Jurnal Gradasi Teknik Sipil
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

60
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By P3m Politeknik Negeri Banjarmasin

2598-8581, 2598-9758

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 74-84
Author(s):  
Syf. Umi Kalsum ◽  
Betti Ses Eka Polonia ◽  
Hurul 'Ain

Recycling is one way that is used to minimize the amount of waste that exists. Recycling is also a process to reduce the use of new raw materials, reduce energy use, reduce pollution, land degradation and greenhouse gas emissions. Materials that can be recycled consist of waste of glass, plastic, paper, metal, textiles and electronic goods. Glass has characteristics suitable as concrete aggregates, considering that glass is a material that does not absorb water. In addition, glass has high abrasion resistance. Meanwhile, the waste glass flux lowers the temperature to the temperature at which the formers will melt. Stabilizers in glass waste are made of calcium carbonate, which makes the glass waste solid and water-resistant. This glass waste is recycled by mixing it into the concrete mix. The recycling method is done by pounding the glass and putting it into the concrete mix stage. The purpose of mixing the glass waste is expected to increase the compressive strength of concrete. The use of glass waste as a mixed material affects the compressive strength of the concrete. The concrete with the most inferior to highest compressive strength is 4% variation concrete, 2% variation concrete, and traditional concrete. Optimal percentage addition of glass waste impacts on maximum concrete compressive strength is 2% mixture variation which obtained 11,88 Mpa & 11,32 Mpa.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 60-73
Author(s):  
Ahmad Ravi ◽  
Hurul 'Ain ◽  
Betti Ses Eka Polonia ◽  
M. Hanif Faisal

Ketapang and Kayong Utara Regency have road construction that often suffers damage before the planned life age caused by the behavior of expansive clay. The subgrade is a fundamental structure in building road construction because the subgrade will support traffic loads or construction loads. The strength and durability of the pavement structure road will depend on the properties and bearing capacity of the subgrade. Practically soil stabilization is a reinforcement engineering against foundation or subgrade by using mixed materials. Therefore, different soil improvement variations are needed. Based on the test result, the CBR value of Sukadana initially gets a 2.95% point. The CBR value for the 6% and 10 % mixture, respectively, gets 17.14% and 25.02%. The CBR value of Sungai Melayu Rayak originally get 4.65% point. Then, for the 6% and 10% mixture, the CBR values increased by 13.78% and 18%. The value of the bearing capacity of the highway soil construction can be know from the results of CBR testing on each variation. The CBR also can measure the strength of the soil. The addition of cement to the earth tends to increase the bearing capacity of the ground. It is because cement can function as a binder between soil particles with chemical compounds contained in cement.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 53-59
Author(s):  
Ahmad Norhadi ◽  
Akhmad Marzuki ◽  
Surat

Klasifikasi tanah di Banjarmasin pada lapisan permukaan didominasi oleh lapisan lempung sangat lunak yang akan berpotensi kembang susut tanah lempung. Hal ini merugikan stabilitas bangunan di atasnya seperti struktur badan jalan. Nilai potensi ini dapat diketahui dari nilai aktifitas (A) dan prosentase kandungan lempung (%clay) pada lapisan tanah tersebut. Dengan diketahuinya nilai A dan % clay tersebut dapat diprediksi perilaku lapisan tanah dasar sebagai fondasi struktur badan jalan dan dapat dilakukan penanganan masalah kembang susut lapisan fondasi tanah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan penelitian “Potensi Kembang Susut Lapisan Tanah Dasar di Banjarmasin” dengan melakukan serangkaian penyelidikan sifat fisik dan mekanik tanah di lapangan dan di laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh nilai activity tanah lempung di kota Banjarmasin memiliki klasifikasi aktivitas kemampuan mengembang dengan plastisitas tinggi PI > 17 adalah normal dengan rata – rata nilai activity sebesar 1.122  dan tidak aktif sebesar 0.479 dengan rentang prosentase lempung 15% - 46%. Potensi pengembangan (S) tanah lempung di Banjarmasin adalah rendah - sedang.. Potensi kembang susut memiliki potensi rentang susut 10 – 12 %  atau memiliki potensi kembang susut sedang (marginal).        


