Missio Ecclesiae
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

22
(FIVE YEARS 21)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Institut Injil Indonesia

2721-8198, 2086-5368

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 103-125
Author(s):  
Desiana M. Nainggolan

Tujuan utama penelitian adalah mengerti secara komprehensif serta objektif pelayanan para hamba Tuhan yang melakukan model misi ramah kemanusiaan bagi marginal people berdasarkan Teologi Multikultural. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode naturalistik di Lembaga Misi ‘Inti Terang Semesta’ Batam Kepulauan Riau. Penelitian mengumpulkan data-data melalui observasi dengan melakukan wawancara, observasi, studi literatur dan rekaman. Data yang dianalisa dan diinterpretasi menunjukkan bahwa: (1) Misi Ramah kemanusiaan bagi marginal people yang terdiri dari multireligio dan multietnis seyogianya didasarkan pada Teologi Multikultural yang Alkitabiah; (2) Pelaksanaan misi ramah kemanusiaan telah menerapkan prinsip-prinsip Teologi Multikultural; (3) Model misi ramah kemanusiaan sangat tepat digunakan dalam pelayanan misi di Lembaga Misi ‘Inti Terang Semesta’ Batam Kepulauan Riau guna menjangkau marginal people yang terdiri dari multireligio dan multietnis. Hasil-hasil yang ada direkomendasikan kepada Lembaga misi ‘Inti Terang Semesta’ Batam Kepulauan Riau guna mengembangkan pelayanan misi yang menjangkau marginal people yang terdiri dari multireligio dan multietnis. Begitupun menjadi niscaya untuk memobilisasi serta mempersiapkan para pekerja misi yang memiliki panggilan misi menjangkau marginal people yang multi.  


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 44-55
Author(s):  
Mesakh A.P. Dethan ◽  
Isakh A. Hendrik ◽  
Magdalena Ngongo ◽  
Julian Widodo

This study aims to determine the extent of the factors that cause female pastors to become victims of domestic violence and to what extent the Evangelical Christian Church in Timor has handled domestic violence experienced by female pastor, which can be used as a study and learning material in preventing and overcoming. Violence against female pastors. The method used in this research is qualitative research methods. The qualitative research approach was chosen because it emphasizes on phenomena/facts, the meaning of reasoning, certain situations (in certain contexts), or more research on matters related to the daily lives of women who are victims of domestic violence. From the results of the study, it was found that the factors causing domestic violence were due to jealousy from the husbands, as well as economic pressures. Causative factors also occur due to husbands who on average are drunkards and like to gamble, husbands who have less education than their wives, husbands who are hypersexual, husbands who experience psychological disorders, and also because wives are too busy with their service duties so that their husbands are feeling abandoned. The GMIT effort in this case carried out by UPP Pastoral as an extension of the MSH GMIT is considered not yet carrying out its mentoring function effectively to pastors who are victims of domestic violence. The victims felt that the services provided were still limited to providing advice without conducting any deepening of the problems experienced by the victims. For this reason, the functions of pastoral bodies in all spheres need to be optimized in a planned manner as a form of psychosocial support to prevent and break the chain of domestic violence. The research results also show that the church does not yet have a procedure or SOP that allows the recovery process for the victims to be carried out in a planned and systematic manner. The victims are also increasingly stressed because in addition to losing their income due to being withdrawn from their ministry as pastors, they also get negative stigma from their fellow pastors and congregations.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 155-168
Author(s):  
Iwan Setiawan ◽  
Chrest Thessy Tupamahu ◽  
Martono Martono ◽  
Yulia Vriska Tripena

