journal TA LIMUNA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

12
(FIVE YEARS 1)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Stai Mahad Aly Al-Hikam Malang

2085-2975, 2085-2975

2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Rahmatullah Rahmatullah ◽  
Akhmad Said
Keyword(s):  

Pendidikan karakter Islam bagi kalangan mahasiswa diera milenial mutlak diperlukan, karena mahasiswa merupakan aset bangsa yang menjadi agen perubahan (agent of change) dan calon pemimpin di masa yang akan datang. Pendidikan untuk menghargai pentingnya nilai- nilai moral membentuk rasa ingin berbuat baik dan mampu berbuat baik adalah cita-cita yang diharapkan mampu diwujudkan di era perubahan yang semakin cepat. Oleh karenanya dibutuhkan formulasi pendidikan karakter yang sesuai dengan keadaan jaman dan dalam menghadapi tantanganya.Penelitian dengan pendekatan fenomenoologis perlu dilakukan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakkter Islam di era minelial pada lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren mahasiswa), sehingga dengan menggunakakn metode penelitian kkualitatif diharapkan menemukan pelaksanaan pendidikan karakter yang efektif dan efisien.Hasil penelitian ini diantaranya adalah pelaksanaan pendidikan selama 24 jam meliputi pendidikan Ri’ayah wal Irsyad (kepengasuhan),  Ta’dib wat Tahdzib (kesantrian), dan Dirosah/ Tadris Wat Ta’liim (Pengajaran) ditambah empat lainnya yaitu tradisi pesantren, jiwa pesantren, kedisiplinan, dan struktur organisasi/manajemen dapat dijadikan bahan rujukan dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 74
Author(s):  
Kamilus Zaman

Guru agama seharusnya menjadikan peserta didik menjadi yang berperadaban, berbudaya, berakhlak, berkarakter, ala Indonesia. dengan menjunjung tinggi nilai-nilai al-quran, dan pancasila, menghargai kemajmukan, suku, agama ras, sesuai dengan ajaran Islam yang dibawa Oleh Nabi Muhammad SAW, yang membangun Kota Yastrib menjadi kota Madinah yang didalamnya juga bermajmuk. Sebagai upaya Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan , disini lembaga harus mencoba mengembangkan dan merekontruksi kembali kurikulum Pemerintah dari yang sentralisasi menjadi Desentralisasi, agar Tujuan Pendidikan Agama Islam di lembaga tersebut tercapai, Untuk merealisasikannya Maka:1). Pengembangan kurikulum PAI: pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat berarti: (1) kegiatan menghasilkan kurikulum PAI; atau (2) proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik; dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum PAI. 2). Langkah-Langkah dalam Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan, dari berbagai Aspek: (1) aspek Tujuan: Menjaga akidah dan ketakwaan peserta didik. 2) Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama. 3) Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif dan inovatif. 4) Menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari didalam masyarakat. Dengan demikian bukan hanya mengajarkan pengetahuan secara teori semata tetapi juga untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial). 5) Nasionalis 6) Membentuk Pribadi Muslim (2) Aspek Materi: Memperluas/menambah indikator, Muatan lokal, konten pelajarannya tidak harus sejarah tentang perang dan kesenjangan antara Islam dan non Islam, yang diajarkan karya Tokoh-Tokoh Nusantara. Materi yang disajikan hendaknya lebih bersifat fungsional (3) Aspek Lembaga: Lembaga Pendidikan Agama Islam harus toleran terhadap kemajemukan siswa baik Ras, Suku bahkan Agama.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 90
Author(s):  
Siti Mutholingah

