Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

59
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP) Universitas Bengkulu

2654-7732, 2302-6715

Author(s):  
Iskandar Iskandar ◽  
Satria Putra Utama ◽  
Muhammad Faiz Barchia

Tuntutan global saat ini yang senantiasa meneriakkan kelestarian atau produksi yang berkelanjutan sudah tidak dapat dihindari lagi, termasuk juga didalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya kemitraan pola inti-plasma, yang harus segera dicari solusi atau pendekatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti-plasma di PT. Bio Nusantara Teknologi yang berkelanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial- budaya, teknologi-infrastruktur, dan hukum-kelembagaan, serta mengidentifikasi atribut yang sensitif terhadap keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti inti-plasma di PT. Bio Nusantara Teknologi. Analisis keberlanjutan dilakukan dengan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan teknik kelapa sawit Rap-Insus (Rapid Appraisal Index Sustainability of palm oil management). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan pengelolaan perkebunan kelapa sawit pola inti-plasma di PT. Bio Nusantara Teknologi Kabupaten Bengkulu Tengah yang berdasarkan atas 5 dimensi dinyatakan  cukup berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan multidimensi sebesar 53,18, dimana dimensi yang cukup berkelanjutan ada 3 dimensi yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya, sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu teknologi-infrastruktur dan hukum-kelembagaan berada pada status kurang berkelanjutan. Kata Kunci: Perkebunan Kelapa Sawit, Pengelolaan Inti-Plasma, Multidimensi,AnalisisKeberlanjutan


Author(s):  
Rossy Dwinda ◽  
Puji Harsono ◽  
Enggar Apriyanto

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil tiga varietas sorgum pada lahan pesisir dan tiga kombinasi pupuk kandang + mikoriza, serta mengetahui pengaruh interaksi varietas dengan kombinasi pupuk kandang + mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2017 di Desa Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu varietas dan kombinasi pupuk kandang + mikoriza. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lahan pesisir varietas numbu memiliki pertumbuhan dan hasil lebih tinggi dari varietas Kawali dan B100. Kombinasi pupuk kandang 10 ton/ha + mikoriza 10 gr/tanaman menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dari kombinasi pupuk kandang 5 ton/ha + mikoriza 5 gr/tanaman dan kombinasi tanpa pupuk kandang dan mikoriza. Interaksi antara varietas sorgum dengan kombinasi pupuk kandang dan mikoriza menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter batang, berat kering pertanaman dan kadar gula sorgum.Kata Kunci : Lahan Pesisir, Varietas Sorgum, Pupuk Kandang, Mikoriza


Author(s):  
Anang Anwar ◽  
Sigit Sudjatmiko ◽  
Muhammad Faiz Barchia

Perubahan pola hujan, pergeseran musim, kenaikan suhu merupakan dampak dari perubahan iklim. Perubahan pola hujan ini akan mempengaruhi system klasifikasi Schmidth-Ferguson dan Oldeman. Jumlah Bulan basah, bulan lembab dan bulan kering menjadi penentu dalam penentuan system klasifikasi Schmidth-Ferguson dan Oldeman. Provinsi Bengkulu mempuanyai pola hujan equatorial dengan dua puncak hujan di bulan November dan Januari dan hujan paling sedikit pada bulan Juni. Tipe iklim oldeman yang di miliki adalah tipe iklim A1, B1, C1 dan Tipe iklim Schmidth Ferguson A, B, C dan D (Sangat Basah, Basah, Agak Basah dan Sedang). Pergeseran tipe iklim Oldeman yang terjadi adalah pergeseran luasan, Tipe iklim A1 yang dominan bergeser luasan nya terdistribusi ke tipe iklim B1 dan C1 untuk daerah yang bergeser adalah hampir semua wilayah Bengkulu kecuali kab. Seluma. Tipe iklim Schmidth Ferguson bergeser dari A yang dominan bergeser ke tipe iklim A, B, C dan D, daerah yang mengalami pergeseran adalah wilayah Bengkulu bagian selatan. Proyeksi untuk tipe iklim Schmidth-Ferguson dan Oldeman tipe iklim yang mengalami perubahan adalah tipe iklim oldeman Kata kunci: iklim oldeman, iklim Schmidth-Fergusson,Curah Hujan, Proyeksi