Allah menjadikan perempuan supaya menjadi penolong bagi seorang laki-laki bukan menjadi kenikmatan para lelaki. Sikap ajaran Yesus tentang Perempuan sangat berbeda dengan ajaran Yudaisme tentang Perempuan pada masa Yesus hidup di dunia. Ajaran Yudaisme didominasi oleh kaum laik-laki yang kurang menghormati kaum perempuan. Perbedaan antara laik-laki dan perempuan sedemikian besar sehingga perempuan tidak dapat bergabung dengan laki-laki setaraf dalam Pendidikan agama atau dalam ibadah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman secara teologis mengenai status perempuan dalam Perjanjian Baru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan penelitian literatur. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perempuan diakui harkat dan martabatnya, bahkan perempuan menjadi rekan kerja Yesus di sepanjang pelayanan-Nya. Bahkan perempuan juga menjadi rekan kerja Rasul Paulus dalam pelayanannya, sehingga tidak dapat disangkal bahwa perempuan juga dapat mengambil peran dan kedudukan yang sangat penting di dalam gereja dengan porsi masing-masing. Dalam Perjanjian Baru bagi orang Yahudi perempuan adalah kaum yang lemah, sehingga tindakan mereka dibatasi, hak dan kewajiban serta peran mereka juga dikurangi bahkan tidak jarang perempuan juga diperbudak dan diperlakukan secara tidak adil. Tetapi Yesus Kristus hadir untuk membawa perubahan yang besar bagi kaum Marginal termasuk perempuan, yaitu pembebeasan dari belenggu dab sikap diskriminatif. Kini mereka diberikan hak dan kesempatan yang sama untuk melakukan hal-hal positif termasuk kesempatan untuk melayani Tuhan.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 83-102
Author(s):  
Els Ribkah Runkat ◽  
Sherly Mudak
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model teaching skills Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas bagi pengembangan kompetensi pedagogik guru bagi pembangunan adversity quotient dan spiritual quotient pelajar di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar-Bali.          Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh seorang guru atau pendidik untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya serta mempelajari suatu nilai baru dalam suatu rangkaian sistem yang terkoordinasi dalam suatu proses pendidikan, yang biasanya ditentukan sebagai kompetensi keterampilan mengajar. Tercapainya tujuan kegiatan pendidikan atau pembelajaran erat kaitannya dengan profesionalisme dan kualitas guru, terutama kompetensi pedagogik guru dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran. Berdasarkan model keterampilan mengajar Yesus Kristus, guru dapat mengembangkan kompetensi pedagogik guru untuk membangun adversity quotient dan spiritual quotient siswa.         Penelitian ini secara khusus mengkaji kompetensi keterampilan teknis guru terhadap adversity quotient dan spiritual quotient siswa di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar-Bali. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merancang Keterampilan Mengajar guru berdasarkan Yesus Kristus menulis pada Injil Lukas telah menjadi bukti otentik keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang mengubah kehidupan, sebagai kompetensi metode penelitian guru digunakan kombinasi dari desain sekuensial eksplorasi.          Hasil penelitian membuktikan bahwa model keterampilan mengajar Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas merupakan strategi yang tepat dan efektif untuk pengembangan kompetensi pedagogik guru dalam pengembangan adversity quotient dan spiritual quotient siswa di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar-Bali.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 68-82
Author(s):  
Fanny Yapi Markus Kaseke

Subordinasionisme Allah Tritunggal Dalam Pengajaran Pluralisme. Artikel ini mengulas tentang salah satu ajaran dari sekian ajaran yang beragam tentang Allah Tritunggal, yakni subordinasionisme. Kemudian hari, ajaran subordinasionisme digunakan kalangan pluralis untuk menyokong pendapat mereka. Tujuan artikel ini adalah menganalisa ajaran tersebut.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian theologia filosofika dengan pendekatan apologetika. Pendekatan apologetika yang digunakan adalah dengan apologetika presuposisional. Subordinasionisme dalam Allah Tritunggal sebenarnya tidak ada. Perbedaan yang terlihat dalam Allah Tritunggal sebenarnya hanya menyangkut fungsi tiga pribadi Allah yang berbeda-beda dalam hubungan dengan ciptaan (opera ad extra). Konsep subordinasi yang dikemukakan kaum pluralis sebenarnya hanyalah upaya untuk “menganulir” ajaran Kristen bahwa Allah Tritunggal yang esa itu terdiri dari tiga pribadi (hypostasis), yakni Allah Bapa, Allah Anak (yaitu Yesus Kristus), dan Allah Roh Kudus. Karena apabila Yesus Kristus dapat dibuktikan bukan Allah, maka itu berarti ajaran pluralisme mengenai adanya kebenaran dalam semua agama adalah benar, dan sebaliknya ajaran Kristen (ortodoksi) keliru. Pluralisme bukan sekedar konsep sosiologis, melainkan lebih merupakan “doktrin” theologis yang didasarkan pada relativisme yang bersumber pada pandangan dunia atomis, maupun pandangan oseanis, sedangkan keunikan dan finalitas Kristus dianggap sebagai sebuah mitos yang perlu ditinggalkan.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 37-48
Author(s):  
Rully M. Simorangki ◽  
Erastus Sabdono ◽  
Sugeng Santoso ◽  
Benaditus Siowardjaja

