Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

201
(FIVE YEARS 0)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Agency For Marine And Fisheries Research And Development

2541-2442, 1412-9574

2018 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Puspa Erny

2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Edy Farid Wadjdy ◽  
Setiadi Setiadi
Keyword(s):  

Bahan herbal merupakan bahan alami yang mengandung senyawa kimia yang mempunyai berbagai kegunaan dan bersifat aman, serta ramah lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit ikan budidaya air tawar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui teknik penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari bahan herbal dengan cara mikrodilusi. Metode ekstraksi yang digunakan dengan cara metode maserasi bahan herbal dengan pelarut berupa aquadest steril dan menggunakan bakteri uji Aeromonas hydrophila yang ditumbuhkan dalam media muller hinton broth, dan kemudian ditempatkan pada mikrowell 96 dengan perbandingan bakteri 20 µL : ekstrak herbal 20 µL : 160 µL media muller hinton broth dengan dosis bertingkat 1 µL/mL, 2 µL/mL, 3 µL/mL, 4 µL/mL, dan 5 µL/mL. Hasil yang diperoleh, bahwa nilai KHM yang paling tinggi terdapat pada ekstrak kunyit dengan dosis 2 µL/mL dan nilai hambatnya sebesar 1,0011.


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Deni Irawan ◽  
Sirodiana Sirodiana

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu ikan budidaya air tawar yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Produksi benih ikan gurami sangat bergantung pada pemijahan alami secara massal, menghasilkan produksi benih yang masih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji coba pemijahan ikan gurami dengan perbandingan jumlah antara induk jantan dan betina yang berbeda, yaitu 1:1, 1:2, dan 1:3 untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keberhasilan pemijahan dan produktivitas jumlah sarang, telur, dan larva yang dihasilkan. Hasil pengamatan pemijahan selama empat bulan menunjukkan bahwa pemijahan dengan perbandingan antara jantan dan betina 1:1 menghasilkan produktivitas yang tertinggi, dengan setiap induk betina rata-rata dapat memijah setiap 40 hari sekali, menghasilkan jumlah telur yang paling banyak (rata-rata sebanyak 4.033,2 butir) dan jumlah larva yang paling banyak (rata-rata sebanyak 3.185,4 ekor). Perbandingan antara jumlah jantan dan betina yang berbeda tidak memberikan perbedaan terhadap hasil derajat pembuahan, derajat penetasan, abnormalitas larva, dan jumlah larva yang mati.


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Indrayana Mustika ◽  
Rani Rahmayani

Yumina-bumina adalah teknik budidaya yang memadukan antara sayuran (yu) dengan ikan (mina), dan buah-buahan (bu) dengan ikan (mina). Parameter kualitas air yang penting sistem yumina-bumina antara lain adalah BOT (bahan organik total) dan TAN (total amoniak nitrogen). Jika nilai parameter-parameter tersebut melampaui batas, dapat membahayakan kehidupan ikan yang dipelihara. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau kualitas air pada parameter BOT dan TAN dalam kegiatan optimalisasi sistem yumina-bumina dengan unit proses pengendapan dan biofiltrasi yang berbeda yang dilakukan melalui sampling setiap dua minggu sekali selama delapan minggu. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa nilai kadar BOT pada unit yumina-bumina yang memiliki satu buah bak pengendapan (unit A), satu buah bak pengendapan dan satu buah bak biofilter (unit B), serta dua buah bak pengendapan dan satu buah bak biofilter (unit C) mengalami kenaikan yang pada sampling keempat, sedangkan kadar TAN cenderung mengalami penurunan. Nilai kadar BOT dan TAN pada unit A cenderung lebih besar daripada unit B dan C, sedangkan unit C memiliki kadar BOT dan TAN yang terendah. Dengan demikian, kualitas air parameter BOT dan TAN pada unit yumina-bumina yang memiliki dua buah bak pengendapan dan satu buah bak biofilter lebih baik daripada unit yumina-bumina yang memiliki satu buah bak pengendapan dan satu buah bak biofilter maupun unit yumina-bumina yang hanya memiliki satu buah bak pengendapan.