Author(s):  
Lesta Trimiska ◽  
Wiryono Wiryono ◽  
Hery Suhartoyo
Keyword(s):  

Penambangan emas primer telah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda dan masih berlangsung hingga sekarang.Kurangnya kesadaran keluarga penambang emas tradisional tentang arti pentingnya pelestarian lingkungan, menyebabkan mereka kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Limbah proses pengolahan ditampung dalam bak penampung yang tidak permanen, sehingga limbah cair dialirkan langsung ke selokan, parit, kolam atau sungai yang akhirnya digunakan sebagai air irigasi lahan pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kegiatan PETI dan dampak PETI terhadap sosial ekonomi dan kesehatan di Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dengan pertimbangan banyak masyarakat yang menambang emas illegal sehingga memungkinkan peneliti mencari informasi dan data peneliti perlukan.Metode dan instrument penelitian yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.Pada penelitian ini dapat disimpulkan  bahwa Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu dilakukan secara turun temurun, jumlah bongkahan batu yang digunakan sebanyak 1-2 karung/hari yang menghasilkan emas sebanyak 1-1,5 gram setiap 1 gelundung. Kegiatan penggelundungan dimulai dari jam 07.00 pagi hingga jam 16.00 selama 9 jam. Karakteristik PETI di Kecamatan Lebong Utara rata-rata berumur  antara 26 – 30 Tahundengan tingkat pendidikan tamatan SMA yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3-5 orang yang didominasi dengan suku jawa sebesar 43,33%.Pekerjaan sebagai penambang emas merupakan pekerjaan pokok (96,66%). Masyarakat merasakan bahwa akibat penambangan menyebabkan hampir 57% mengalami gangguan kesehatan seperti batuk, gangguan paru-paru, TBC.Selanjutnya gangguan ISPA lebih banyak dibandingkan penyakit kulit.Kata kunci: PETI, Evaluasi


Author(s):  
Sri Mulyanti ◽  
Puji Harsono ◽  
Hery Suhartoyo

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan sorgum pada lahan pesisir, membandingkan kombinasi pupuk kandang dan arang bio dalam budidaya Sorgum dan mengetahui pengaruh interaksi antara kombinasi pupuk kandang dan arang bio pada 3 (tiga) varietas sorgum yaitu Kawali, Keller dan Pahat.Berbagai langkah rekayasa agronomis perlu diambil dalam rangka optimalisasi lahan suboptimal diantaranya adalah dengan pemanfaatan pupuk organik dan arang bio dalam sistem budidaya sorgum.Upaya optimalisasi lahan pesisir dengan pupuk kandang dan arang bio pada sorgum bertujuan untuk mengkaji pemberian formulasi antara pupuk kandang dengan biocharcoal terhadap karakter lingkungan tanah dengan indikator tanaman sorgum. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah 3 varietas sorgum; Kawali (V1), Keller (V2) dan Pahat(V3). Faktor kedua berupa aplikasi pupuk kandang sapi 10ton/ha + arang bio1 ton/ha (B2), pupuk kandang sapi 5 ton/ha + arang bio 0,5 ton/ha (B1) dan tanpa pupuk kandang + arang bio sebagai pembanding (B0). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Keller menghasilkan BKT dan Berat 1000 biji yang berbeda nyata dengan varietas Kawali dan Pahat. Pemberian campuran pupuk kandang dan arang bio mampu meningkatkan kualitas tanah terbukti dengan meningkatnya tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman,  bobot kering tanaman,jumlah ruas.Kata kunci; arang bio, optimalisasi lahan, sorgum


