Deskripsi Bahasa
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

57
(FIVE YEARS 34)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Gadjah Mada

2686-6110, 2615-7349

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Maria Miwita Rosari

Through conversation ones establish relationship with others and keep channels open for further relationships. Politeness strategies and issues have been the focus of a number of studies. The way ones request for something to others depends on some factors such as the context they are in and the interlocutors they talk to. This article aims at developing the latest discussion on politeness phenomena by paying attention to the specifics of Computer-Mediated Communication (CMC) settings specifically an online discussion forum. This article attempts to identify how speech act of request is performed in Top Law School (TLS) online discussion forum. The data were analyzed to observe the forms of speech act of request and the types of speech act of request performed in the online discussion forum. The findings of this paper revealed that the forms of speech act of request are expressed by declarative, interrogative, and imperative sentence. Moreover, the types of speech act of request employed by the users are directive, indirective, and literal speech acts. The writer believes that the study will be beneficial and a good reference for future researchers in conducting research on pragmatics under the same topic. Hopefully, it will enrich readers’ knowledge and understanding of the speech act of request and the politeness in CMC.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 84-94
Author(s):  
Fina Muhimah

Ellipsis atau pelesapan adalah hilangnya suatu unsur yang ada dalam suatu teks, dengan makna yang tetap sama karena sesungguhnya unsur yang hilang tafsirannya tetap berada dalam teks tersebut. Terdapat dua tipe ellipsis yaitu cohesive ellipsis dan incohesive ellipsis. Penelitian ini akan berfokus pada incohesive ellipsis dengan tujuan untuk mengetahui konstruksi pelesapan yang terjadi dalam kalimat berdasarkan praanggapan perspektif antar kalimat (intra-sentence). Penelitian ini akan mendeskripsikan incohesive ellipsis dalam percakapan proses psikoterapi yaitu dalam rekaman audiovisual berjudul Psychoanalytic Psychotherapy with Otto Kernberg, MD. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ellipsis melalui proses pelesapan pada unsur fungsi kalimat dengan menggunakan teori sintaksis dan referensi dari unsur yang mengalami pelesapan menggunakan teori pragmatik. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan analisis data menggunakan teksik sisip dan perluasan serta metode padan. Dari jumlah 862 klausa, ditemukan 110 data percakapan dengan proses ellipsis atau pelesapan. Penelitian ini menemukan dua tipe incohesive ellipsis yaitu textual ellipsis dan structural ellipsis. Data paling banyak ditemukan pada textual ellipsis dengan pelesapan pada unsur fungsi kalimat sebanyak 102 data dan, structural ellipsis sebanyak 8 data. Unsur fungsi kalimat yang dilesapkan yaitu subject (S), object (O) dan complement (C) serta gabungan dari beberapa satuan unsur fungsi kalimat membentuk satu rangkaian struktur yaitu S-P, P-S, S-P-O, S-P-C, dan S-P-A. Selanjutnya, reference text yang digunakan dalam data penelitian ini yaitu anaphoric ellipsis sebanyak 98 data dan cataphoric ellipsis sebanyak 3 data. Yang paling banyak mengalami pelesapan atau ellipsis adalah tipe textual ellipsis pada unsur fungsi kalimat subject-predicate (S-P) dengan total data 26 (23,6%) dari 110 data dengan bentuk acuan anaphoric ellipsis.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 21-29
Author(s):  
Hersy Ardianty A.

Toponimi merupakan fenomena bahasa yang terjadi sejak manusia ingin mengidentifikasi serta memberikan nama pada rupa bumi. Proses pemberian nama tersebut tidak bisa lepas dari aspek kebahasaan, lingkungan, maupun kondisi sosial-budaya masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan satuan kebahasaan, beserta latar belakang penamaan nama-nama desa di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilakukan dengan tiga tahapan meliputi, penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Penyediaan data dilakukan dengan metode simak dan wawancara. Data berupa nama-nama desa di Kabupaten Banjarnegara dikelompokkan berdasarkan satuan kebahasaan, selanjutnya ditelusuri latar belakang dibalik penamaan desanya. Hasil penelitian ini berupa satuan kebahasaan yang berwujud kata monomorfemis, kata polimorfemis berafiks meliputi sufiks, infiks dan prefiks, dan kata polimorfemis majemuk.  Adapun latar belakang penamaan diklasifikasikan berdasarkan makna yakni, aspek perwujudan meliputi wujud air, rupa bumi, dan tumbuhan; aspek kemasyarakatan meliputi harapan dan profesi; dan aspek kebudayaan berupa legenda. Selanjutnya, hasil analisis data disajikan dengan metode informal.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 37-46
Author(s):  
Arum Jayanti

