjadi argumen bahwa hadis-hadis yang diyakini kesahihannya adalah palsu yang dibuat untuk kepentingan kekuasaan. Namun teori-teori itu kemudian dibantah oleh ilmuan hadis seperti Azami dan Musthafa al-Siba’i, dengan pembuktian teks-teks awal, dan penelusuran ulang terhadap argumentasi yang dipakai Goldziher, serta dikuatkan dengan pentatan hadis sejak masa Rasulullah SAW


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 135-159
Author(s):  
Kusroni Kusroni

al-Qushayri dikenal sebagai salah satu mufasir sufi-ishari. Dua karyanya yang sangat masyhur dalam bidang tasawuf dan tafsir adalah al-Risalah al-Qusyariyah, dan Lata’if al-Isharat. Jika dibandingkan dengan mufasir sufi lainnya, al-Qushayri cenderung moderat dan tidak menuai banyak kritik, sebagaimana mufasir sufi lainnya. Penelitian ini bermaksud menelaah bagaimana perspektif sufi-isharimewarnai penafsirannya atas ayat-ayat eskatologi dalam Alquran. Penelitian ini berfokus pada penafsiran al-Qushayri pada surah al-Qiyamah. Penelitian ini menemukan bahwa nuansa sufi-ishari mewarnai penafsirannya atas surah al-Qiyamah, meskipun hanya dalam beberapa ayat. Penelitian ini juga menemukan bahwa meskipun al-Qushayri adalah seorang mufasir sufi, ia tidak meninggalkan pendekatan linguistik dan pendekatan berbasis tradisi (bi al-ma’thur) dalam penafsiran.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Fathur Rozi

This study explains al-Ghazali’s argumentative criticism in Tahafut al-Falasifah. It aims to analyze the intentions of al-Ghazali’s argumentative refutation of other alleged rational thinkers considered by irfani epistemology as the cause of decline of Islam and to observe the method used by al-Ghazali in his argument. This study is a library research which is included in the qualitative research cluster. The result of study is that the intentions of al- Ghazali’s argumentative criticism are to discuss the twenty errors of Muslim philosophers, namely al-Farabi and Ibn Sina in matters of metaphysical philosophy. The method used by al-Ghazali is also the same as Aristotle’s criticism of Eudoxus, that is attacking Muslim philosophers in terms of the arguments they built, even labelling them as heretics and infidels/apostates. This method is known as argumentum ad hominem because it attacks Muslim philosophers when it comes to argumentation. It is built on the dialectical method of speech or in other terms known as jawab wa su’al which always recalls an imaginary trial. Keywords: Tahafut al-Falasifa, al-Ghazali, argumentative criticism


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 116-134
Author(s):  
Ahmad Syatori

Kajian ilmiah ini didalamnya memuat penjelasan tentang identitas jati diri manusia dalam pandangan ulama shufiyah. Dalam uraian pembahasannya menyoroti mengenai hal-hal yang berkaitan dengan anatomi manusia dalam pembentukan karakter, jiwa dan kepribadiannya yang sempurna. Nilai dan ajaran tasawuf juga ternyata dapat dijadikan sebagai rujukan dan referensi dalam hubungannya dengan diri seseorang dan orang lain serta lingkungan dimana manusia hidup saling berinteraksi. Dari hubungan interaksi antara seseorang dengan orang lain itupula dapat diketahui tentang karakter, jiwa dan kepribadiannya masing-masing.Tasawuf tidak hanya menyoroti sisi bagian dalam diri manusia secara batin saja sebagaimana pandangan dan perkiraan kebanyakan orang secara umum, akan tetapi tasawuf sesungguhnya tasawuf juga menyoroti berbagai sisi dan segi kemanusiaan, baik yang ada dalam ruang dimensi tasawuf itu sendiri maupun ruang-ruang dimensi lainnya termasuk sisi bagian dalam karakteristik manusia. Sudut pandang tasawuf dalam kajiannya tidak bisa terlepas dari sudut pandang yang ada dalam kajian anatomi manusia, baik bagian dari dimensi dalam (batin) maupun bagian dimensi luar (dzohir). Adapun sudut pandang tasawuf dalam orientasinya terhadap dimensi batin lebih menitik beratkan pada nilai-nilai ajaran spiritual, sedangkan sudut pandang tasawuf dalam kaitannya dengan anatomi manusia lebih menitik beratkan pada bentuk psikologis secara lahir. Namun demikian, secara prinsip masing-masing sudut pandang tersebut tetap memiliki hubungan kesesuaian dan keterkaiatan yang saling mengikat di antara keduanya.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 160-185
Author(s):  
Abu Sari