Pengajaran Yudaisme sering dipandang sebelah mata, seolah-olah sebagai suatu pengajaran yang tidak memiliki nilai-nilai yang baik sama sekali. Sedangkan pengajaran Yesus yang hari ini dikenal sebagai kekristenan menganggap dirinya sebagai pengajaran yang jauh lebih mulia daripada pengajaran Yudaisme. Sikap yang seperti itu adalah sikap intoleran, bahkan sombong. Sikap seperti itu membutakan mata banyak orang Kristen sehingga mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya Yudaisme mewariskan banyak kebenaran yang menjadi fondasi yang kuat bagi kekristenan. Bahkan sesungguhnya yang diajarkan oleh Yesus adalah Yudaisme. Kitab-kitab Yudaismelah yang memberikan pengharapan kepada orang Kristen hari ini tentang akan datangnya hari kemenangan Allah. Di mana nantinya setelah kemenangan itu, orang Kristen akan tinggal bersama dengan Allah. Kitab-kitab mereka pula yang pada akhirnya akan memperkenalkan kepada orang Kristen bahwa Yesus adalah Mesias, Yang Diurapi, yang penuh dengan Roh dan kerajaanNya akan berlangsung selamanya. Kajian ini menjawab pertanyaan : “Apakah memang benar bahwa pengajaran Yudaisme pasti berbeda dengan pengajaran Yesus? Apa saja kitab-kitab Yudaisme dan ajaran apa yang diwariskan?”


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1-18
Author(s):  
Tri Hananto ◽  
Erni M.C. Efruan

Penginjilan merupakan tindakan pelaksanaan Amanat Agung. Penginjilan selalu berkaitan erat dengan kemartiran. Setiap anak-anak Tuhan yang terlibat dalam penginjilan harus selalu siap dengan dampak yang diterima baik itu kesulitan, tantangan, penderitaan ataupun kematian. Martir identik dengan saksi. Martir Kristus berkaitan dengan tindakan dalam menjadi saksi Kristus baik dalam pewartaan maupun dalam sikap sehari-hari. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif mengenai kemartiran yang dialami oleh Rasul Paulus. Paulus bukan hanya berbicara tentang berita Injil kasih karunia, tetapi juga mengalami dampak dari pemberitaan Injil itu sendiri, masuk penjara, dianiaya bahkan sampai mati. Jadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemartiran penginjilan Rasul Paulus.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 19-36
Author(s):  
Judith Wangania ◽  
Jammes Juneidy Takaliuang
Keyword(s):  

Pertumbuhanan dan perkembangan karakter anak tidak terlepas dari tanggunjgawab orang tua dalam menerapkan pola asuh dalam keluarga dan juga pengajaran yang diberikan disekolah, termasuk sekolah minggu.  Orang tua sebagai penanggungjawab utama dari pertumbuhan dan karakter anak, maupun guru-guru sekolah minggu, sama berperan penting dalam pembentukan karakter anak.  Tetapi kenyataan yang terjadi adalah tidak adanya harmoni (Dishamorni) antara orang tua dan guru sekolah minggu.  Tidak adanya harmoni ini terlihat dari sikap acuhnya orang tua terhadap pengajaran sekolah minggu yang diterima oleh anak-anak mereka.  Disisi lain, kurangnya komunikasi guru-guru sekolah minggu dengan orang tua juga menjadi salah satu satu penyebab disharmoni.  Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh orang tua dengan pengajaran sekolah minggu, menentukan karakter anak usia dini berdasarkan nilai-nilai spiritual, menghasilkan model harmonisasi pola asuh orang tua dengan pembelajaran sekolah minggu pada pembentukan karakter anak usia dini berdasarkan nilai-nilai spiritual yang ada di GKPB Jemaat Galang Ning Sabda Cica Bali. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang Model Harmonisasi Pola Asuh Orang Tua dan Pengajaran Sekolah Minggu Terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Berdasarkan Nilai Spiritual di GKPB Galang Ning Jemaat Sabda Cica Bali. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa Model Harmonisasi antara Pola Asuh Orang Tua di rumah dengan Pengajaran sekolah minggu yang dapat diterapkan adalah model komunikasi, model kerja sama, model sharing of life dan model pertemuan rutin.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 20-39
Author(s):  
Manintiro Uling

