scholarly journals EFEKTIVITAS KITOSAN CANGKANG KEONG MAS DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT YANG DISEBAKAN VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L)

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 80
Author(s):  
Doris Olviari Hamta ◽  
Asniwita Asniwita ◽  
Novalina Novalina

Cabai merupakan tanaman perdu dari Famili Solanaceae . Cabaiikaya vitaminiA daniC, niacin,iriboflavin danithiamin, cabai dimanfaatkan sebagai salah satu bumbu masak dan obat –obatan. salahisatu kendalairendahnya produksi cabaiidi Indonesia disebabkanioleh serangan virusitanaman, untuk itu perlu dilakuakan pengendalian penyakit, salah satunya menggunakan kitosan yang berasal dari cangkang keong mas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan kitosan keong mas dalam mengendalikan penyakitiyang disebabkanioleh virus padaitanamanicabai. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penelitian menggunakaniRancanganiAcak Kelompok (RAK), yangiterdiriidari 7 perlakuanidan 4iulangan sehinggaiterdapat 28 satuan percobaan, setiap satuanipercobaan terdiriidari atas 12 Perlakuan adalah : P0 : Kontrol, P1: Benih direndam disuspensi kitosan cangkang keong mas, P2 : Benih direndam disuspensi kitosan industrial, P3 : Bibit cabai disemprot dengan kitosan keong mas, P4 : Benih direndam dan disemprot dengan kitosan keong mas , P5 : Bibit cabai disemprot dengan kitosan industrial, P6 : Benih direndam dan disemprot dengan kitosan industrial. Berdasarkan hasil penelitian Perlakuan kitosan benih direndam dan disemprot dengan kitosan industrial intensitas penyakit keriting yang ditimbulkan yaitu 26,7 % lebih rendah dari pada kontrol sebesar 46,7 %. Perlakuan benih direndam dan disemprot dengan kitosan keong mas kejadian penyakit keriting yang ditimbulkan yaitu 39,6 % lebih rendah dari pada kontrol sebesar 58,3 %. Aktivitas enzim peroksidase yang tertinggi terdapat pada perlakuan perlakuan benih direndam disuspensi kitosan keong mas sebesar 1,58631 U/g/min dan yang terendah terdapat pada kontrol sebanyak 0,79649 U/g/min peningkatan aktivitas enzim peroksidase adalah 13,05 – 99,16 %. Serangga vektor yang ditemukan penelitian ini adalah Bemisia tabaci dan Aphis sp.

2015 ◽  
Vol 75 (1) ◽  
pp. 71-77 ◽  
Author(s):  
Luis Latournerie-Moreno ◽  
Alex Ic-Caamal ◽  
Esaú Ruiz-Sánchez ◽  
Horacio Ballina-Gómez ◽  
Ignacio Islas-Flores ◽  
...  

2018 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Purnama Hidayat ◽  
Hazen Arrazie Kurniawan ◽  
Lutfi Afifah ◽  
Hermanu Triwidodo

Kutukebul Bemisia tabaci (Gennadius) biotipe B yang juga dikenal sebagai Bemisia argentifolii  (Gennadius) merupakan jenis biotipe yang lebih ganas dalam merusak tanaman dibandingkan dengan biotipe non-B. Saat ini kutukebul B. tabaci biotipe B telah dilaporkan keberadaanya di Indonesia. Informasi dasar, seperti siklus hidup, lama hidup, keperidian, dan kemampuan berkembang biak kutukebul sangat diperlukan sebagai dasar dalam menyusun strategi pengendalian hama kutukebul tersebut. Penelitian bertujuan untuk mempelajari siklus hidup dan statistik demografi kutukebul B. tabaci biotipe B dan non-B pada tanaman cabai. Penelitian dilakukan dengan mengamati perkembangan sejak telur sampai menjadi dewasa di growth chamber yang terkontrol suhu dan pencahayaannya. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa aspek biologi dan beberapa parameter statistik demografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kutukebul B. tabaci biotipe B memiliki beberapa aspek biologi yang berbeda dengan non-B pada tanaman cabai. Siklus hidup kutukebul B. tabaci biotipe B dan non-B masing-masing adalah 33,27 dan 30,86 hari. Kutukebul B. tabaci biotipe B memiliki laju reproduksi bersih (R0) yang hampir sama dengan biotipe non-B, begitu juga rataan masa generasinya. Namun demikian, laju pertambahan intrinsik (r) kutukebul B. tabaci biotipe B 2,5 kali lebih cepat dibandingkan biotipe non-B. Kutukebul B. tabaci biotipe B berlipat ganda populasinya (DT) 2 kali lebih cepat dibandingkan biotipe non-B. Kutukebul B. tabaci biotipe B berpotensi lebih berbahaya dibandingkan dengan biotipe non-B sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.