Perkembangan zaman tentu memiliki dampak dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam, termasuk dalam konteks keilmuan Islam. Studi tentang tujuan mendasar dari hukum Islam (maqashid al-syariah) dan produk hukum Islam (fiqh) tentu akan semakin dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan hukum Islam yang semakin dihadapkan dengan fenomena yang tidak terjadi pada saat Nabi, masa teman, periode tabi'iin, atau periode tabi'in tabi. Menurut beberapa ulama ushul dan ulama fiqih Islam dari era sekarang (kontemporer) menganggap bahwa ada beberapa maqashid al-syari'ah dan hukum Islam (fiqh) yang harus ditinjau karena mereka kurang relevan jika diimplementasikan dalam konteks kehidupan Muslim hari ini. Salah satu ulama ushul fikih kontemporer adalah Jasser Auda. Hal utama yang mendasari mengapa Jasser Auda ingin meninjau maqashid al-sharia klasik, menurut Jasser Auda maqashid al-sharia klasik yang mencakup hifdz al-diin, hifdz al-nafs, hifdz al-aql, hifdz al-nasl, dan hifdz al-maal, masih cenderung terlalu umum, individual dan tidak mengandung nilai universal seperti prinsip keadilan dan kebebasan.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Muhammad Hafidz
Keyword(s):  

Balaghah merupakan ilmu yang mengkaji keindahan bahasa al-Qur’an.  Oleh  pelajar bahasa Arab dianggap materi sulit karena beberapa hal, pertama, balaghah membahas mengenai hubungan kata dan ungkapan dengan situasi, lingkungan, dan makna, dalam balaghah ada makna haqiqi (makna denotatif) dan majazi (makna konotatif), ada hubungan ungkapan dengan perasaan, keindahan, dan imajinasi. Kedua, contoh-contoh yang tersaji dalam buku-buku balaghah diambil dari syair-syair arab, yang bahasanya terasa asing bagi pelajar dan cara memahaminya tidak seperti memahami kalimat biasa. Maka perlu ada  solusi untuk membantu mempermudahnya, diantaranya adalah perubahan metode pengajaran dan penyusunan buku balaghah dengan pendekatan konstraktif, atau dalam pengertian mudah memahami balaghah dengan kaca mata gaya bahasa Indonesia yang sudah dikenal pelajar sejak awal.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 124
Author(s):  
Umi Salamah

Metode kaisa adalah cara menghafal al-Qur’an yang berorientasi pada hafalan dan pemahaman ayat al-Qur’an beserta artinya melalui gerakan atau kinestetik yang disesuaikan dengan arti setiap ayat sehingga memberikan kemudahan santri untuk memahami dan mengingat setiap ayat al-Qur’an yang diberikan. Tahapan metode kaisa : Guru memberi salam, menyiapkan atau memberi aba-aba kepada santri persiapan proses belajar mengajar, presensi kehadiran santri, membaca basmalah dan do’a sebelum belajar, Muroja’ah atau mengulang hafalan, tambahan hafalan dengan membaca ayat perkata dengan gerakan/kinestetik, menjelaskan hukum tajwid serta maknanya/tafsirnya, santri melafalkan ayat secara berulang-ulang sampai ayat tersebut dihafal, satu per satu santri melafalkan ayat sesuai hukum tajwidnya dan menerjemahkan per kata, guru menyimak hafalan ayat yang dihafalkan oleh masing-masing santri, guru membenarkan jika ada kesalahan dengan hukum tajwid serta artinya, setelah ayat pertama dihafal, guru membimbing santri untuk lanjut ke ayat berikutnya dengan perlakuan yang sama, merefleksi pembelajaran dengan memberi game sambung ayat (yaitu hafalan surat-surat secara berkesin- ambungan), penutup pembelajaran dengan do’a senandung al-Qur’an dan do’a kafaratul majelis secara berjama’ah.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Adi Sudrajat

Pendidikan merupakan alat untuk mencetak manusia yang humanis, cinta damai, dan juga solusi dari segala masalah, tapi banyak masalah muncul dari dunia pendidikan salah satunya kekerasan dalam pendidikan, ironisnya itu terjadi mulai dari tingakat dasar sampai perguruan tinggi, untuk menghadapi masalah ini perlu diadakan rivitalisasi pendidikan yaitu dengan mengembangkan pendidikan agama Islam berdudaya nirkekerasan. Ini sebagai tawaran solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah kekerasan yang terjadi didalam dunia pendidikan saat ini. Seperti apa yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW bagaiamana cara menanamkan nilai-nilai pendidikan yang humanis sehingga Islam menjadi agama rahmatan lil`alamin.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Sumarji Sumarji ◽  
Rahmatullah Rahmatullah