Sakaratul maut adalah istilah untuk menyebutkan penderitaan yang dialami setiap manusia ketika dicabut nyawanya. Pencabutan nyawa ini disebut dengan naza’. Mungkin saja ada orang beranggapan bahwa sulitnya seseorang ketika mengalami naza’ adalah pertanda ia mati dengan tidak baik. Dengan pendekatan deskriptif-analisis, penulis ingin mencoba mengumpulkan data-data terkait dan mengurainya untuk menemukan pemahamn yang utuh tentang sakaratul maut. Penelitian ini berkesimpulan, menurut mayoritas ulama penderitaan sakaratul maut berlaku untuk setiap manusia. Bahkan, terkadang Allah SWT sengaja mempersulit kematian seseorang untuk menaikkan derajatnya, atau untuk menghapus kesalahannya.Oleh karena itu, kesudahan seseorang, apakah baik atau buruk tidak bisa dinilai dengan penderitaan dan sulitnya seseorang ketika mengalami naza’. Sikap yang bijaksana tentu selalu berbaik sangka kepada setiap orang yang beriman, walaupun secara kasyaf mata kita pernah melihat ada orang yang sepertinya mengalami penderitaan menjelang ajalnya.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 53-84
Author(s):  
Moh Yusuf

Khauf dan raja' merupakansuatu elemen dari komposisi struktur bangunan jiwa manusia. Suatu elemen yang disediakan oleh sang Pencipta. Kedua elemen ini akan mencul dalam diri manusia pada suatu kondisi atau keadaan tertentu dari pengalaman manusia.Khauf  ketika berlebihan dan mendominasi jiwa manusia maka akan berujung kepada putus asa dan berbuah petaka. Sedangkan raja'yang merambat secara liar akan menuntun kepada kesombongan dan berganti kerugian. Hadirnyadominasi khauf  berawal dari sikap bersandar kepada amal atau kemampuan secara berlebihan dari seorang hamba. Sedangkan kemunculan raja'yang merambat tidak terkontrol disebabkan oleh sikap yang sama kepada amal. Karakterkebergantunganini telah membuat manusia bersikap minimalis terhadap rahmat Allah serta peran-Nya sebagai pencipta kebijakan absolut suatu amal dinilai/diterima atau ditolak. Dibutuhkan kesimbangan terus menerus antara khauf dan raja' supaya rasa bersandar kepada amal terelimener dan terbangun harmonisasi batin yang nyaman merambah kepada mahabbah.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 1-24
Author(s):  
Fathur Rozi

ABSTRAK INDONESIA


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 54-69
Author(s):  
Kusroni Kusroni
Keyword(s):  

Penafsiran al-Qur’a>n dari masa ke masa mengalami banyak perkembangan dan sekaligus mengalami pergeseran epistemologi. Jika di masa abad-abad awal (era formatif), karya tafsir al-Qur’a>n lebih menekankan pada aspek periwayatan atau yang dikenal dengan tafsir bi al-ma’thu>r, maka pada perkembangan berikutnya, abad pertengahan, sudah mulai banyak terjadi pergeseran, terutama dalam aspek kecenderungan ideologis, selain aspek metodologis tentunya. Salah satu kecenderungan yang muncul dan berkembang hingga kini, adalah kecenderungan sufistik. Model ini biasanya muncul dari mufasir yang memiliki latar belakang tasawuf, seperti al-Qushairi, Ibn Arabi, dan al-Tusta>ri, dan lain-lain. Tulisan ini berupaya mendiskusikan salah satu karya tafsir yang ditulis oleh al-Qushairi, yakni tafsir Lat}a>’if al-Isha>ra>t. Fokus tulisan ini adalah upaya menguak kerangka metodologis dan kecenderungan ideologis dari tafsir yang cukup popular ini.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 25-53
Author(s):  
Muzamil
Keyword(s):  