2013 ◽  
Vol 73 (4) ◽  
pp. 329-338 ◽  
Author(s):  
Horacio Ballina-Gómez ◽  
Luis Latournerie-Moreno ◽  
Esaú Ruiz-Sánchez ◽  
Alfonso Pérez-Gutiérrez ◽  
Gabriel Rosado-Lugo

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Erdi Surya ◽  
Armi Armi ◽  
Muhammad Ridhwan ◽  
Jailani Jailani ◽  
Lukmanul Hakim ◽  
...  

Telah dilakukan penelitian tentang “Tingkat Keanekaragaman Hama Serangga dan Musuh Alami (Predator) pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Desa Limpok  Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar”. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Januari s.d 19 Januari 2017. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat keanekaragaman hama serangga dan musuh alami (predator) yang terdapat di lahan cabai merah (Capsicum annuum L.) di Desa Limpok Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Objek dalam penelitian ini adalah semua hama dan musuh alami (predator) yang terdapat pada tanaman cabai merah (Capicum annuum L.) di Desa Limpok  Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, teknik analisis data menggunakan metode diagonal dimana data yang diperoleh pada setiap pengamatan dikumpulkan, dikelompokkan dan dihitung jumlahnya dengan menggunakan rumus (FM, FR%, KM, KM% dan H’). Hasil penelitian tentang Tingkat Keanekaragaman Hama Serangga dan Musuh Alami (Predator) pada Tanaman Cabai Merah (Capicum annuum L.) di Desa Limpok Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa (1) Nilai tertinggi diperoleh dari spesies Thrips sp dengan (Km) 0,79, (Kr) 31,47 %, (Km) 0,67 dan (Fr) 12,60 % dan pada musuh alami (predator) nilai tertinggi diperoleh dari spesies Kumbang koksi (Coccinella transversalis) dengan (Km) 0,25, (Kr) 84,45 %, (Fm) 1,00 dan (Fr) 46,30 %. Indeks keragaman (H’) hama serangga tergolong sedang dengan nilai berkisar antara 1,96 dan indeks keragaman musuh alami (H’) tergolong sedang dengan nilai berkisar antara 1,01. (2) Jenis-jenis hama serangga yang terdapat di lahan cabai terdiri dari spesies Thrips sp 119 ekor, kutu daun (Myzus persicae) 56 ekor, kutu daun (Aphis gossypii) 64 ekor, kutu kebul (Bemisia tabaci) 32 ekor, kepik hijau (Nezara viridula) 35 ekor, lalat buah (Droshopila melanogaster) 6 ekor, ulat grayak (Spodoptera litura) 64 ekor dan Ulat buah (Helicoverpa armigera) 5 ekor. (3) Jenis-jenis musuh alami (predator) yang terdapat di lahan cabai terdiri dari 4 ordo dan 44 jumlah total spesies yang terdiri dari Lalat tachinid (Billaea maritima) 3 ekor, Lalat prajurit (Argyra argyria) 2 ekor, Kumbang koksi (Coccinella transversalis) 37 ekor, spesies Belalang sembah (Hierodula parviceps) 2 ekor.  


