scholarly journals Hubungan Intravesical Prostatic Protrusion (IPP) terhadap Perubahan International Prostate Symptoms Score (IPSS) pada Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) yang Diterapi dengan A1-Blocker di Kota Padang

2021 ◽  
Vol 49 (1) ◽  
pp. 25-39
Author(s):  
Muhammad Ishak ◽  
Etriyel MYH ◽  
Peri Eriad Yunir

Latar Belakang dan Tujuan. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan pembesaran jinak kelenjar prostat akibat proliferasi sel epitel dan stroma sehingga menimbulkan gejala Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Salah satu penanganan BPH adalah terapi medikamentosa dengan alpha-1 blocker. Keberhasilan terapi medikamentosa dipengaruhi banyak faktor salah satunya adalah Intravesical Prostatic Protrusion (IPP). Metode. Penelitian prospektif komparatif yang bertujuan untuk mencari pengaruh IPP terhadap respon terapi alpha-1-blocker  pada pasien BPH. IPSS dipakai sebagai alat ukur tersebut. IPP diperiksa dengan menggunakan USG transabdominal. Penelitian dilakukan dari Juli 2020 sampai Desember 2020. Data dianalisis dengan uji perbandingan rata-rata one way anova dan uji korelasi Pearson. Hasil. Dari sampel 30 orang, pasien dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan derajat IPP yaitu, derajat I (<5mm), derajat II (5-10mm) dan derajat III (>10mm). Tidak terdapat perbedaan bermakna skor rata-rata IPSS awal pada masing – masing kelompok, yaitu 19.6, 18.90, dan 21,30  (p=0.216). Terdapat penurunan bermakna rata-rata IPSS setalah 1 bulan terapi dengan alpha-1 blocker. Terdapat korelasi yang bermakna nilai IPP terhadap penurunan IPSS akhir dengan arah korelasi negatif. Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara derajat IPP terhadap penurunan IPSS pada pasien BPH setelah mendapatkan terapi aplha-1 blocker, semakin tinggi derajat IPP maka semakin rendah perbaikan IPSS akhir.  

2018 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 6-12 ◽  
Author(s):  
Jason Gandhi ◽  
Steven J. Weissbart ◽  
Albert N. Kim ◽  
Gunjan Joshi ◽  
Steven A. Kaplan ◽  
...  

Background: Intravesical prostatic protrusion (IPP) is a manifestation of benign prostatic hyperplasia marked by overgrowth of the prostatic median lobe into the bladder, producing bladder outlet obstruction and related storage and voiding symptoms. Methods: A MEDLINE® database search of the current literature was guided using combination of “prostate” with the following terms: intravesical prostatic protrusion, bladder trabeculation, bladder outlet obstruction, lower urinary tract symptoms, alpha blockers, transrectal ultrasonography, and prostatectomy. Results: Although IPP can be identified via a variety of imaging modalities, it is easily detected via transrectal ultrasonography (TRUS). Failing to detect IPP promptly by TRUS may result in refractory symptoms of benign prostatic hyperplasia, as the condition may not respond to typical α1-adrenoceptor antagonist therapy. In addition, depending on grade, IPP can influence outcomes and complications of prostatectomies. Conclusion: Upon report of lower urinary tract symptoms, initial performance of TRUS along with digital rectal examination prevents delay in the appropriate evaluation and management of prostatic diseases.


Biomedika ◽  
2018 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
Author(s):  
Muhammad Eko Andaru ◽  
Wibisono Wibisono ◽  
Suharjo Wijanarko

Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan salah satu tumor jinak yang sering ditemukan pada pria usia lebih dari 50 tahun yang dapat menyebabkan lower urinary tract symptoms (LUTS). LUTS merupakan kumpulan gejala dari bladder outlet obstruction (BOO). Konfigurasi anatomi prostat berupa intravesical prostatic protrusion (IPP) telah terbukti memiliki korelasi yang baik untuk menyebabkan BOO. Peningkatan signifikan volume post-void residual urine (PVR) adalah manifestasi klinis yang sering terdapat pada pasien dengan BPH. Saat ini di RSDM, LUTS masih menjadi standar dalam menentukan tata laksana BPH. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hubungan IPP dan PVR dengan LUTS pada pasien klinis BPH tanpa retensi. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien klinis BPH tanpa retensi yang datang ke poliklinik selama periode penelitian, kemudian dilakukan pemeriksaan transabdominal ultrasonography (TAUS) untuk mengukur IPP dan volume PVR serta menilai skor IPSS untuk menilai derajat LUTS. Analisis data hubungan antara IPP dan PVR terhadap LUTS dilakukan dengan uji statistik parametrik regresi linier menggunakan software (α < 0,05). Penelitian dilakukan pada 13 pasien klinis BPH tanpa retensi, pada analisis bivariat dari hasil uji statistik antara IPP dengan LUTS didapatkan nilai r= 0,911 dan nilai p=0,000 (p<0,05), sedangkan PVR dengan LUTS didapatkan nilai r= 0,922 dan nilai p=0,000 (p<0,05), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara IPP dengan LUTS serta PVR dengan LUTS. Pada analisis multivariat, nilai koefisien regresi IPP, p=0,017 (p<0,05), sedangkan nilai koefisien regresi PVR, p=0,953 (p>0,05), Sehingga IPP lebih baik untuk memprediksi beratnya LUTS dibandingkan dengan PVR. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan IPP dan PVR dengan LUTS pada pasien klinis BPH tanpa retensi.Kata Kunci: benign prostatic hyperplasia, intravesical


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document