Candra Sangkala
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

25
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pendidikan Ganesha

2745-7990, 0854-5790

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
I Ngurah Suryawan
Keyword(s):  

Artikel ini mengkaji tentang usaha untuk mengontekstualisasikan teori-teori pasca kolonial ke dalam fenomena Bali kontemporer. Meskipun Bali tidak lagi berada di dalam era penjajahan, namun warisan kebudayaan mental masih dapat disaksikan di dalam praktik kebudayaan, yang kemudian dikomodifikasi untuk kepentingan industri pariwisata. Pada titik ini, kajian pasca kolonial yang dirintis oleh Gayatri Spivak, Edward Said hingga Homi Babha bisa dipakai sebagai pisau bedah untuk melihat sejauh mana jejak superioritas penjajah terhadap inferioritas terjajah pada konteks Bali kontemporer. Di dalam struktur masyarakat Bali kontemporer yang terbentuk aibat persinggungan dengan globalisasi yakni kelas menegah, turut  mengadopsi perspektif eksotis kolonialistik untuk meromantisir kebudayaan Bali demi kepentingan ekonomi-politik neo-liberal yang difasilitasi oleh pariwisata budaya.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Putu Adi Sanjaya

Pembelajaran sejarah selama ini belum melatih kemampuan berpikir kritis-analitis, kemadirian dan kemampuan menyelesaikan permasalahan kontekstual yang ada di sekitar siswa. Cukup banyak kelemahan dan kekurangan pelajaran dan pembelajaran sejarah yang dilakukan dan disajikan selama ini. Diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis-analitis dalam penyelesaian masalah yang bersifat kontekstual. Pembelajaran sejarah yang biasanya dilakukan secara progresif kini dapat dilakukan dengan pendekatan regresif. Pendekatan regresif yang diterapkan dengan model Problem Based Learning secara ideal dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan kontekstualitas peristiwa. Perancangan desain pembelajaran sejarah dengan pendekatan regresif dengan model PBL diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran, penyusunan materi ajar, dilanjutkan dengan perancangan kegiatan pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan diakhiri dengan penilaian otentik. Pada dasarnya guru dituntut harus lebih kreatif dan adaptif dalam menyajikan pembelajaran agar pembelajaran sejarah.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
I Gede Indra Pratama ◽  
I Gusti Ayu Cahyaningsih

Abad 21 ditandai dengan keterbukaan teknologi komunikasi dan informasi. Setiap lapisan tidak terkecuali guru, harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, guna menunjang pembelajaran yang efektif dan efesian namun tetap bermakna. Dalam situasi luring, pembelajaran bermakna dapat dilakukan secara maksimal. Namun pada situasi pandemi Covid 19 yang mengharuskan pembelajaran menggunakan sistem jarak jauh diperlukan sistem pengajaran yang menarik dan bermakna khusunya mata pelajaran sejarah. Agar pembelajaran menarik dan bermakna berjalan maksimal di masa pembelajaran jarak jauh, dibutuhkan sosok guru memesona yang memiliki kompetensi abad 21 yang dapat merangkul generasi Z. Kehadiran guru memesona abad 21 setidaknya dapat mengimbangi peserta didik yang “gandrung” serta menjadikan dunia maya sebagai pengganti kelas nyata mereka.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Ketut Sedana Arta
Keyword(s):  

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pendidikan sejarah mengalami perkembangan dewasa ini yang dapat dilihat dari aspek konten maupun pedagogiknya, salah satunya dapat ditelaah dalam pembelajaran sejarah. Pendekatan cross-indigeneus mempunya focus kajian masyarakat mendasatkan pada lingkungan native culture, yang pada tulisan ini berusaha mengaplikasikan cross-indigeneus sebagai pendekatan pembelajaran sejarah dalam penanaman pemahaman budaya. bagaimana memahami kurikulum sejarah dalam Pendidikan multicultural sehingga siswa memiliki pemahaman universalitas lintas budaya. Metode yang digunakan adalah kajian Pustaka yang menggunakan beberapa referensi tentang pembelajaran sejarah berbasis cross-indigeneus. Hasil kajian mengungkapkan bahwa Pendidikan sejarah bisa ikut berperan dalam rangka mendukung tujuan yang ingin dicapai dalam Pendidikan multicultural tersebut, mengingat relevansi pendidikan sejarah dengan berbagai apek kehidupan berbangsapengembangan komponen-komponen kurikulum sejarah itu sendiri.Pembelajaran sejarah dengan pendekatan cross-indigeneus bisa memberikan wawasan baru. Ilustrasi sederhana dari konsep ini, misalnya suatu tema sejarah lokal bisa dikaji dengan bantuan ilmu-ilmu sosial misalnya dikaji dari aspek ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, psikologi.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
I Wayan Suarsana Dharmana

