scholarly journals IDENTIFIKASI CITRA TANDA TANGAN BERDASARKAN GRID ENTROPY DAN PCA MENGGUNAKAN MULTI LAYER PERCEPTRON

Author(s):  
Muhammad Zidny Nafan ◽  
Agung Wisnu Anggoro ◽  
Elisa Usada

Tanda tangan merupakan tanda yang bertujuan sebagai lambang dari nama seseorang yang dituliskan menggunakan tangan orang itu sendiri sebagai penanda pribadi. Penggunaan tanda tangan tidak luput dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk mengenal bentuk tanda tangan seseorang untuk melakukan verifikasi apakah tnada tangan tersebut milik orang yang bersangkutan atau orang lain. Pada penelitian ini penulis membuat penelitian mengenai identifikasi tanda tangan dengan menggunakan Grid Entropy dan Principal Component Analysis sebagai ekstraksi ciri. Model pembelajaran dataset menggunakan Multi Layer Perceptron dan Cross Validation menggunakan nilai parameter yang berbeda pada hidden layer dan node dalam Multi Layer Perceptron. Hasil pengujian terbaik didapatkan dari pembelajaran dataset menggunakan 2 hidden layer dengan node sebanyak 40 node di setiap hidden layer, dari skenario tersebut didapatkan akurasi sebesar 87,22%.

Author(s):  
Shofwatul Uyun ◽  
Muhammad Fadzlur Rahman

Manusia memiliki kecerdasan multi intelligence yang sangat kompleks sehingga secara otomatis mampu mengenali seseorang yang pernah ditemui. Saat ini banyak sekali sistem pengenalan wajah yang sedang dikembangkan baik secara supervised maupun unsupervised. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan salah satu metode supervised, dimana salah satu metode pembelajarannya disebut dengan Multi-Layer Perceptron (MLP). Penentuan banyaknya node pada hidden layer secara tepat mempengaruhi kinerja dari MLP pada sistem pengenalan wajah. Penelitian ini menggunakan 12 citra wajah sebagai data latih yang diekstraksi menjadi covarian matriks lalu diambil nilai eigen dari setiap data citra menggunakan metode principal component analysis (PCA) dan linear discriminant analysis (LDA). Setiap data menghasilkan 4 nilai eigen yang menjadi masukan pada algoritma pelatihan MLP yang menghasilkan nilai bobot optimal yang menjadi acuan untuk mengenali citra wajah. Berdasarkan hasil pengujian dan perbandingan variasi nilai parameter yang digunakan untuk mengenali citra wajah telah didapatkan nilai akurasi optimal sebesar 77,77%. Aristektur dari MLP tersebut terdiri atas : 4 node di input layer, 8 node di hidden layer dan 3 node di output layer dengan nilai epoch pelatihan sebesar 60x104.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 29-38
Author(s):  
Abdur Rohman Harits Martawireja ◽  
Hilman Mujahid Purnama ◽  
Atika Nur Rahmawati

Pengenalan wajah manusia (face recognition) merupakan salah satu bidang penelitian yang penting dan belakangan ini banyak aplikasi yang menerapkannya, baik di bidang komersil ataupun di bidang penegakan hukum. Pengenalan wajah merupakan sebuah sistem yang berfungsikan untuk mengidentifikasi berdasarkan ciri-ciri dari wajah seseorang berbasis biometrik yang memiliki keakuratan tinggi. Pengenalan wajah dapat diterapkan pada sistem keamanan. Banyak metode yang dapat digunakan dalam aplikasi pengenalan wajah untuk keamanan sistem, namun pada artikel ini akan membahas tentang dua metode yaitu Two Dimensial Principal Component Analysis dan Kernel Fisher Discriminant Analysis dengan metode klasifikasi menggunakan K-Nearest Neigbor. Kedua metode ini diuji menggunakan metode cross validation. Hasil dari penelitian terdahulu terbukti bahwa sistem pengenalan wajah metode Two Dimensial Principal Component Analysis dengan 5-folds cross validation menghasilkan akurasi sebesar 88,73%, sedangkan dengan 2-folds validation akurasi yang dihasilkan sebesar 89,25%. Dan pengujian metode Kernel Fisher Discriminant dengan 2-folds cross validation menghasilkan akurasi rata rata sebesar 83,10%.