Author(s):  
Eti Susiana ◽  
Agus Susatya ◽  
Hery Suhartoyo

Pemerintah kota Lubuklinggau mengembangkan pariwisata alam di zona pemanfaatan IPPA (Izin Pemanfaatan Pariwisata Alam) Bukit Sulap TNKS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai indeks penting jenis penyusun vegetasi dan besaran cadangan karbon pada tingkat tiang dan pohon di kawasan pariwisata alam Bukit Sulap zona pemanfaatan TNKS kota Lubuklinggau pada ketinggian 150 - 300 m dpl dan 300 – 450 m dpl serta mengetahui besaran cadangan karbon yang akan hilang apabila area yang diizinkan untuk pembangunan sarana prasarana dibangun semuanya sebanyak 4,23 Ha. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2017. Pengukuran biomasa pohon dilakukan dengan metode tanpa penebangan. Hasil penelitian di kawasan IPPA Bukit Sulap pada ketinggian 150 - 300 m dpl ditemukan 20 jenis spesies dengan spesies asli  sebanyak 8 spesies, sedangkan pada kawasan dengan ketinggian 300-450 m dpl ditemukan 17 jenis spesies dengan spesies asli sebanyak 8 spesies. INP tertinggi tingkat pohon pada kawasan dengan ketinggian 150-300 m dpl didapat pada bendo (Artocarpus elasticus) sebesar 50,17% sementara pada tingkat tiangnya terdapat pada glodokan tiang (Polyalthia longifolia) sebesar 47,97%.  INP tertinggi tingkat pohon pada kawasan dengan ketinggian 300-450 m dpl didapat pada waru (Hibiscus macrophyllus) sebesar 101,49% sementara pada tingkat tiangnya pada ki bugang (Arthrophyllum diversifolium) sebesar 78,77%. Total cadangan karbon  pada vegetasi tingkat pohon dan tiang di ketinggian 150-300 m dpl  sebesar 105,824 Ton/Ha. Total cadangan karbon  pada vegetasi tingkat pohon dan tiang di ketinggian 300-450 m dpl  sebesar 70,037 Ton/Ha. Cadangan karbon total kedua kawasan penelitian adalah 87,930 Ton/Ha, sehingga dugaan cadangan karbon yang akan hilang adalah pada luasan area 4,23 Ha adalah 371,941 Ton karbon.Kata kunci : IPPA Bukit Sulap, Komposisi Vegetasi, Biomassa, Cadangan Karbon


Author(s):  
Fretty Anggreani ◽  
Agus Susatya ◽  
Syafrin Tiaif

Dampak perubahan iklim mempengaruhi sumber penghasilan penduduk desa-desa sekitar TNKS. Penurunan produktivitas pertanian menyebabkan penduduk melakukan upaya ektensifikasi, sehingga lahan hutan menjadi alternatif perubahan lahan untuk perladangan dan pertambangan. Penelitian ini bertujuan :1) mengetahui tingkat kerentanan desa-desa sekitar TNKS terhadap perubahan iklim, 2) mengetahui pemetaan tingkat kerentanan tersebut dan 3) mengetahui upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa desa yang termasuk kategori sangat rentan terhadap perubahan iklim adalah Desa Ketenong I dan Desa Ketenong II (28,60%), Desa yang rentan adalah Desa Ketenong Jaya (14,20%), Desa yang agak rentan adalah Desa Air Kopras dan Desa Sebelet Ulu (28,60%) serta Desa yang tidak rentan yaitu Desa Bioa Putiak dan Desa Tambang Saweak (28,60%). Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dilakukan dengan memperbaiki saluran irigasi dari sederhana dan tadah hujan menjadi irigasi teknis dan semi teknis serta pembangunan embung-embung, mengurangi kepadatan penduduk, memperluas diversifikai sumber penghasilan (non pertanian), memperbaiki infrastruktur (fasilitas kesehatan, jalan, sarana pemasaran, sarana dan prasarana pertanian) serta penguatan kelembagaan petani.Kata kunci : Kemampuan Adapasi, Perubahan iklim, Potensial Dampak, Taman Nasional Kerinci Sebelat