Peningkatan membaca al-Quran menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Dengan mempelajari al-Quran maka diharapkan tingkat spiritual anak didik meningkat, sehingga akan berdampak kepada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor anak didik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Quran. Hasil penelitian menyatakan bahwa upaya guru dalam meningkatan kemampuan membaca al-Quran di SMP Islam Muqorrobin Singosari Malang dilakukan dengan pertama, optimalisasi pelaksanaan proses pembelajaran intra kulikuler. Kedua, optimalisasi proses pembelajaran ekstra kulikuler. Ketiga, evaluasi pembelajaran. Kempat, penambahan sarana dan prasarana. Kelima, Peningkatan kualitas Guru.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Afif Syaiful Mahmudin

Islam menurut mayoritas pemeluknya adalah agama holistik. Islam tidak hanya diartikan sebagai agama tauhid belaka, melainkan ajaran yang menyangkut semua aspek kehidupan, agama publik, pluralisme agama tidak sekedar persoalan mengakomodasi klaim-klaim kebenaran agama dalam wilayah pribadi, tetapi juga persoalan kebijakan publik di mana pemimpin muslim harus mengakui dan melindungi kebebasan beragama, tidak hanya intra-umat Islam, tetapi antar-agama dan agama penutup yang mengajarkan ketuhanan dan kemanusiaan, termasuk di dalamnya persoalan pluralisme. Pluralisme adalah sesuatu terlahir dari dalil ajaran ketuhanan. Akal menyimpulkan bahwa jika keesaan hanya milik Allah, maka selain-Nya tidak layak untuk menyandangnya yang berarti selain Allah adalah pluralitas. Kemajemukan serta keberagaman dalam hal agama, tradisi, kesenian, kebudayaan, cara hidup, dan pandangan nilai yang di anut oleh kelompok etnis masyarakat Indonesia. Pada satu sisi, keberagaman dan kemajemukan ini bagi Indonesia bisa menjadi kekuatan yang positif dan konstruktif. Pada sisi lain, akan menjadi kekuatan yang negatif dan destruktif apabila tidak di arahkan dengan positif


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Moh. Nailul Muna
Keyword(s):  

Dalam memperbincangkan pernikahan, tidak bisa lepas dari dua ranah yang melikupinya yakni, keyakinan dan hukum. Permasalahan nikah sirri adalah permasalahan yang sampai saat ini masih menarik untuk diperbincangkan karena masih maraknya praktek ini. hadits yang merupakan sumber hukum Islam kedua telah melarang secara jelas praktek nikah yang tidak dihadiri oleh wali, meski al-Quran tidak menyinggung hal ini namun dalil-dalil yuridis telah menguatkan larangan nikah sirri karena akan mengakibatkan ketidak-jelasan hubungan suami istri, selain itu keengganan untuk mencatatkan pernikahan yang menjadi faktor utama pelarangan nikah sirri. Namun dalam perspektif antropologi, nikah sirri tidak selamanya dilarang dengan mempertimbangkan eksistensi hadits serta keadaan sosiologi yang ada. Tulisan ini bertujuan supaya memberikan new meanings dalam memahami nikah sirri dengan menggunakan perspektif antropologi.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Misbahul Munir

Problematika kepribadian yang dihadapi generasi millenial saat ini sangat memprihatinkan, diantaranya adalah persoalan adiksi gadget, tidak fokus pada belajar, emosinya mudah terganggu, pornografi, pergaulan bebas. Sebagai tawaran solusi adalah internalisasi nilai kepribian ulul albab, yaitu melalui pengamalan dzikir, fikir, amal soleh. Internealisasi kepribadian ulul albab memungkinkan bisa mengatasi krisis moral yang sedang terjadi saat ini. Keunikan yang dimiliki generasi millenial ulul albab ialah terampil dalam mengakses teknologi digital, sekaligus mempunyai prinsip nilai agama yang kokoh.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document