southwestern baptist theological seminary
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

7
(FIVE YEARS 2)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

2019 ◽  
Vol 116 (2) ◽  
pp. 175-182
Author(s):  
Kelly Pigott

For the first half of the twentieth century, two Baptist pastors “squared off” with one another from the First Baptist Church pulpits of two rival Texas towns. In Dallas, George W. Truett led what would arguably become the flagship church of Southern Baptists. Across the Trinity River in Fort Worth, J. Frank Norris, also known as the “Texas Tornado,” packed auditoriums preaching sensational sermons. Mentoring both men was B. H. Carroll, founder of Southwestern Baptist Theological Seminary. And like James Dean and Richard Davalos in the movie adaptation of John Steinbeck’s novel, East of Eden, the two men feuded with one another, in part over the right to be Carroll’s heir. This article summarizes the rivalry as it played out in the lifelong conflict between J. Frank Norris and George W. Truett, and demonstrates how both the unifying statesman and the sectarian fundamentalist sides of B. H. Carroll are apparent in the struggle.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 213-223
Author(s):  
Nindyo Sasongko

“Sayap Kiri Reformasi,” demikianlah Roland H. Bainton, sejarawan Amerika ternama, menamai gerakan yang memisahkan diri dari Reformasi “resmi” di Zürich, Swiss. Ternyata bukan hanya sebutan di atas yang diberikan, gerakan ini juga disebut sebagai “Reformasi Radikal” (istilah George H. Williams, Profesor Sejarah Gereja dari Universitas Harvard). Gerakan tersebut secara umum dikenal sebagai Anabaptisme. Sejak kelahirannya di kota Zürich, gerakan ini dianggap sebagai bidat, sempalan dari gerakan Reformasi yang benar. Karena itu, tidaklah mengherankan bila gerakan ini sangat dibenci baik oleh gereja Katolik Roma maupun para Reformator. Kebencian itu terwujud dalam bentuk penganiayaan selama sekitar 200 tahun. Inti masalah yang dilupakan ialah latar belakang yang membidani lahirnya gerakan ini. Sitz im Leben yang disajikan dalam literatur-literatur sejarah gereja yang dipakai di sekolah-sekolah tinggi teologi di luar negeri maupun di Indonesia sering kali berat sebelah. Sebagaimana diungkapkan oleh almarhum William R. Estep, Jr., Profesor Sejarah Gereja dari Southwestern Baptist Theological Seminary, “Perhaps there is no group within Christian History that has been judged unfairly as the Anabaptists of the sixteenth century.” Bahkan hingga kini, Anabaptisme masih dipandang sebagai sempalan terhadap ortodoksi, ajaran yang alkitabiah. Kurangnya literatur yang membahas awal mula berdirinya gerakan ini mendorong penulis untuk membuka kembali catatan-catatan sejarah. Membuka kembali catatan sejarah bisa jadi menguak kesalahan pihak lain. Tetapi di sini penulis sama sekali tidak bermaksud memojokkan pihak mana pun. Sumber-sumber utama yang penulis pakai berasal dari para pakar sejarah gereja non-Anabaptis yang telah melakukan riset terhadap gerakan ini secara intensif. Mengingat luasnya permasalahan, maka penulis hanya memfokuskan pemaparan pada peristiwa sekitar Reformasi yang dipelopori oleh Zwingli di Swiss tahun 1519 hingga Januari 1525 dan problem yang terjadi sehingga kaum “radikal” ini memilih untuk memisahkan diri dari garis utama Reformasi. Pertama-tama, label yang dikenakan kepada gerakan ini perlu mendapat penjernihan. Kemudian, penulis akan memaparkan peristiwa Reformasi Zwingli yang dilanjutkan dengan kelahiran “si anak tiri.”


1989 ◽  
Vol 6 (1-2) ◽  
pp. 103-122
Author(s):  
Ben E. Dickerson ◽  
Dennis R. Myers ◽  
Lucian E. Coleman ◽  
Derrel R. Watkins

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document