Artikel ini memaparkan mengenai konsep monoteisme Trinitarian sebagai sebutan lain, dari doktrin Trinitas yang merupakan Theisme Kristen, sebagaimana yang diwahyukan Alkitab. Akan tetapi, pada kenyataannya pemahaman sebagian orang Kristen terhadap monoteisme Trinitarian seringkali tanpa disadari terjebak pada konsep henoteisme. Mengakui atau menyembah satu Allah, tetapi tidak menyangkali keberadaan allah-allah lain, sehingga muncullah klaim bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah yang unggul, daripada “allah-allah” lain. Itulah sebabnya pentingnya menegaskan kembali pemahaman monoteisme Trinitarian bagi setiap orang Kristen. Kajiannya akan menggunakan studi literatur Injili, berdiskusi dengan literatur dari non Injili untuk mengumpulkan berbagai data dari buku, dan jurnal yang relevan dengan topik yang dibahas. Ternyata monoteisme Trinitarian, bukanlah henoteisme. Henoteisme merupakan produk mitologi Yunani kuno, fenomena agama, tidak bersumber dari Alkitab dan bukanlah Allah sejati.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 95-112
Author(s):  
Fredi Purwanto ◽  
Rini Wulandari

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengeksplorasi kecerdasan spiritual yang didasarkan pada kebenaran Alkitab. Studi ini dapat dianggap sebagai sebuah signifikansi dari sudut pandang bahwa individu yang cerdas secara spiritual dapat dipengaruhi oleh faktor non-kognitif mereka. Studi ini dapat memunculkan fakta bahwa kelompok individu semacam itu memang ada. Dalam studi ini digunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode yang dipakai untuk meneliti sekelompok manusia yang berhubungan dengan kondisi atau situasi tertentu untuk memperoleh data sesuai dengan fakta saat ini. Metode deskrptif juga juga merupakan metode untuk mencari fakta dengan intepretasi yang tepat. Dalam kajian penulis, ditemukan bahwa kecerdasan spiritual sangatlah penting dalam keberadaan manusia.Pemecahan masalah dan aplikasi untuk pengambilan keputusan dan situasi kehidupan adalah indikator kecerdasan spiritual. Hal tersebut juga dibuktikan dengan perilaku yang memancarkan “buah Roh” dan sikap melayani. Pada akhirnya, tujuan dan ekspresi kecerdasan spiritual yang paling memuaskan adalah relasi yang penuh kasih dalam persekutuan dan dengan Tuhan.Penolakan untuk bersekutu dengan Tuhan memiliki efek menggelapkan hati dan pikiran. Ini menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual melibatkan lebih dari sekadar persepsi (ketajaman), refleksi, asimilasi, pemahaman, dan bahkan pengetahuan akan firman atau teologi. Hal-hal seperti berlatih disiplin rohani, menyelaraskan perilaku dengan pengetahuan, serta mengintegrasikan umpan balik dan pertobatan sebagai lingkaran pembelajaran yang kritis akan memaksimalkan kecerdasan spiritual. Roh Allah, sebagai Pribadi yang menyatakan kebenaran tentulah memiliki peran yang sangat sentral penting di sini. Selain itu, kepekaan untuk mengemban sebuah tanggung jawab dengan baik dikembangkan melalui refleksi pada panggilan Tuhan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document