Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

27
(FIVE YEARS 27)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Politeknik Gorontalo

2503-2992, 2502-485x

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Made Putra Widana ◽  
Evi Sunarti Antu ◽  
Romi Djafa Romi Djafar
Keyword(s):  

Alat tugal pupuk adalah alat yang digunakan untuk membagi/menabur pupuk. Untuk saat ini model pemupukanjagung paling banyak masih dilakukan dengan cara manaual. Kondisi ini sangat memberatkan bagi para petanikarena disamping proses pemupukan yang lambat juga harus membutuhkan tenaga manusia yang banyak untukmenyelesaikan pekerjaan tersebut. Disamping tenaga yang banyak, efek lainya seperti petani sangat kelelahanbekerja sebab badan terus membungkuk selama proses pemupukan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mendesainalat tugal pupuk tipe vertical pressure yang tepat guna hingga mengetahui cara kerja alat dan mengetahui hasilpenaburan pupuk sesuai dengan level takaran. Adapun metode pada penelitian ini yaitu dilakukan tiga runingpengujian dengan menyetel level takaran kemudian dihitung berapa jarak yang ditempuh untuk waktu tertentu.Berdasarkan hail pengujian diperoleh bahwa runing satu dengan jumlah pupuk 15.7 gram memperoleh jarak 48m dengan waktu 6.12 menit dengan jumlah total pupuk 5 kg. Untuk runing dua dengan jumlah pupuk 30 grammemperoleh jarak 36 m membutuhkan waktu 4.59 menit dengan total pupuk yang sama. Sedangkan untuk raningtiga dengan jumlah pupuk 90 gram memperoleh jarak 23 m dengan waktu 2.15 menit dengan total pupuk yangsama. Alat ini sangat efektif digunakan oleh petani.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Mohamad Rizki Buheli ◽  
Yunita Djamalu ◽  
Siradjuddin Haluti

Eceng gondok adalah tanaman yang tumbuh disekitar danau, tanaman ini disebut sebagai tanaman pengganggu oleh masyarakat sekitar danau karena merusak lingkungan perairan. Dari sisi ekonomi penggunaan pupuk kompos cair lebih murah dan efektif dibandingkan dengan pupuk organik cair hasil pabrikan. Disamping bahan baku yang cukup meluas juga dapat diprduksi dengan skala yang lebih besar sehingga dapat meminimalisir biaya pemupukan yang berdampak efesiensi untuk anggaran petani.Tujuan penelitian ini adalah menentukan klasifikasi cacahan eceng gondok untuk pupuk kompos cair, menentukan campuran pengomposan untuk pupuk kompos cair, dan mengetahui dampak pemberian pupuk kompos cair terhadap tanaman holtikultura.Dari hasil studi kasus klasifikasi cacahan eceng gondokuntuk bahan kompos yang efektif terhadap tanaman holtikultura dapat diambil kesimpulan bahwa pupuk kompos cair dari eceng gondok berdampak positif bagi tanaman holtikultura , walaupun ada tanaman yang tidak mengalami pertumbuhan jumlah daun karena kurangnya kandungan N pada pupuk kompos itu sendiri.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Andika Kaharu ◽  
Burhan Liputo ◽  
Mustofa Mustofa
Keyword(s):  

Salah satu proses penting dalam pasca panen padi adalah pengeringan. Pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air, mencegah fermentasi atau pertumbuhan jamur dan memperlambat perubahan kimia pada makanan. Selama pengeringan, dua proses terjadi secara simultan yaitu perpindahan panas ke produk dari sumber pemanas dan perpindahan massa uap air dari bagian dalam produk ke permukaan dan dari permukaan ke udara sekitar. Tujuan penelitian ini adalah membuat konsep rancangan konstruksi alat pengering gabah padi dan membuat desain ruang pengering gabah. Penelitian ini menganalisis suatu konstruksi alat berdasarkan sistem kerja alat, material yang digunakan dan dimensi alat pengering. Analisis ini dilakukan berdasarkan desain setiap komponen yang dibuat dalam alat pengering gabah padi. Komponen tersebut meliputi cover (penutup wadah), alas wadah, pengukur suhu, roda gigi, gear box, motor AC, dan panel switch. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa untuk desain wadah penampung terbuat dari besi plat tipis dengan ketebalan 0,4 cm dengan luas 80x70 cm. Dimensi ukuran wadah penampung mampu menampung gabah sebanyak 5 kg. Berdasarkan analisis ini diharapkan menjadi dasar dalam pembuatan alat pengering gabah padi yang sesuai dengan kebutuhan.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 49-55
Author(s):  
Andi Kusnadi ◽  
Romi Djafar ◽  
Mustofa Mustofa