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 85-95
Author(s):  
Lutfi Hair Djunur ◽  
Kasmawati Kasmawati
Keyword(s):  

Gerusan lokal merupakan proses alamiah yang terjadi disungai akibat perubahan morfologi sungai atau adanya bangunan air yang menghalagi aliran. Adanya bangunan  air tersebut meyebabkan perubahan karakteristik aliran yang berpengaruh terhadap gerusan disekitar abutmen pilar jembatan. Untuk melindungi abutmen pilar jembatan dari penggerusan, diperlukan suatu desain bangunan blok penyekat yang mampu mereduksi gerusan dari derasnya aliran air sehingga abutmen pilar jembatan dapat terlindungi. Pada penelitian ini dibuat model berupa abutmen pilar jembatan dengan blok penyekat. Dengan menggunakan 3 model blok penyekat yang berbeda dimensi ini menggunakan tiga variasi debit yang berbeda dalam empat kali simulasi pengaliran. Berdasarkan hasil analisis dan perencanaan blok penyekat diperoleh efektifitas dalam mereduksi gerusan disekitar abutmen pilar jembatan, yaitu dimensi blok penyekat 1:1, blok penyekat 1:3 dan blok penyekat 1:5. Ketiga model blok penyekat untuk mengetahui perubhan penampang saluran. pola gerusan, volume gerusan dan parameter aliran yang terjadi disekitar abutmen pilar jembatan.Penelitian jembatan adalah tanpa blok penyekat yaitu 32,80%, blok penyekat 1:1 yaitu 43, 32%, blok penyekat 1:3 yaitu 10,01 %  dan blok penyekat 1:5 yaitu 47,77 %. Hasil dari simulasi pengaliran menunjukkan gerusan maksimum bergantung  pada kecepatan  aliran , tinggi aliran,angka Froude, Reynold dan blok penyekat


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 96-102
Author(s):  
Muchtar Salim ◽  
Hadi Gunawan

Abu batu terdiri dari butiran-butiran halus dan gradasi yang memenuhi persyaratan gradasi untuk aggregat halus dan filler. fungsi filler adalah untuk mengisi rongga dalam campuran, dan meningkatkan stabilitas dari campuran aspal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi penggunaan abu batu sebagai filler dalam campuran HRS-Base terhadap properties Marshall. Penelitian dilakukan dengan membuat Design mix formula (DMF) untuk mendapatkan Kasar Aspal Optimum (KOA). Menggunakan KOA yang telah didapat, kemudian persentase bahan filler abu batu divariasi sebanyak 1%, 1,5% dan 2%, 2,5% dan 3%. Penambahan filler abu batu dari 1% sampai 3 % meningkatkan nilai stabilitas, rongga terisi apal, dan Marshall Qoutient yaitu masing-masing dari 883,45 kg menjadi1121,66 kg, 69,66 % menjadi 72,68 %, dan 266,10 kg/mm menjadi 299,91 kg/mm dan nilai rongga dalam campuran dan nilai rongga dalam agregat (VMA) mengalami penurunan masing-masing yaitu dari 5,57 % menjadi 4,79 % dan dari 18,36 % menjadi 17,53%. Hasil penelitian menunjukan nilai stabilitas, nilai rongga terisi aspal dan nilai Marshall Qoutient meningkat bersamaan meningkatnya kandungan filler abu batu dalam campuran HRS – Base. Sedangkan nilai rongga dalam campuran dan rongga dalam agregat (VMA) menurun saat kandungan filler abu batu meningkat.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 117-128
Author(s):  
Adriani Muhlis ◽  
Siti Rahmalia ◽  
Herliyani Farial Agoes ◽  
Fitriani Hayati