Author(s):  
Siska Apriyani ◽  
Budyanto Budyanto ◽  
Hendri Bustamam
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh penggunaan berbagai variasi dosis bekatul dan umur TKKS terhadap produksi dan karakteristik fisik jamur tiram putih yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor beda yaitu umur  tandan kosong kelapa sawit (5 minggu, 6 minggu, dan 7 minggu) dan dosis bekatul (4,5% dan 9%). Pengamatan  dilakukan 2 kali masa panen. Penggunaan umur TKKS 6 minggu dan 7 minggu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bobot jamur, diameter tudung, diameter tangkai, dan panjang tangkai yang dihasilkan. Semakin banyak dosis bekatul (9%) yang digunakan  dihasilkan diameter tangkai yang lebih besar. Interaksi antara penggunaan TKKS umur dan dosis bekatul memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap berat basah jamur dan diameter tangkai yang dihasilkan. Penggunaan TKKS umur 7 minggu bersamaan dengan dosis bekatul 9%  mengakibatkan produksi jamur tiram menjadi menjadi lebih rendah. Kata Kunci : TKKS, Bekatul, Media tanam, jamur tiram


Author(s):  
Yoki Panoga ◽  
Dadang Suherman ◽  
Bieng Brata

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya dukung lahan dan daya dukung iklim terhadap perkembangan ternak sapi potong di Pulau Enggano. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2017 di Pulau Enggano yang memiliki ketinggian tempat ± 5m dpl. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder meliputi iklim yang diperoleh dari BMKG Pulau Baii. Data iklim yang digunakan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2016. Variabel iklim yang dianalisis dalam penelitian ini adalah suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, curah hujan, dan kecepatan angin. Variabel daya dukung lahan yang dianalisis adalah luas lahan sawah, sayuran, perkebunan, dan permukiman. Serta data perkembangan populasi sapi potong dari Dinas Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara.Datayang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif serta menggunakan analisis statistik regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung lahan yang meliputi lahan sawah, sayuran, perkebunan, dan permukiman tidak berpengaruh terhadap populasi sapi potong. Faktor-faktor utama yang menopang populasi sapi potong di Pulau Enggano adalah kelembaban udara dan lama penyinaran matahari. Suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin tidak berpengaruh terhadap populasi sapi potong.Kata Kunci : Tata Luas Lahan, Iklim, Sapi Potong, Pulau Enggano


Author(s):  
Oktamalia Oktamalia ◽  
Enggar Apriyanto ◽  
Dede Hartono

Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi sebagai penyangga kehidupan masyarakat terutama bagi nelayan sekala kecil. Ekosistem mangrove mempunyai peran penting sebagai habitat utama bagi kepiting bakau(Scylla Spp). Penelitian tentang potensi kepiting bakau (Scylla spp) pada ekosistem mangrove guna mengetahui kondisi populasi kepiting bakau di alam sehingga dapat menjadi acuan dalam mengatur penangkapan dan sebagai landasan kebijakan pengelolaan penangkapan kepiting bakau untuk menjamin usaha penangkapan kepiting bakau secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Penelitian ini berdasarkan 3 jenis kerapatan mangrove, setiap stasiun dibagi menjadi 3 transek garis dengan masing-masing 4 plot (ukuran 10x10 m) tiap transek garis. Tiap plot di pasang bubu sebanyak 2 buah pada setiap minggu selama 4 bulan (Juli-Oktober). Hasil pada ekosistem mangrove di Kota Bengkulu memiliki potensi kepiting bakau sebanyak 1.183 ekor. Secara keseluruhan habitat kepiting bakau pada perairan kota bengkulu sangat mendukung dalam menunjang kehidupan kepiting bakau dengan keberadaan kerapata mangrove jarang, sedang dan rapat yang memiliki 7 jenis mangrove yaitu yaitu R.apiculata,S.alba, B.gymnoriza, A.lanata, X.Granatum, K.candel dan L. littoreae. Memiliki kisaran parameter fisika kualitas air suhu -29,250C, salinitas 11-26,250/00, pH 6,95-7,55 pasang tertinggi 80-106,25 cm dan kandungan C-Organik 4,18-5,83%. Hubungan total tangkapan kepiting dengan kerapatan mangrove dan Hubungan total tangkapan kepiting dengan kandungan C-organik pada sedimen masing-masing kedua variabel memiliki pengaruh hubungan yang kuat dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 80% dan 90%.nilai koefieien korelasi (r) di peroleh 0,89 dan 0,95. Kata Kunci: Potensi Kepiting Bakau, Ekosistem Mangrove


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document