Saat ini telah ada beberapa orang atau kelompok masyarakat yang telah memanfaatkan oli bekas sebagai bahan bakar. Namun pemanfaatan ini hanya untuk penggunaan pengerjaan tertentu bukan untuk kalangan umum, seperti untuk bahan bakar pembakaran Batu Gamping, dan Peleburan Aluminium. Minimnya pemanfaatan ini akan mengakibatkan jumlah oli bekas akan terus bertambah dan membuat oli bekas ini menjadi bahan yang rawan untuk mencemari lingkungan.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode studi pustaka, dengan judul “Pemanfaatan Limbah Oli sebagai Bahan Bakar Kompor Alternatif Ramah Lingkungan”. Karakteristik limbah oli yang paling bagus untuk dijadikan bahan bakar kompor alternatif adalah yang memiliki viskositas terendah (10,58 cts) sebagai hasil pemanasan hingga suhu 1000C dimana oli bekas relatif telah berubah menjadi agak cair sehingga nantinya oli bekas tersebut mudah untuk didorong menuju ke mulut bakar kompor alternatif menggunakan tekanan udara. Tinggi lidah api yang dihasilkan pada pembakaran oli bekas > 25 cm dengan suhu > 222,20C dengan nilai energi kalor terbesar 3,735 kal/detiknya. Nilai efisiensi oli bekas tertinggi yang tercapai adalah sebesar 4,94 %, yang apabila dibandingkan dengan efisiensi minyak tanah memang lebih kecil, namun apabila memasukkan variable keterdapatan oli bekas yang lebih melimpah dibandingkan dengan keterdapatan minyak tanah di masyarakat, penggunaan oli bekas menjadi sebuah bahan bakar kompor alternatif akan tetap lebih hemat biaya daripada menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 42-48
Author(s):  
Moh Sarif Ismail ◽  
Iqrima Staddal
Keyword(s):  

Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) merupakan jenis tanaman air yang mampu beradaptasi sehingga cepatberkembang biak pada lingkungan baru. Hal ini yang membuat eceng gondok menjadi gulma dominan diwilayahperairan yang tumbuh terapung dapat menggangu jalanya tranportasi perairan. Pemanfaatan Eceng Gondok salahsatu yaitu sebagai pupuk organik yang berupa cair atau padat yang berguna terhadap unsur tanaman. Pupukorganik cair ataupun padat mengandung zat-zat serta unsur-unsur yang di butuhkan oleh tanaman. Tujuanpenelitian adalah untuk mengetahui hasil ukuran hasil cacahan menggunakan mesin pencacah eceng gondokdengan daya putaran kecepatan 1420rpm, proses penyimpanan pengukuran suhu , dan hasil pupuk organik ecenggondok berupa pupuk padat dan cairan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium umum Mesin PeralatanPertanian Politeknik Gorontalo. Penelitian pembuatan pupuk organik berbahan eceng metode pengujian dilakukan sebanyak 5 kali perlakuan. Hasil penelitian bahwa menunjukan bahwa Semakin kecil ukuran fraksiorganik dari eceng gondok maka proses pengurain semakin cepat dan berbanding lurus dengan fase kematanganpupuk. Pada proses pencacahan eceng gondok didapatkan bahwa rata- rata ukuran hasil cacahan adalah 1,5 cmdengan ukuran yang paling kecil adalah 1 cm.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Moh Fikri Pomalingo

Penanaman jagung di provinsi Gorontalo di lakukan pada lahan datar dan lahan miring. Dari survei yang dilakukan, lebih dari 60% penanaman jagung dilakukan pada lahan miring. Kemiringan lahan yaitu 20-60o. Penanaman jagung di lahan datar biasa dilakukan dengan mengolah tanah terlebih dahulu menggunakan bajak sapi dan traktor roda empat. Penanaman jagung di lahan miring dilakukan dengan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah). Sistem TOT dilakukan karena sulitnya mengolah tanah pada lahan miring. Penanaman jagung dilakukan dengan sistem tugal. Pada saat melakukan penanaman para petani biasanya membutuhkan tenaga kerja 2 orang atau lebih dengan upah kerja perhari Rp 70.000/orang/ha. Tugal yang digunakan terbuat dari kayu yang ujungnya ditajamkan dengan diameter 4-7 cm, dan panjang berkisar antara 120 – 150 cm disesuaikan dengan tinggi petani. Penelitian ini bertujuan merancang GAULMI (Tugal Jagung Lahan Miring) 3 in 1, untuk mempermudah petani dalam membudidayakan tanaman jagung. Keunggulan alat ini adalah dapat melakukan proses 3T (Tancap, Taruh, dan Timbun) dengan cepat dan membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat ini dapat beroperasi dengan baik pada lahan. Jumlah benih yang dikeluarkan untuk sekali penugalan mencapai 2-3 biji dengan kedalaman 2-3 cm.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 9-16
Author(s):  
Reynaldi Mustapa ◽  
Romi Djafar ◽  
Sjahril Botutihe