2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
Author(s):  
Rong Zhu ◽  
Yong Wang ◽  
Jin-Xing Liu ◽  
Ling-Yun Dai

Abstract Background Identifying lncRNA-disease associations not only helps to better comprehend the underlying mechanisms of various human diseases at the lncRNA level but also speeds up the identification of potential biomarkers for disease diagnoses, treatments, prognoses, and drug response predictions. However, as the amount of archived biological data continues to grow, it has become increasingly difficult to detect potential human lncRNA-disease associations from these enormous biological datasets using traditional biological experimental methods. Consequently, developing new and effective computational methods to predict potential human lncRNA diseases is essential. Results Using a combination of incremental principal component analysis (IPCA) and random forest (RF) algorithms and by integrating multiple similarity matrices, we propose a new algorithm (IPCARF) based on integrated machine learning technology for predicting lncRNA-disease associations. First, we used two different models to compute a semantic similarity matrix of diseases from a directed acyclic graph of diseases. Second, a characteristic vector for each lncRNA-disease pair is obtained by integrating disease similarity, lncRNA similarity, and Gaussian nuclear similarity. Then, the best feature subspace is obtained by applying IPCA to decrease the dimension of the original feature set. Finally, we train an RF model to predict potential lncRNA-disease associations. The experimental results show that the IPCARF algorithm effectively improves the AUC metric when predicting potential lncRNA-disease associations. Before the parameter optimization procedure, the AUC value predicted by the IPCARF algorithm under 10-fold cross-validation reached 0.8529; after selecting the optimal parameters using the grid search algorithm, the predicted AUC of the IPCARF algorithm reached 0.8611. Conclusions We compared IPCARF with the existing LRLSLDA, LRLSLDA-LNCSIM, TPGLDA, NPCMF, and ncPred prediction methods, which have shown excellent performance in predicting lncRNA-disease associations. The compared results of 10-fold cross-validation procedures show that the predictions of the IPCARF method are better than those of the other compared methods.


2000 ◽  
Vol 12 (3) ◽  
pp. 531-545 ◽  
Author(s):  
Nathalie Japkowicz ◽  
Stephen José Hanson ◽  
Mark A. Gluck

A common misperception within the neural network community is that even with nonlinearities in their hidden layer, autoassociators trained with backpropagation are equivalent to linear methods such as principal component analysis (PCA). Our purpose is to demonstrate that nonlinear autoassociators actually behave differently from linear methods and that they can outperform these methods when used for latent extraction, projection, and classification. While linear autoassociators emulate PCA, and thus exhibit a flat or unimodal reconstruction error surface, autoassociators with nonlinearities in their hidden layer learn domains by building error reconstruction surfaces that, depending on the task, contain multiple local valleys. This interpolation bias allows nonlinear autoassociators to represent appropriate classifications of nonlinear multimodal domains, in contrast to linear autoassociators, which are inappropriate for such tasks. In fact, autoassociators with hidden unit nonlinearities can be shown to perform nonlinear classification and nonlinear recognition.


Author(s):  
Made Satria Wibawa ◽  
I Made Dendi Maysanjaya

CAD (Computer Aided Diagnosis) merupakan teknik diagnosa berbantuan komputer untuk meningkatkan akurasi hasil diagnosa dari suatu penyakit. CAD telah banyak digunakan untuk diagnosa dari berbagai penyakit, khususnya penyakit kanker payudara. Multi layer perceptron (MLP) sebagai salah metode dari jaringan saraf tiruan telah banyak digunakan untuk klasifikasi kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kombinasi parameter paling optimal untuk mendiagnosa kanker payudara. Kombinasi parameter tersebut juga diujikan dengan metode reduksi fitur Principal Component Analysis (PCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter paling optimal adalah fungsi optimisasi RELU serta TANH dengan fitur optimisasi adam dengan tingkat akurasi 0.973


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 96-101
Author(s):  
Ahmad Fauzi ◽  
Riki Supriyadi ◽  
Nurlaelatul Maulidah

Abstrak  - Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang - orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan.Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan peforma klasifikasi pada diagnosis kanker payudara dengan menerapkan seleksi fitur pada beberapa algoritme klasifikasi. Penelitian ini menggunakan database kanker payudara Breast Cancer Coimbra Data Set . Metode seleksi fitur berbasis pricipal component analysis akan dipasangkan dengan beberapa algoritme klasifikasi dan metode, seperti Logitboost,Bagging,dan Random Forest. Penelitian ini menggunakan 10 fold cross validation sebagai metode evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan metode seleksi fitur berbasis pricipal component analysis mengalami peningkatan peforma klasifikasi secara signifikan setelah dipasangkan dengan seleksi fitur Random Forest dan logitboost, Random forest menunjukan peforma terbaik dengan akurasi 79.3103% dengan nilai AUC sebesar 0,843. Kata Kunci: Seleksi Fitur,PCA, Kanker Payudara,Skrining,Random Forest


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document