Kekawin Sutasoma menceritakan perjalanan Sang Sutasoma yang digubah oleh Rakawi Mpu Tantular pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Artikel ini mengkaji tentang struktur teks kekawin Sutasoma, sinopsis kekawin Sutasoma, amalgamasi dan restrukturisai Hindu (Siwa) Buddha pada kekawin Sutasoma.  Nilai terpenting yang terdapat dalam Sutasoma adalah ajaran untuk mencari intisari dari sebuah ajaran agama, dan menganggap agama Siwa dan Buddha yang kurun waktu itu berkembang di Majapahit memiliki intisari yang sama, sehingga dapat dijadikan acuan dalam memandang sebuah perbedaan agama hanya pada kulitnya saja, sedangkan intinya sama (persamaan dalam perbedaan). Sehingga pada masa Majapahit toleransi antarumat beragama terjaga dengan baik dan berpuncak pada masa keemasan Majapahit. Sutasoma melahirkan sesanti Bhinneka Tunggal Ika, sebuah mahakarya filosofi adiluhung dari Jawa Kuno yang masih sangat relevan dijadikan acuan dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Ni Luh Warini

Pendidikan itu penting bagi pengembangan kehidupan bangsa. Pendidikan sangat menentukan arah pembangunan bangsa. Salah satu agen penting dalam pendidikan yaitu guru. Seorang guru yang baik mestinya memiliki empat kompetensi guru yaitu kemampuan pedagogik, profesional, sosial dan individu. Kemampuan pedagogik dan profesional bisa di lihat dari pengusahaan materi, kemampuan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang ada di sekitarnya serta memiliki kemampuan dalam memilih dan melaksanakan berbagai metode pembelajaran dikelas secara maksimal. Penguasaan ketiga komponen tersebut memaksimalkan proses belajar mengajar di kelas yang ujungnya tentunya meningkatkan kualitas peserta didik. Hasil yang meningkat bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas lulusan yang dihasilkan. Keywords:Materi,MediaSumber Belajar,Metode Pengajaran


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Thobi’atul Husna
Keyword(s):  

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)Sejarah berdirinya Klenteng Kwang Sing BioTuban (2) stuktur dan fungsi dari bangunan Klenteng Kwang Sing Bio,(3)aspek-aspek yang dapat digunakan dari bangunan Klenteng Kwang Sing Bio sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tahap-tahap: (1)lokasi penelitian di Klenteng Kwang Sing Bio di kelurahan karangsari, kecamatan Tuban, kabupaten Tuban,Jawa Timur (2)Metode penentuan informan menggunakan Purposive Sampling, dikembangkan dengan Snow Ball (3)Metode pengumpulan datamelalui observasi, wawancara, dan studi pustaka (4)validasi data menggunkan trianggulasi data dan trianggulasi metode),(5)analisis data menggunakan analisis interaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,(1)sejarah pendirian Klenteng kwang sing bio ini dimulai dari periode awal pada tahun 1742-1970 dan mengalami pengembangan bangunan dari periode tahun 1970 hingga-sekarang(2)Struktur klenteng Kwang Sing Bioterdiri dari beberapa bagian, yaitu bangunan utama, bangunan tengah, bangunan barat, dan bangunan belakang,klenteng Kwang Sing Bio memiiliki 5 fungsi yaitu fungsi religi, sosia, ekonomi, destinasi wisata dan pendidikan(3)Klenteng Kwang Sing Bio berpotensi sebagai sumber belajar sejarah di SMA di kelas X dan XI berdasarkan kurikulum 2013, adapun aspek-aspek yang dapat digunakan yaitu: aspek sejarah, aspek bangunan, dan aspek kerukunan antar umat beragama. Kata Kunci: klenteng, struktur, fungsi, sumber belajar 


