Jurnal Silva Samalas
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

23
(FIVE YEARS 23)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LPPM IKIP Mataram

2776-7175, 2621-6779

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
Robi Dwi Permana ◽  
L L Suhirsan Masrilurrahman

Kopi merupakan tanaman komoditas perkebunan yang melimpah luas di Indonesia.Tanaman ini hidup subur didaerah dataran tinggi, yaitu diatas 700 meter dpl (diatas permukaan laut). Dengan potensi tersebut terdapat permasalahan utama pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu yang kurang memenuhi standar ekspor. Rendahnya produktivitas kopi antara lain disebabkan oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis baik kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian identifikasi tingkat kerusakan tanaman kopi yang disebabkan oleh hama di Desa Karang Sidemen yang merupakan salah satu sentra kopi di Pulau Lombok, khususnya Kabupaten Lombok Tengah. Metode penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan data primer dan sekunder. Analisis data primer diperoleh dari wawancara Kelompok Tani “Harapan Kita” dengan 3 Responden, Pengamatan Sampel Tanaman, dokumentasi. Sedangkan analisis data sekuder diperoleh dari studi literatur, seperti gambaran umum wilayah yang diperoleh dari arsip instansi setempat atau yang bersangkutan yaitu desa karang sidemen. Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat identifikasi tingkat kerusakan tanaman kopi disebabkan oleh hama yaitu penggerek batang, penggerek buah, kutu putih. Dengan tingkat kerusakan berdasarkan 3 kategori kerusakan yakni ringan 62 %, sedang 32%, berat 6 %. Kesimpulan identifikasi tingkat kerusakan tanaman kopi yaitu berupa kerusakan di batang, daun dan buah.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
R Azimi Wahid ◽  
Kemas Usman

Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Pengaruh Media Pembibitan Terhadap Pertumubuhan Bibit Jambu Mete (Anacardium occidentale L.). Metode yang digunakan dalam penelitaian ini adalah metode eksperimen, tehnik pengumpulan data dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lenkap (RAL). Penelitian ini dilakukan di Green house Peneliti di Sambleia, Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur. Hasil penelitian ini menunjukan pada pertumbuhan jambu mete pada perlakuan P3 (campuran tanah dan sekam) memberikan pola pertambahan tinggi batang pada minggu kedua sampai kedelapan tidak berbeda signifikan dan pada pertambahan jumlah daun pada minnggu 1,2,3,5,7,8 tidak berbeda signifikan.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
M Fauzi ◽  
Hafizah Nahlunnisa
Keyword(s):  

Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan berupa komposisi tanaman serta sistem agroforestri yang berada dikawasan hutan yang dikelola oleh kelompok HKm Gapoktan Mertesari di wilayah Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar. Metode yang digunakan adalah survei lahan dan wawancara terhadap kelompok Gapoktan Mertesari dengan pengambilan responden menggunakan metode random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komposisi tanaman yang berada dikawasan hutan yang dikelola oleh kelompok HKm Gapoktan Mertesari terdiri dari jenis kayu lokal seperti Ajan/Klicung, Rajumas, Klokos, Gaharu, Majagau yang tumbuh secara alami. Selain itu, untuk memperkaya keanekaragaman jenis tanaman dengan jenis tanaman kayu-kayuan seperti Sengon, Mahoni dan MPTs seperti Nangka, Mente dan Asam dengan prosentase tumbuh mencapai 80%. Pola agroforestry pada kawasan tersebut adalah multiple croping tanpa ada jarak tanam karena tanaman kehutanannya sudah rapat.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Abdul Sahid ◽  
Yulia Ratnaningsih
Keyword(s):  

Penelitian ini berjudul “Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ( HHBK) Kemiri (Aleurites moluccana) Dikawasan BKPH Tambora Kabupaten Bima” Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel Potensi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Kemiri danpen dapatan masyarakat dikawasan BKPH Tambora Kabupaten Bima. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dan wawancara. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan Kuisioner. Responden dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu berupa Kemiri di seputaran BKPH Tambora.Adapun variable yang di analisis yakni potensi hasil hutan bukan kayu (kemiri) dan pendapatan masyarakat. Analisis Data yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk pemanfaatan kemiri, pendapatan masyarakat dan analisis pemasaran di lokasi tempat dilaksanakan penelitian. Hasil analisis menunjukkan Masyarakat disekitar BKPH Tambora menganggap kemiri selain dari mata pecarian mereka, kemiri juga dimanfaatkan. Kemiri juga dikenal sebagai candlenut karena fungsinya sebagai bahan penerangan. Kegunaan kemiri sangat beragam. Bagian tanaman kemiri dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Batang, daunnya dapat digunakan sebagai obat tradisonal, tempurung bijinya digunakan untuk obat nyamuk bakar dan arang, sedangkan bijinya digunakan sebagai minyak rambut, bumbu masak, dan juga penghasil minyak.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Gregorius Jedaru ◽  
Raden Roro Narwastu Dwi Rita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kualitas pohon yang ada pada kawasan jalur hijau di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini di lakukan di jalur hijau yang ada di kota Mataram Nusa Tenggara Barat  penelitian ini di lakukan dengan metode sensus dan skoring  yang terdiri atas kesehatan pohon di hutan kota. Terdapat dua kriteria utama yang dinilai yaitu: kesehatan pohon dan teknis. Setiap faktor dari kedua kriteria tersebut dinilai dengan nilai 1-4 dengan tingkat penilaianya meliputi: sangat berat (nilai 4), berat (nilai 3), sedang (nilai 2), ringan (nilai 1). Untuk total keseluruhan kualitas pohon dari semua jenis pohon yang diempat kawasan jalur hijau tersebut dapat dilihat pada tabel dan diagram lingkaran 4.7.Kriteria kesehatan pohon dan kesehatan batang di empat kawasan jalur hijau ini persentase tertinggi terletak pada kerusakan ringan begitu juga pada kesehatan tajuk,  ini menandakan bahwa kualitas pohonnya  dapat dilihat dari kesehatan batang dan kesehatan tajuk memilliki kualitas yang baik. Kemudian  dilihat dari  kriteria penilaian teknis pohon, kondisi pohon juga aman terhadap lingkungan dan sekitarnya juga tidak membahayakan. Itu dapat dilihat dari persentase sangat ringan memiliki tingkat yang sangat tinggi dibandingkan kelas penilaian sangat berat,berat dan sedang. Dapat disimpulkan bahwa kelima kawasan jalur hijau diatas (jalan sriwijaya, jalan pejanggik, jalan ampenan, jalan amir hamsah) ditinjau dari kualitas kesehatan pohon dan tajuk memiliki kualitas yang sangat baik. Sedangkan bila dilihatdari segi teknis lingkungan antara pohon dengan daerah sekitarnya memiliki kualitas yang sangat baik pula.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Agustinus Romano S.M. Parera ◽  
Irna Ningsi Amalia Rachman