Penelitian deskriptif eksploratif ini mencoba membahas bentuk satuan kebahasaan toponimi kampung di Njeron dan Njaban Beteng Keraton Yogyakarta, makna toponimi kampung di Njeron dan Njaban Beteng Keraton Yogyakarta, dan sistem penamaan kampung dan kaitannya dengan sejarah dan budaya Keraton Yogyakarta. Dari data penelitian nama kampung di Njeron dan Njaban Beteng Keraton Yogyakarta, ditemukan tiga hal: (1) bentuk satuan kebahasaan kampung di Njeron  dan Njaban Beteng Keraton Yogyakarta terdiri atas satu sampai tiga morfem, (2) afiksasi {-an}, {pa-/-an}, {ka-/-an}, {ng-}, dan {ng-/-an} melekat dalam penamaan kampung Njeron dan Njaban Beteng; (3) Ditemukan delapan pola toponimi kampung di Njeron Beteng Keraton Yogyakarta, yakni (a) Nama Pangeran/Putri/Bangsawan, (b) Keahlian Abdi Dalem, (c) Abdi Dalem Jabatan, (d) Abdi Dalem Kesatuan Prajurit, (e) Flora, (f) Bangunan, (g) Petilasan, dan (h) Rupabumi, dan lima belas pola toponimi kampung di Njaban Beteng Keraton Yogyakarta, yakni (a) Nama Pangeran/Putri/Bangsawan, (b) Nama Abdi Dalem, (c) Keahlian Abdi Dalem, (d) Abdi Dalem Jabatan (e) Abdi Dalem Kesatuan Prajurit, (f) Flora, (g) Petilasan, (h) Aktivitas, (i) Komunitas Etnis, (j) Pekerjaan Penduduk, (k) Benda Kerajinan, (l) Folkor, (m) Rupabumi, (n) Pola Permukiman, dan (o) Harapan.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 107-116
Author(s):  
Khairul Fajry

Penelitian dengan paradigma sosiolinguistik ini berfokus pada transformasi penamaan diri masyarakat Aceh yang dipengaruhi oleh unsur-unsur bahasa asing di era globalisasi. Ada banyak pendapat tentang globalisasi dan pengaruhnya terhadap budaya lokal termasuk dalam penamaan diri yang mengikuti tren westernization atau kebarat-baratan. Sebelumnya, nama Arab atau Quranic words telah melekat sejak agama islam datang ke nusantara dan telah menjadi penanda identitas bagi masyarakat muslim Aceh. Unsur bahasa asing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahasa Inggris dan bahasa-bahasa yang ada di benua Eropa. Penelitian ini mengambil 100 sampel data, data dianalisis menggunakan teknik pilah unsur penanda untuk menemukan unsur bahasa asing berupa fonem dan morfem. Hasil analisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel  dan penjelasan berupa deskripsi unsur bahasa. Dari hasil penelitian ditemukan sejumlah ortografi nama diri dengan unsur bahasa asing berupa penggunaan bentuk kata asing secara utuh, modifikasi nama diri dengan unsur bahasa asing, dan transliterasi nama Arab ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa asing lainnya. Selain itu, ditemukan pula nama-nama diri dengan unsur nama-nama tokoh muslim dan nama-nama tempat asing yang dikenal di dunia barat. Faktor pendukung transformasi nama diri pada masyarakat Aceh di antaranya disebabkan oleh pengaruh keadaan politik, perkembangan teknologi dan pengaruh budaya serta nama-nama yang berkaitan dengan peristiwa bersejarah tertentu. Di samping itu, terdapat perubahan sikap bahasa atau language attitute terhadap penggunaan unsur bahasa asing serta adanya stereotipe bahwa bahasa asing memiliki nilai yang lebih prestise dan futuristik dengan perkembangan zaman.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 67-75
Author(s):  
Dhaulika Febriana

