Strategi Pengembangan Food Prenuer khas daerah di Destinasi Wisata lubuk linggau selama pandemic

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Arief marna Sonjaya
Keyword(s):  

Lubuk Linggau adalah salah satu kota setingkat kabupaten di Sumatera Selatan yang dipilih sebagai lokus penelitian karena pariwisatanya sedang dikembangkan, terutama tempat wisata Air Terjun Temam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah pelaku usaha dan jenis kuliner yang ditawarkan di destinasi wisata Kota Lubuk Linggau; mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan food preneur dalam pengembangan bisnis kuliner; dan menyusun strategi pengembangan food preneur di destinasi wisata Kota Lubuk Linggau. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan survei yang dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan teknik semi terstruktur. Data penelitian diambil melalui snow ball sampling dan diolah menggunakan analisis internal dan eksternal  SWOT (Strengthness, Weakness, Oportunities, Threatness). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pelaku usaha yang ada di sekitar daerah destinasi wisata Air Terjun Temam berjumlah 16 kios, tetapi karena pandemi yang beroperasi hanya 5 kios saja dengan makanan yang diwarkan berjenis makanan instan, bukan makanan khas daerah. Selain itu, berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal SWOT, dengan adanya kekurangan pedagang makanan khas, maka dapat dikatakan terdapat peluang besar untuk pengembangan food preneur di sekitar wilayah destinasi wisata tersebut. Namun,  dibutuhkan  sinergi  dan  kerja  sama  pemerintah  dan  pelaku  pariwisata untuk  proses pengembangan food preneur tersebut. Adapun strategi pengembangan food preneur berdasarkan hasil penelitian menggunakan SWOT, agar food preneur kuliner khas di sekitar wilayah destinasi dapat berkembang untuk menarik pengunjung atau wisatawan yang lebih banyak, khususnya di masa pasca pandemi atau di era new normal.   Kata kunci: Air Terjun Temam, Food preneur, Pengembangan, SWOT

2021 ◽  
Vol 51 (1) ◽  
pp. 5-7
Author(s):  
Jeremy Lewis ◽  
Seán Mc Auliffe ◽  
Kieran O'Sullivan ◽  
Peter O'Sullivan ◽  
Rod Whiteley
Keyword(s):  

2020 ◽  
Vol 57 ◽  
pp. 117-144
Author(s):  
Hyunchul Oh ◽  
Keyword(s):  

2020 ◽  
Vol 53 (1) ◽  
pp. 98-104
Author(s):  
Halima Krausen

In our plural society, interfaith marriages and multicultural families have become a new normal and are either considered problematic for the religious communities or welcomed as a contribution to a secular and more peaceful world. In the course of my work with European Muslims, I could accompany such families through a few generations. In this article, I am going to outline some typical challenges and crises in such relationships and their effects on young people growing up in mixed families, adding my observations of how they can be dealt with. Ultimately, there is a chance that, through dialogue, it provides a meaningful learning environment that prepares young people for the diverse reality of the world today.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document