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Pudji Suwargono ◽  
Nur Fansuri

Kepastian identitas setiap benih yang diuji dalam pemuliaan melalui program seleksi harus diketahui, sehingga diperlukan penandaan individual, terutama menggunakan PIT (Passive Integrated Transponder) tag. Hingga saat ini, penandaan PIT tag pada benih ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) baru berhasil dilakukan pada benih berukuran 8-10 g melalui pemasangan ke dalam daging bagian punggung (intramuscular), sedangkan pemasangan ke dalam rongga perut (intraperitoneal) belum dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji coba pemasangan PIT tag secara intramuscular dan intraperitoneal pada benih ikan lele Afrika yang berukuran lebih kecil. Uji coba pemasangan PIT tag secara intramuscular dan intraperitoneal ini dilakukan pada masing-masing sebanyak 30 ekor benih ikan lele Afrika strain Mutiara yang berukuran panjang total 5-7 cm (bobot 2-3 gram) dan 7-9 cm (bobot 4-5 gram) untuk mengetahui efektivitasnya. Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa pemasangan PIT tag secara intraperitoneal memberikan hasil yang lebih baik (tidak menyebabkan mortalitas maupun terlepasnya PIT tag pada benih berukuran panjang total 7-9 cm dan menyebabkan mortalitas sebesar 5,00% dan tidak adanya PIT tag yang terlepas pada benih berukuran panjang total 5-7 cm) daripada melalui injeksi secara intramuscular (menyebabkan mortalitas sebesar 13,33% dan sebanyak 43,33% PIT tag yang terlepas pada benih berukuran panjang total 7-9 cm serta menyebabkan mortalitas sebesar 46,67% dan sebanyak 60,00% PIT tag yang terlepas pada benih berukuran panjang total 5-7 cm). Dengan demikian, pemasangan PIT tag secara intraperitoneal dapat dilakukan dengan efektif pada benih ikan lele Afrika yang berukuran panjang total 7-9 cm, dan memungkinkan juga dilakukan pada benih yang berukuran panjang total 5-7 cm.


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Suprapti Suprapti

2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Sirodiana Sirodiana ◽  
Deni Irawan
Keyword(s):  

Ikan gabus merupakan ikan predator yang aktif pada malam hari dan senang bersembunyi. Untuk mengembangkan budidaya ikan gabus pada kolam terkontrol, perlu mempelajari kebiasaan hidupnya di alam, salah satunya penggunaan naungan/shelter. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui jenis tanaman air terbaik untuk dijadikan naungan pada pendederan ikan gabus. Kolam yang digunakan berukuran 2 m x 4 m x 1 m. Kedalaman air pada tiap-tiap kolam 50 cm. Benih gabus yang digunakan pada saat awal penebaran berukuran bobot 3,30 ± 0,98 g dan panjang 7,13 ± 1,02 cm. Padat tebar pada tiap-tiap kolam sebanyak 100 ekor/kolam. Jumlah presentasi naungan sebanyak 50% dari jumlah luasan permukaan air. Tanaman air yang digunakan sebagai perlakuan adalah: A) kayu apu, B) eceng gondok, dan C) eceng sawah. Hasil pengamatan menunjukkan sintasan dan pertumbuhan terbaik diperoleh pada kolam yang menggunakan naungan dari jenis eceng sawah. Sehingga disarankan untuk pendederan ikan gabus menggunakan naungan dari jenis eceng sawah.