Pengujaran secara langsung dan literal dapat menimbulkan ketersinggungan hati akibat adanya penggunaan isitilah-istilah yang dinggap kasar, sehingga eufemisme digunakan untuk mengganti istilah yang dianggap kasar menjadi istilah yang lebih halus dan dapat diterima dengan baik guna mengurangi dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Penelitian ini membahas tentang satuan ekspresi eufemisme yang terdapat dalam rubrik konsultasi psikologi PsyLine.id. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk dari eufemisme yang ada dalam rubrik konsultasi PsyLine.id, (2) menjelaskan jenis-jenis dari eufemisme yang ada dalam rubrik konsultasi PsyLine.id. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini yaitu semua ujaran atau kalimat yang mengandung makna eufemisme yang terdapat dalam rubrik konsultasi psikologi PsyLine.id. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dasar simak dan teknik lanjutan simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Hasil dari penelitian ini yaitu (1) bentuk satuan ekspresi eufemisme dalam rubrik konsultasi psikologi PsyLine.id. berupa kata, frasa dan kalimat. Eufemisme yang ditemukan pada tataran kata berupa kata sederhana, kata kompleks, kata majemuk dan kata singkatan, (2) jenis satuan ekspresi eufemisme yang terdapat dalam rubrik konsultasi psikologi PsyLine.id. adalah figurative expressions atau ekspresi figuratif, circumlocutions atau sirkumlokusi, acronyms atau akronim, general-for-specific atau bentuk umum untuk khusus, understatements atau pengecilan permasalahan, learned terms or technical jargons atau pemakaian istilah teknis, dan borrowing atau pemakaian istilah pinjaman dari bahasa lain.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 9-20
Author(s):  
Regi Fajar Subhan

Makalah ini mendeskripsikan konsep-konsep ranah sasaran yang terdapat dalam ayat-ayat metaforis berunsur anggota tubuh khususnya tangan. Metafora sering digunakan dalam upaya berbahasa yang dapat ditemukan dalam setiap bahasa di dunia, tak terkecuali dalam teks-teks keagamaan yang salah satunya ialah kitab suci Alquran. Metafora didefinisikan sebagai bentuk pemahaman satu ranah konsep melalui ranah konsep lain, atau dengan kata lain upaya pengongkretan konsep abstrak dalam berbahasa. Ranah sasaran merupakan wilayah yang abstrak dan menjadi sesuatu yang dituju dari metafora. Kitab Alquran merupakan kitab suci penganut agama Islam di seluruh dunia. Isi pesannya selain dinyatakan secara eksplisit juga ada yang dinyatakan secara implisit dengan menggunakan bentuk-bentuk kiasan. Salah satu bentuk tersebut dinyatakan melalui metafora dengan unsur anggota tubuh. Benda-benda yang melekat ditubuh menjadi sesuatu hal yang dekat dengan konsep pemikiran dan kognisi manusia. Dalam hal ini, “tangan” sebagai salah satu anggota tubuh memiliki peran dalam melakukan berbagai tindakan. Metodologi penelitian yang digunakan yakni kualitatif deskriptif, meliputi tiga tahap metode, di antaranya: peyediaan data, penganalisisan data, dan penyajian data. Teori metafora yang digunakan mengacu pada Lakof dan Johnson (1980; 2003), Kӧvecses (2010), dan Saeed (2016). Sumber utama data berasal dari kitab Alquran, sedangkan sumber pendukung ialah buku tafsir yang digunakan sebagai uji validitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa ranah sasaran metafora berunsur kata يَدٌ /yadun/ ‘tangan’ dalam Alquran terdiri dari: (1) ranah sasaran sifat, (2) ranah sasaran pemalsuan, (3) ranah sasaran pertanggungjawaban, (4) ranah sasaran kekuasaan, (5) ranah sasaran menahan emosi, (6) ranah sasaran meluapkan emosi (mencelakai), dan (7) ranah sasaran kerugian.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 76-83
Author(s):  
Nadhifa Indana Zulfa Rahman