Gorontalo merupakan salah satu provinsi penghasil jagung dalam jumlah yang banyak. Semakin tinggi produksi jagung semakin membutuhkan teknologi yang mapan dalam pengolahannya, termasuk pengolahan pasca panen. Diantara teknologi yang perlu dan sangat penting pasca panen adalah adanya alat yang digunakan merontokkan jagung. Alat ini dikenal dengan pemipil jagung. Pada penelitian ini alat pemipil jagung dirancang dengan menggunakan silinder tipe mini. Pengujian alat pemipil jagung dilakukan dengan putaran yang bervariasi yakni 800, 1000, dan 1200 rpm dengan berat jagung awal konstan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi putaran terhadap waktu pemipilan. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa semakin cepat putaran maka waktu yang diperlukan semakin sedikit. Pemipilan dengan putaran 800, 1000, dan 1200 masing-masing memerlukan waktu selama 1.10, 0.54, dan 0.45 menit. Adapun waktu ideal yang diperlukan untuk memipil 5 kg jagung adalah selama 1 menit.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 28-34
Author(s):  
Mus Tofa

Kebundaran (roundness), eksentrisitas, aspek rasio, densitas curah (bulk density), porositas dan volume relatif merupakan beberapa sifat fisik bahan pertanian yang sangat penting. Pentingnya sifat-sifat ini berkaitan dengan perancangan dan proses pengolahannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan dimensi dan bentuk (roundness, eksentrisitas, dan aspek rasio), bulk density, dan porositas dari kentang, dimana kentang merupakan salah satu bahan pertanian yang digolongkan sebagai sayuran. Kentang banyak diminati oleh masyarakat karena terkandung komponen-komponen yang diperlukan tubuh, seperti karbohidrat, protein, dan komposisi lainnya. Penentuan sifat dimensi dan bentuk menggunakan alat jangka sorong dengan parameter diameter dan jari-jari dari kentang. Bulk density kentang ditentukan dengan perbandingan bulk mass (massa curah) dari kentang dengan volumenya. Sedangkan porositas ditentukan dengan perbandingan bulk density dan densitas bahan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kentang memiliki kebundaran, aspek rasio, kelonjongan, densitas curah, porositas, dan volume relatif masing-masing sebesar 0.45, 0.88, 0.59, 0.49 g.cm-3, dan 0.55, dan 0.45. Data tersebut dapat digunakan sebagai informasi awal dalam desain dan perancangan alat pengolahan kentang.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 17-21
Author(s):  
Luqman Idji ◽  
Siradjuddin Haluti ◽  
Evi Sunart Antu

Pada umumnya biomassa memang dapat mengatasi kebutuhan bahan bakar dari teknologi gas dan bahan bakar lainnya Kompor biomassa yang sebelumnya dikenal dengan kompor Biomassa UB 03-1 dilengkapi dengan satu pemanas dan mekanisme pembakaran yang berlawanan untuk pembakaran yang sempurna. Kompor ini menggunakan biomassa padat sebagai bahan bakar. Pada dasarnya kompor biomassa ini menggunakan bahan bakar kayu, dan kompor biomassa yang sebelumnya menggunakan listrik atau LPG. Kompor biomassa berbahan bakar kayu sangat cocok digunakan di daerah-daerah yang terpencil. Sehingga pada kompor biomassa ini menggunakan sistem oksigen dari luar. Adapun bahan bakar yang umumnya digunakan adalah biomassa yang memiliki nilai ekonomis rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa kompor biomassa dimana dilakukan di Laboratorium Mesin Umum Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian Politeknik Gorontalo. Hasil dari rancang bangun kontruksi kompor biomassa dengan menggunakan bahan bakar kayu didapatkan dengan perbandingan berbagai model untuk melihat efektifitas alat yang dirancang. Hasil pengujian menggunakan 2 kg bahan bakar menghasilkan nyala efektif sebesar 19.8 menit dengan waktu operasi total sebesar 47 menit. Energi yang dihasilkan pada pengujian tahap 1 adalah daya keluar dan masuk yang memiliki nilai masing-masing sebesar 1.37 kw dan 14.6 kw.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 35-41
Author(s):  
Mahmud Bahsoan ◽  
Yunita Djamalu ◽  
Iqrima Staddal

Mesin pengupas sabut kelapa menggunakan mata pisau yang berbentuk seperti busur dengan sudut 70º ini dapat memisahkan sabut kelapa dari batok kelapa. Mesin ini akan mempercepat secara efisien dalam pengupasan sabut kelapa dibandingkan dengan menggunakan mata pisau berbentuk lancip ke atas yang sebelumnya. Karena pada mata pisau tersebut masih belum maksimal pada saat proses pengupasan, dimana mata pisau ini masih menggaruk batok kelapa hingga sampai pecah saat proses pemisahaan sabut  dari batok. Untuk itu, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu diciptakan inovasi untuk meningkatkan nilai ekonomis dan pemanfaatannya sebagai produksi kopra.“Modisfikasi Mata Pisau Pada Mesin Pengupas Sabut Kelapa” dengan kapasitas 18.96 detik/buah.Dimaksudkan untuk pendapatan petani lebih meningkat dan terhindar dari resiko kecelakaan. Setelah dilakukan perancangan mesin pengupas sabut kelapa, diperoleh dimensi dan ukuran mesin sesuai dengan standar yang ada, seperti daya motor penggerak yang digunakan, serta komponen-komponen mesin lainnya. Sehingga akan dihasilakn mesin pengupas sabut kelapa dengan biaya yang lebih efisien, terjangkau dan hasil produksinya juga sesuai dengan yang diharapkan


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document