Hadis sebagai sumber ajaran Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar pada prilaku umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Di antaranya pemahaman dan perilaku masyarakat dalam kehidupan keluarga. Di antara hadis yang banyak dijadikan alasan untuk membenarkan sebuah prilaku untuk memperbanyak keturunan adalah hadis Nabi Muhammad saw. Namun, di sisi lain pemerintah Indonesia memiliki kebijakan mengikuti program KB (Keluarga Berencana) dengan selogan “Dua anak cukup”. Rumusan dari latar belakang tersebut ada dua. Pertama, bagaimana kualitas hadis tersebut. Kedua, berapa jumlah anak yang ideal menurut hadis tersebut, hadis terkait dan pertimbangan lain.   Penelitian ini bercorak penelitian kepustakaan (library reseacrh). Adapun sifat penelitian ini adalah kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan dalam menganalisis pesan hadis tersebut adalah metode kritik dan pemahaman hadis yang mencakup dua hal, tekstual dan kontekstual. Dengan menerapkan metode tersebut, penulis berkesimpulan bahwa hadis tersebut berkualitas sahih dari sisi sanad dan matan. Dari sisi sanad, hadis ini memiliki lima jalur dari level sahabat sampai kolektornya. Dalam ilmu Must}alah al Hadi}th, Hadis tersebut termasuk dalam kategori Hadis Ahad yang secara spesifik disebut Hadis Masyhur. Adapun jumlah  anak yang ideal adalah tiga dengan argumen  a) Dalam tata bahasa Arab, kata banyak atau jama’ merujuk pada angka tiga.  b). Untuk mempertahankan Peradaban dan kebudayaan yang sangat terkait dengan keberlangsungan generasinya. c) Menurut teori sibling rivalry, Stabilitas perkembangan psikologis anak lebih baik jika jumlah anak lebih dari dua.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 70-107
Author(s):  
Ahmad Syatori

Kajian ilmiah ini di dalamnya memuat ulasan tentang pendakian-pendakian (suluk) para shufiyah dalam menempuh suatu penjalanan yang sangat jauh menuju suatu tempat kesempurnaan di sisi Allah Swt. yang disebut dengan maqomat. Dalam uraian pembahasannya mengkaji seputar hal-hal yang berkaitan dengan pangkat, derajat dan kedudukan (maqomat) serta  perilaku batin (ahwal ) para shufiyah dalam rangka shidqu al-tawajjuh  menghadap Allah Swt. dengan penuh  kesungguhan baik lahir maupun batin. Berangkat dan berawal dari sebuah perjalanan spiritual para shufi tersebut, maka kemudian jurnal ilmiah ini diberi judul dengan tajuk "Mahkota Singgasana Dalam Istana Shufiyah", yang maksudnya tiada lain adalah untuk menggambarkan tentang eksistensi dan kemuliaan-kemuliaan para shufiyah yang telah memiliki maqom (pangkat, derajat dan kedudukan) yang luhur dan berada dalam genangan kemakrifatan kepada Allah Swt. Mahkota adalah sebagai simbol penisbatan bagi seorang shufi yang telah mencapai suatu gelar atau pangkat mahkota kemakrifatan billah. Sedangkan singgasana digambarkan sebagai kedudukan atau derajat maqom tertentu bagi seorang shufi dalam maqomat yang ada. Adapun yang dimaksud dengan istana shufiyah tiada lain adalah puncak pendakian seorang shufi yang telah sampai (wushul) dan berada disuatu tempat yang luhur yakni kesempurnaan ma'rifat billah. Sungguh merupakan suatu kenikmatan, karunia dan anugerah yang sangat agung dan istimewa bagi hamba-hamba Allah, manakala mereka telah mampu mencapai dan meraih semua itu. Melalui berbagai proses dan latihan yang ketat (riyadloti nafs) serta disiplin diri yang kuat (mujahadati nafs) dalam rangka membentuk jiwa dan hati yang bersih, suci dan kosong (takholli ) dari sikap dan perilaku yang buruk dan tercela (akhlak madzmumah)  serta menghiasi (tahalli) diri dengan sikap dan perilaku yang baik dan terpuji (akhlak mahmudah). Maka kemudian mereka sampai dan tersampaikan (wushul), tunduk dan bersimpuh di hadapan kekasihnya yang sejati Allah Swt. untuk menerima berbagai sirri-rahasia, hikmah dan hakikat (tajalli) yang luhur dari Dzat Yang Maha  Agung dan Sempurna (Allah Swt.).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document