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 22-26
Author(s):  
Hazen Arrazie Kurniawan ◽  
Fitria Fitria

Introduction: Bemisia tabaci is one of the important pests that cause direct damage by sucking plant fluids. The purpose of this study was to provide information on the life balance of the pest Bemisia tabaci in chili plant. Materials and Methods: This research was conducted at the Laboratory in the Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan from January to February 2020. The plants used in this test were three-month-old chili plant of Keriting Bogor The life balance test on plants was initiated by inserting 15 individuals of B. tabaci (5 males and 10 females) into a plastic tube. Results: The whitefly stuck in the hood from chili plant and has a long morphology of 0.2 to 0.3 mm. Eggs are inserted into plant tissue. Eggs under the leaves at the temperature of 26 to 32oC the incubation period lasts for 4 to 6 days, meanwhile at the temperature of 18 to 22oC increased to 10 until 16 days.


2021 ◽  
Vol 26 (01) ◽  
pp. 87-96
Author(s):  
Edgardo Jiménez Martínez ◽  
Carlos Alberto Cardoza Gonzalez ◽  
José María Roque García

En Nicaragua la producción de chiltoma (Capsicum annuum L.) está en manos de pequeños y medianos agricultores principalmente en el norte del país, para el ciclo 2017-2018 el Banco Central dio a conocer que en Nicaragua se establecieron 562 ha-1,con una producción de 18,182 toneladas y rendimientos de 32,3 t ha-1. En Tisma no se ha realizado anteriormente ningún estudio acerca de las condiciones socioeconómicas y fitosanitarias en las que se encuentran los sistemas de producción de chiltoma. Esta investigación tuvo por objetivo caracterizar sistemas de esta hortaliza desde el punto de vista socioeconómico, fitosanitario, mediante la aplicación de una encuesta a productores. En base a la información recopilada, se ha interpretado el registro de 20 sistemas de producción de este pimiento. Los resultados mostraron que la mayoría de productores de chiltoma corresponden al sexo masculino, con edades entre 30 y 74 años, la mayoría están en manos de sus propios dueños y otra parte son alquiladas. Los principales insectos y ácaros plagas presentes, son los ácaros, y la mosca blanca (Bemisia tabaci), la enfermedad que más se presenta es la virosis, seguida de la marchitez por Phytophthora, las malezas más reportadas son el coyolillo (Cyperus rotundus L.) y bledo (Amaranthus spinosus L.). Los insectos son manejados en su mayoría haciendo uso de insecticidas químicos sintéticos. El manejo de las enfermedades de suelo, follaje y fruto, en su totalidad se realiza mediante el uso de químicos sintéticos. Mayormente las malezas son manejadas mediante prácticas culturales como uso de machete y azadón.


2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Abdul Rahman Fajar Sidiq ◽  
Muhamad Syukur ◽  
Siti Marwiyah

<em>Konsumsi cabai rawit terus meningkat namun produktivitasnya masih rendah, sehingga diperlukan pemuliaan yang mengarah pada perbaikan daya hasil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik, korelasi antar karakter, heritabilitas arti luas, dan nilai kemajuan seleksi populasi F3 cabai rawit. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB, Dramaga, Bogor dan Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Percobaan menggunakan 5 genotipe tetua dan 6 genotipe F3 cabai rawit, dengan genotipe tetua yang diulang sebanyak 3 ulangan dan genotipe F3 tanpa ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman memiliki keragaman genetik luas pada semua genotipe. Semua karakter pengamatan berkorelasi positif terhadap daya hasil kecuali umur berbunga dan umur panen. Nilai heritabilitas arti luas dengan kriteria tinggi terdapat pada karakter bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan panjang buah. Hasil seleksi indeks yang dilakukan menunjukkan kemajuan seleksi yang besar pada karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman.</em>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document