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Dita Hendriani

Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi para orangtua untuk menidurkan anak-anaknya. Sebagian besar orang tua dan guru jarang mendongeng kepada anak karena kurangnya buku cerita yang sesuai perkembangan anak dan terbatasnya media pendukungnya. Pendampingan kepada orang tua dan guru dalam meningkatkan budaya membaca permulaan pada anak usia dini dilaksanakan KB Al Naba, Arjowinangun, Kota Malang pada tanggal 22 September 2019 dengan jumlah peserta 40 orang tua dan guru. Hasil monitoring adalah anak menjadi lebih tertarik untuk mendengarkan dongeng, lebih tertib dan tenang dalam proses belajar mengajar di KB Al Naba. Beberapa anak tertarik pada buku cerita dan bisa menceritakan cerita bergambar sendiri. Harapannya kegiatan pendampingan ini bisa dilaksanakan dalam skala yang lebih luas dengan materi yang lebih berkembang misalnya tentang cara membuat suara yang berbeda, ekspresi dalam mendongen serta Dongeng Sejarah dan Kisah Kepahlawanan Kata Kunci : dongeng, boneka tangan, buku cerita, sejarah, kisah pahlawan


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Heri Purwanto

Berbagai warisan budaya yang tersebar di wilayah Lereng Barat Gunung Lawu, merupakan hasil budaya masa lalu yang penuh dengan keunikan. Rangkaian artefak dan fitur mampu memberikan kesan yang menakjubkan. Salah satu yang dapat diamati ialah situs Candi Cetho. Tulisan ini akan mengungkap keistimewaan tinggalan arkeologi yang berada di Candi tersebut. Melalui keunikan-keunikan yang ditemukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan data meliputi observasi dan kajian pustaka. Analisis yang digunakan ialah kualitatif yakni menguraikan data yang telah terkumpul dalam bentuk kalimat. Berdasarkan hasil analisis yang digunakan Candi Cetho mempunyai beberapa keistimewaan yaitu merupakan bangunan berteras dengan 14 undakan, terdapat relief yang menggambarkan tokoh yang berbalik, fitur di teras VII merupakan hasil dari perpaduan beberapa konsep Hindu, dan nampaknya keberlanjutan fungsi situs candi ini masih dapat dijumpai hingga kini. Lebih-lebih mengalami pengembangan.Kata Kunci: Candi Cetho, istimewa, unik


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Komang Gede Arya Bawa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah berdirinya Pura Siwa Sila Gatra di Desa Padang Bulia, Sukasada, Buleleng, Bali, (2) struktur dan fungsi Pura Siwa Sila Gatra, dan (3)potensi yang terdapat di Pura Siwa Sila Gatra di Padang Bulia yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah di SMA. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitin sejarah meliputi:(1) Pengumpulan data (heuristic) dengan Observasi, Wawancara, dan Studi dokumen. (2) Kritik Sumber. (3) Interpretasi dan (4) Historiografi. Hasil penelitian menujukkan bahwa: sejarah Pura Siwa Sila Gatra memiliki kaitan erat dengan ditaklukannya Tamblingan oleh Majapahit yang membuat masyarakat Tamblingan bermigrasi ke berbagai daerah. Struktur Pura Siwa Sila Gatra menggunakan konsep dwi mandala yaitu jeroan dan jaba sisi. Fungsi Pura Dalem Jawa yaitu (1) fungsi religius, (2) fungsi sosial, (3) fungsi ekonomi (4) fungsi hiburan, dan (5) fungsi pendidikan. Adapun potensi Pura Siwa Sila Gatra ialah aspek historis, aspek peninggalan meliputi pelinggih lontar, meru tumpang pitu, dan pendidikan karakter.Kata Kunci: Sejarah, Pura Siwa Sila Gatra, Sumber Belajar Sejarah


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document