Permasalahan saluran primer pada Irigasi Riam Kanan yang terjadi akibat adanya pengambilan air secara langsung menggunakan pipa penyadap yang dapat berpengaruh pada sulitnya pemeliharaan pada tanggul saluran dan mengakibatkan kapasitas air di saluran berkurang dari yang telah direncanakan. Metode yang digunakan dengan mengambil data langsung di lapangan berupa jumlah, dimensi, jenis serta elevasi tinggi jatuh (outlet) pipa, melakukan analisis nilai koefisien debit serta merekapitulasi debit kehilangan air. Banyaknya pipa penyadap dari ruas BRK 0 sampai BRK 7 berjumlah 1.163 buah dengan jenis pipa PVC AW berdiameter bervariasi. Adapun besarnya kehilangan debit air akibat penyadapan melalui pipa penyadap adalah sebesar 11.299,7 liter/detik dari debit rencana aktual 25.000 liter/detik atau dengan prosentase kehilangan air sebesar 48%. Dalam kurun waktu  5 tahun terakhir, terjadi penambahan banyaknya pipa penyadap yaitu dari 692 buah berdasarkan penelitian sebelumnya, menjadi 795 buah atau bertambah sebanyak 103 buah serta diiringi juga dengan peningkatan jumlah debit pengambilan airnya di saluran primer ruas BRK 1 sampai BRK 4 adalah 7.806,3 liter/detik dari sebelumnya  tahun 2015 hanya 4.682,9 liter/detik, sehingga ada kenaikan sebesar 3.123,5 liter/detik (naik sebesar 40,01 %)  dan untuk penambahan jumlah pipa sebanyak 12,96 %.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 103-116
Author(s):  
M. Amril asy'ari ◽  
Rachmat Hidayatullah ◽  
Dessy Lestari.S ◽  
Selo Bhuwono Kahar ◽  
Maharto Kristiyono

Bendungan merupakan bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan elevasi muka air. Salah satu bangunan konstruksi Bendungan adalah Maindam, Fungsi dari  konstruksi maindam adalah sebagai tempat penampungan air Bendungan. Oleh karena itu bendungan harus memiliki pondasi yang kedap air agar tidak terjadi rembesan atau kebocoran. Injeksi semen bertekanan (grouting) adalah proses di mana suatu cairan diinjeksikan dengan tekanan sesuai uji tekanan air ke dalam rongga, rekah dan retakan batuan/tanah, yang mana cairan tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat secara fisika maupun kimiawi. Setelah dilakukan test grouting kemudian dilakukan perhitungan nilai luegon untuk mengetahui  efektifitas grouting yang dinyatakan dalam %. Pekerjaan pemboran dan grouting pada area maindam Bendungan Tapin dilaksanakan dengan jumlah titik sebanyak 1350 yang dibagi kedalam 12 blok. Dari hasil pekerjaan cek hole untuk pekerjaan grouting maindam kiri untuk 6 blok memiliki angka Lugeon rerata 2.46. Pada pekerjaan grouting di maindam kanan, setelah dilakukan pekerjaan Cek Hole 6 blok didapatkan angka Lugeon rerata 1.18. Hasil perhitungan efektifitas grouting pada zona inti di area maindam didapatkan nilai efektifitas grouting yang diperoleh pada angka 74.38. Angka tersebut dimasukkan kedalam tabel pengaruh Efektifitas grouting masuk kedalam kategoti baik. Kategori tersebut telah menunjukkan bahwa grouting telah berhasil dilaksanakan


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 45-52
Author(s):  
Ardi Wiyogo ◽  
Andi Syaiful Amal ◽  
Alik Ansyori Alamsyah

Salah satu cara meningkatkan mutu campuran beraspal adalah dengan menambah bahan aditif ke dalam aspal. Bahan aditif yang dipilih adalah plastik jenis LDPE. Pemilihan plastik ini karena kemudahan mendapatkan dan sebagai salah satu solusi mengurangi kerusakan lingkungan karena plastik. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk pengelolaan plastik dan menjadi acuan dalam mengamati karakteristik aspal yang diganti sebagian dengan LDPE. Analisa dilakukan dengan cara mencari terlebih dahulu KAO dari campuran aspal pen 60/70 HRS-WC. Dari hasil KAO (kadar aspal optimum) yang didapatkan, dilakukan substitusi kadar aspal dengan plastik LDPE. Kadar LDPE yang digunakan yaitu 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Hasil dari 2%, 4%, 6%, dan 8% kadar LDPE dibandingkan dengan kadar LDPE 0%. Dari hasil Analisa yang dilakukan, semakin banyaknya kadar plastik LDPE yang dipakai maka akan semakin mengurangi nilai stabilitas, MQ, dan VFA. Nilai VIM dan VMA semakin meningkat seiring semakin banyaknya kadar LDPE yang dipakai. Pada nilai stabilitas, stabilitas sisa dan MQ mengalami peningkatan pada kadar 2% tetapi mengalami penurunan kembali di kadar 4%, 6% dan 8%.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 22-27
Author(s):  
Khamidi Ilhami ◽  
Hadi Gunawan