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Sri Sundari ◽  
Sudarmaji Sudarmaji ◽  
Deni Irawan

Ikan betutu merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk konsumsi lokal dan komoditas ekspor. Dalam rangka pelestarian dan pengembangan budidaya ikan betutu, maka perlu dilakukan evaluasi keragaman genetik. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi aplikasi teknik PCR-RAPD sebagai penanda genetik pada ikan betutu sebagai dasar untuk analisis keragaman genetik ikan Betutu. Dalam kegiatan ini primer yang digunakan adalah OPC-4 dan OPC-8. Sampel yang digunakan adalah sirip ikan betutu yang berasal dari tiga populasi yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Primer OPC-4 menghasilkan amplifikasi 14-21 band/pita DNA dengan ukuran 300-2.100 bp, sedangkan primer OPC-8 menghasilkan amplifikasi 14-15 band dengan ukuran 330-2.100 bp.


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Diah Artati ◽  
Dini Sahfitri Lubis

Elektroforesis adalah pemisahan komponen bermuatan listrik berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam suatu medan listrik. Elektroforesis terutama digunakan untuk mengamati hasil dari DNA (deoxyribonucleic acid) yang diamplifikasi. Untuk memudahkan pembacaan ukuran DNA target dalam elektroforesis diperlukan adanya DNA marker. Kendala-kendala penggunaan DNA maker dalam elektroforesis di antaranya adalah separasi fragmen DNA marker yang kurang sempurna, fragmen yang tipis atau kurang tegas dan bentuk fragmen yang tidak lurus, sehingga menyulitkan pembacaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji coba dengan memberikan perlakuan beberapa faktor yang memengaruhi hasil elektroforesis untuk mengetahui komposisi yang tepat agar diperoleh performa fragmen DNA marker yang optimum. Kegiatan optimasi performa DNA marker ini dilakukan dengan cara memasukkan sampel DNA marker dengan volume 0,50 µL; 0,75 µL; 1,00 µL; 1,25 µL; dan 1,50 µL ke dalam sumur-sumur gel agarosa 2% yang telah diwarnai peqGREEN dengan konsentrasi 60.000x in water (0,5 µL/30 mL), 40.000x in water (0,75 µL/30 mL), 30.000x in water (1 µL/30 mL), dan 24.000x in water (1,25 µL/30 mL), kemudian dilakukan elektroforesis pada arus listrik 400 mA dengan tegangan listrik 80 volt selama 30 menit, 70 volt selama 45 menit, dan 60 volt selama 60 menit. Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa volume optimum DNA marker yang dapat menghasilkan visualisasi fragmen-fragmen DNA secara jelas berkisar 0,75-1,25 µL. Pewarna peqGREEN dengan konsentrasi 60.000x in water sudah dapat mewarnai fragmen DNA dengan jelas. Separasi antar-fragmen DNA terlihat jelas dan tegas pada saat elektroforesis dilakukan dengan tegangan listrik 70 volt selama 45 menit dan 60 volt selama 60 menit.


2017 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 89
Author(s):  
Samsul Fajar ◽  
Supendi Supendi ◽  
Muhammad Rizki Maulana

Budidaya ikan secara intensif mengakibatkan pencemaran bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan ekskresi ikan yang berupa senyawa nitrogen dalam media pemeliharaan, sehingga terjadi penurunan kualitas air. Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroba (bioremediasi). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan bobot ikan patin dengan perlakuan pemberian bakteri dan tanpa pemberian bakteri. Kegiatan ini terdiri atas dua perlakuan yaitu dengan perlakuan menggunakan bakteri dan tanpa menggunakan bakteri. Kegiatan terdiri atas pemeliharaan ikan, pemberian bakteri, dan pengukuran kualitas air. Penggunaan bakteri pengendali nitrogen menghasilkan pertumbuhan bobot ikan lebih baik daripada tanpa pemberian bakteri selama 40 hari pemeliharaan ikan patin. Bobot rata-rata ikan dengan penggunaan bakteri sebesar 43,17 g dan hasil kualitas airnya berturut-turut untuk suhu 26,2°C-27,57°C dan pH 6,10-7,93; sedangkan perlakuan tanpa menggunakan bakteri diperoleh kisaran suhunya 25,85°C-27,25°C dan pH 6,47-7,98. Nilai DO tertinggi adalah 5,37 mg/L dan terendah 1,6 mg/L.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document