scholarly journals Mencintai Musuh : Bagian Pokok dalam Keutamaan Kristiani

Forum ◽  
2022 ◽  
Vol 50 (2) ◽  
pp. 131-150
Author(s):  
Galan Suswardana
Keyword(s):  

Mencintai musuh merupakan suatu ajaran radikal dari Yesus. Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya untuk tidak boleh membenci sesama siapapun itu. Tidak ada alasan untuk para pengikut-Nya untuk membenci sesama termasuk yang mengganggap musuh atau sebaliknya. Yesus mengajak pengikut-Nya untuk tidak menempuh jalan balas dendam terhadap mereka yang membenci dan memusuhi. Indentitas dari cinta sejatinya bukalah persoalan perasaan namun soal keputusan akal budi yang melahirkan sikap dan kehendak. Identitas musuh adalah manusia yang kehilangan nilai. Mencintai musuh dapat dimengerti sebagai bentuk termurni dari cinta akan sesama, karena hanya orang yang tidak mencari keuntungan pribadi yang dapat mencintai musuh (merujuk pada konsep teologi St. Thomas Aquinas). Ajaran mencintai musuh dijadikan sebuah keutamaan moral Kristiani. Makna terdalam mencintai musuh dalam ajaran Kristiani adalah mencintai musuh sebagai indentitas Kristiani dan mencintai musuh merupakan sikap ambil bagian dalam cinta agape ilahi sehingga dapat menghancurkan kejahatan dan memusnahkan permusuhan. Keutamaan mencintai musuh merupakan hal yang tidak mudah dilaksanakan dalam kehidupan nyata, namun tidak berarti keutamaan tersebut mustahil dilakukan. Banyak bukti nyata yang dapat kita temukan sebagai umat Kristiani bahwa ajaran mencintai musuh benar-benar dihidupi oleh beberapa tokoh kristiani dan umat beriman yang tangguh. Sejarah mencatat bahwa perjalanan Gereja Gereja sebagai umat Allah hampir selalu mengalami penindasan dan perlakuan yang tidak adil. Tidak sedikit para martir kudus Gereja harus mengorbankan dirinya untuk mempertahankan imannya. Inilah bukti yang paling nyata bahwa keutamaan untuk mengasihi musuh bukan hanya sebatas idealisme kristiani belaka. Tujuan ajaran mencintai musuh tidak dapat hanya berkisar pada perubahan diri kita, namun sekaligus juga dan terutama perubahan masyarakat. Perubahan demikian merupakan tugas umat kristiani yang tumbuh dari perintah mencintai musuh. Dengan keutamaan mengasihi musuh orang-orang Kristen akan menjadi pemutus lingkaran kebencian yang ada di dalam hati manusia. Maka penghanyatan keutaaman mencintai musuh adalah cara kita untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.

Moreana ◽  
2009 ◽  
Vol 46 (Number 176) (1) ◽  
pp. 49-64
Author(s):  
John F. Boyle

This is a study of the two letters of Thomas More to Nicholas Wilson writ-ten while the two men were imprisoned in the Tower of London. The Dialogue of Comfort against Tribulation illuminates the role of comfort and counsel in the two letters. An article of Thomas Aquinas’ Summa theologiae is used to probe More’s understanding of conscience in the letters.


Verbum ◽  
2004 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 357-368
Author(s):  
Dalia Marija Stancienė
Keyword(s):  

Verbum ◽  
2004 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 435-449
Author(s):  
Linus Kpalap
Keyword(s):  

2016 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 75-92
Author(s):  
Christian Schröer

An act-theoretical view on the profile of responsibility discourse shows in what sense not only all kinds of technical, pragmatic and moral reason, but also all kinds of religious motivation cannot justify a human action sufficiently without acknowledgment to three basic principles of human autonomy as supreme limiting conditions that are human dignity, sense, and justifiability. According to Thomas Aquinas human beings ultimately owe their moral autonomy to a divine creator. So this autonomy can be considered as an expression of secondary-cause autonomy and as the voice of God in the enlightened conscience.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document