Jalan merupakan prasarana darat yang berpengaruh besar terhadap perkembangan suatu wilayah. Jalan Ray III berada di Kabupaten Pulang Pisau lokasi  dalam kota, ibu kota Kabupaten. Jalan tersebut merupakan jalan alternatif dari Provinsi Kalimantan Tengah menuju Provinsi Kalimantan Selatan juga sebaliknya. Peningkatan jalan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jalan dalam rangka mengakomodasi pertumbuhan arus lalu lintas. Kondisi tanah dasar pada ruas Jalan Ray III adalah tanah lunak, sehingga dalam desain tanah dasar dengan dilakukan pengurukan timbunan. Metode perencanaan perkerasan yang digunakan adalah Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Objek studi yaitu Jalan Ray III terletak di Kabupaten Pulang Pisau pada STA 0 + 000 s/d STA 0 + 200. Hasil dari Evaluasi Desain Perkerasan Jalan dengan umur rencana 5 tahun diperoleh LER adalah 26,3 Laston (MS. 590) adalah 7,5 cm (tebal minimal 7,5 cm karena merupakan jalan kabupaten), Batu pecah kelas A (CBR  100) adalah 10 cm dan Batu pecah kelas B (CBR 80) adalah 10 cm (Syarat tebal minimum LPB). Untuk umur rencanaa 10 tahun diperoleh LER adalah 76,9 Laston (MS.590)  adalah 7,5 cm (tebal minimal 7,5 cm karena merupakan jalan kabupaten). Batu pecah kelas A (CBR 100) adalah 10 cm,  Batu pecah kelas B (CBR 80) adalah 14,4 cm


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Rinova Firman Cahyani ◽  
Aunur Rafik ◽  
Sahlan Hadi
Keyword(s):  

Penggunaan kayu/plywood untuk bekisting pada proses pengecoran pelat lantai konvensional dalam sudut pandang konstruksi dianggap memiliki beberapa kelemahan serta berdampak pada kerusakan ekosistem. Sehingga perlu dicari alternatif dan inovasi material lain yang memiliki keunggulan dan dapat mengurangi bahkan menggantikan penggunaan kayu pada pembangunan konstruksi. Produk material yang dimaksud adalah bondek yaitu jenis baja ringan berlapis galvanis dengan tekstur bergelombang yang rapi dan kokoh. Pada penelitian ini dibahas perbandingan biaya(RAB) pembangunan pelat lantai konvensional menggunakan bekisting kayu dengan biaya(RAB) pembangunan pelat lantai komposit menggunakan bekisting  bondek pada pembangunan Aula Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah(BPSDMD) Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru. Berdasarkan shop drawing, data spesifikasi bahan, harga satuan bahan dan upah, serta referensi lainnya dibuat analisa harga satuan pekerjaan dengan mengacu pada standar Analisa Harga Satuan Pekerjaan SNI  Tahun 2016 dan Harga Satuan Bahan dan Upah Banjarbaru Tahun 2019 oleh Kementerian PUPR kemudian dilakukan perhitungan biaya(RAB) pembangunan pelat lantai. Menggunakan metode komparatif biaya(RAB) pembangunan biaya pelat lantai konvensional dibandingkan dengan biaya pembangunan pelat lantai komposit(bondek).  Dari hasil perhitungan diperoleh biaya pembangunan pelat lantai konvensional sebesar Rp. 2.850.731.000,- dan biaya pembangunan pelat lantai komposit(bondek) sebesar Rp. 2.138. 501.000,- dengan selisih Rp. 230.230.000,- atau 24.98% lebih murah pelat lantai komposit(bondek).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document