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem penamaan tokoh yang disebutkan dalam Hikayat Raja Pasai sebagai perwujudan atas isu kontak bahasa yang dialami masyarakat Pasai pada masa itu. Metode penelitian yang dilakukan ada tiga tahap, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis, dan metode penyajian hasil analisis. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode simak bebas libat cakap dengan teknik lanjutan teknik catat. Metode analisis data dilakukan dengan metode padan referensial dan metode padan translasional. Selanjutnya, penyajian hasil analisis dilakukan dengan kata-kata biasa. Berdasarkan hasil analisis, dapat disebutkan bahwa sistem penamaan masyarakat Pasai di masa lalu merupakan dampak dari adanya kontak bahasa. Konstruksi bahasa yang digunakan dalam penamaan tokoh dalam Hikayat Raja Pasai ada beberapa model, yaitu 10 nama menggunakan BA, 14 nama tokoh menggunakan BM, dua nama menggunakan campuran BA dan BS, satu nama menggunakan campuran BA dan BT, tujuh nama menggunakan campuran BS dan BM, dua belas nama menggunakan campuran BA dan BM, satu nama menggunakan campuran BS dan BK, satu nama menggunakan campuran BA dan modifikasi BA ke BM, empat nama menggunakan campuran BM dan BK, satu nama menggunakan campuran BK dan modifikasi dari BA ke BM, satu nama menggunakan campuran BA dan perpaduan BH dan BA, satu nama menggunakan campuran BA dan perpaduan BM dan BA, satu nama menggunakan campuran BM dan modifikasi BA ke BM, satu nama menggunakan campuran BB dan BM, satu nama menggunakan campuran BK, BS, dan BM dan satu nama dengan menggunakan campuran BC dan BM.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 47-56
Author(s):  
Dewi Maryam
Keyword(s):  

Directive Speech Act sangat erat kaitannya dengan konteks, maksud penutur serta respon lawan tutur. Penerjemahan directive speech act berorientasi pada kesepadanan yang didasarkan pada tersampaikannya makna direktif tuturan tersebut. Namun, dalam proses penerjemahannya, penyelarasan pada teks sumber dilakukan. Hal ini berdampak pada makna dan fungsi yang bisa saja bergeser.  Dalam menerjemahkan directive speech act, deletion sering kali terjadi. Hal ini menimbulkan pergeseran dari aspek leksikal. Pada proses penerjemahan, deletion dilakukun untuk mengurangi satuan lingual supaya dapat sedekat mungkin dengan bahasa pada teks sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk deletion pada Directive Speech Act Film The Maze Runner beserta fungsinya. Data dikumpulkan melalui proses transkripsi, catat serta dianalisis secara kontekstual dengan bantuan tabel klasifikasi dan disajikan secara deskriptif dari perhitungan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 data yang mengandung strategi deletion pada terjemahannya, ditemukan 19 (63,3%) berada pada tataran kata, 1 (3,3%) berada pada tataran frasa dan 10 (33,3%) berada pada tataran kalimat. Deletion terjadi pada tataran kata hingga kalimat. Deletion memiliki fungsi dalam penerjemahan. Ditemukan beberapa fungsi deletion, yaitu simplifikasi, reduksi repetisi dan mengeliminasi satuan lingual yang tidak memiliki peran utama dalam tuturan direktif. Dengan ini, Deletion terjadi dalam penerjemahan untuk mencapai fungsi-fungsi tertentu supaya hasil terjemahan pada teks sasaran dapat menjadi sepadan tanpa mengurangi esensi utama dari fungsi direktif pada directive speech act.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 95-106
Author(s):  
Husnul Athiya
Keyword(s):  

Studi Linguistik Antropologis yang menjadikan nama makhluk supernatural sebagai objeknya menarik untuk diperbincangkan. Banyaknya folklore, urban legend, serta cerita fiksi tentang makhluk supernatural semakin memperkukuh eksistensinya dalam kebudayaan orang barat yang terkenal sangat rasional. Penelitian ini menginvestigasi nama-nama makhluk supernatural yang dikonstruksi oleh orang Amerika untuk melihat pandangan mereka tentang entitas tersebut. Sebanyak 40 data diperoleh dari hasil observasi non-partisipasi terhadap sejumlah dokumen tertulis seperti The Encyclopedia of Ghost and Spirit Third Edition yang disusun oleh Rosemary Ellen Guiley (2007) dan situs-situs yang relevan. Sejumlah data juga didapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa informan yang berasal dari Amerika. Data ini kemudian dianalisis berdasarkan klasifikasi jenis entitas dan referen namanya. Setelah dilakukan proses analisis, makhluk supernatural Amerika dapat dibagi ke dalam tiga jenis entitas yaitu spirit (1 nama), monster (13 nama), dan ghost (26 nama). Sementara referen namanya merujuk pada gender, tempat gentayangan, keadaan fisik, benda dan hewan. Dari hasil investigasi ini, dapat tergambar pandangan orang Amerika terhadap makhluk supernatural yang bersifat antroposentris, yakni memiliki identitas seperti manusia, memiliki gender dan juga anggota tubuh. Mereka juga meyakini bahwa makhluk supernatural dapat gentayangan di tempat-tempat tertentu, serta dapat menjelma menjadi bentuk yang beragam dan merasuki benda-benda di alam sekitar.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document