scholarly journals A Comparison of Personality Characteristics and Psychiatric Symptomatology between Upper Airway Resistance Syndrome and Obstructive Sleep Apnea Syndrome

2015 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 183 ◽  
Author(s):  
Soo-Jung So ◽  
Heon-Jeong Lee ◽  
Seung-Gul Kang ◽  
Chul-Hyun Cho ◽  
Ho-Kyoung Yoon ◽  
...  
Sari Pediatri ◽  
2016 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 317
Author(s):  
Bambang Supriyatno

Mendengkur atau mengorok adalah suara nyaring yang keluar dari saluran respiratori atas sebagai hasil getaran palatum molle dan uvula. Mendengkur bukanlah suatu diagnosis, melainkan gejala yang harus dicari diagnosisnya. Mendengkur perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan masalah respiratori di kemudian hari, dan terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu occasional snoring dan habitual snoring. Spektrum mendengkur terdiri dari ringan hingga berat, yaitu primary snoring, upper airway resistance syndrome, obstructive hypoventilation, dan obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). Pemeriksaan baku emas untuk membedakan spektrum mendengkur tersebut adalah polisomnografi (PSG), namun pemeriksaan ini belum merata di seluruh daerah. Sebagai alternatif, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah poligrafi, pulse-oximetri, rekaman video, dan tape recorder. Faktor risiko utama OSAS pada anak adalah hipertrofi tonsil dan/atau adenoid, dengan demikian kecenderungan tata laksana saat ini adalah tonsiloadenoidektomi (TA). Sebelum tindakan TA, kortikosteroid intranasal, selama 4-8 minggu, dapat diberikan untuk menurunkan ukuran tonsil dan/atau adenoid. Indikasi TA adalah OSAS sedang dan berat pada anak, tonsilitis akut yang berulang, abses peritonsil, dan tersangka keganasan. Pada daerah dengan fasilitas terbatas, TA dapat dipertimbangkan pada habitual snoring yang tidak respons dengan pemberian kortikosteroid intranasal selama 8 minggu. Setelah dilakukan TA, pemantauan lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat proses catch up terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document