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekowisata Taman Wisata Alam Kerandangan Di Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Mengetahui evaluasi Potensi Ekowisata Taman Wisata Alam Kerandangan berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Analisis SWOT). Penelitian ini di laksanakan di Taman Wisata Alam Kerandangan, di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai bulan Januari 2020. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan data yang dikumpulkan diolah dalam analisis SWOT. Keanekaragaman potensi flora dan fauna serta keberadaan hutan yang masih alami dapat menjadi daya tarik tersendiri pada kawasan Ekowisata Taman Wisata Alam Kerandangan yang dapat dimanfaatkan berbagai paket kegiatan wisata alamnya yang menarik para wisatawan seperti menikmati air terjun Goa Walet dan air terjun Putri Kembar, berkemah, pengamatan kera hitam, pengamatan burung, menikmati penangkaran kupu kupu dan pendidikan alam bagi para siswa- siswi. Taman Wisata Alam Kerandangan memiliki kekuatan yang tidak ada pada kawasan lain sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat para wisatawan, dan kelemahan pada kawasan ini seperti Air Terjun Goa Walet dan Air Terjun Putri Kembar merupakan air terjun musiman, debit airnya besar ketika musim hujan dan kecil pada musim kemarau, serta peluang pada kawasan ini lokasinya yang sangat mudah di jangkau karena kondisi jalan menuju kawasan sangat mudah dan beraspal dan ancaman pada kawasan ini yaitu masih rendahnya kesadaran para wisatawan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Siti Zainab ◽  
Wayan Wangiyana

This study aimed to determine growth and yield of two varieties of peanut in a 2:2 replacement series intercropping system with black rice under aerobic irrigation system on raised-beds. The experiment, carried out on irrigated rice fields in South Kediri village (West Lombok, NTB) from May to August 2019, was arranged according to Split Split-Plot Design with three treatment factors, namely intercropping system as the main plots (T1: intercropping 2:2 rows between peanuts and black rice; T2: peanut monocrop), peanut varieties as the sub-plots (V1: Bison; V2: Hypoma-1 variety), and combinations of inorganic-organic-bio-fertilizers for black rice as the sub-sub-plots (P1: NPK fertilizer only; P2: NPK+Petroganik; P3: NPK+Petroganik+mycorrhiza bio-fertilizer). The intercropped peanut was fertilized only with 200 kg/ha Phonska (NPK). The results indicated that the most influencing treatment factors were intercropping systems and combinations of inorganic-organic-bio-fertilizers. However, there were significant two-factor-interactions, namely between varieties and intercropping systems on peanut leaf number, dry stover weight and dry filled-pod weight, and between intercropping systems and fertilizer combinations on seed yield and harvest index. Dry seed yields were not significantly different between varieties, but were higher under P3 (21.17 g/clump) or P2 (20.67 g/clump) compared to P1 (19.35 g/clump), while peanut intercropped with black rice resulted in higher seed yield (22.10 g/clump) than monocroped peanuts (18.69 g/clump). Based on the interaction between intercropping systems and fertilizer combinations, the highest seed yield was obtained in peanuts intercropped with black rice fertilized with NPK+organic+bio-fertilizer (23.65 g/clump) and the lowest average was in monocropped peanuts (17.87 g/clump).


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 27
Author(s):  
Rosa Martadiana ◽  
I Gde Adi Suryawan Wangiyana

Gyrinops versteegii merupakan spesies tanaman penghasilan gaharu endemik pulau Lombok. Komoditi ini merupakan salah satu jenis hasil hutan bukan kayu yang memiliki nilai jual tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi media tumbuh dan jenis biofertilizer terhadap pertumbuhan bibit gaharu (G. versteegii). Percobaan menggunakan Rancangan acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah komposisi media tumbuh (M1: tanah:pasir = 1:2, M2: tanah:pasir = 2:1). Faktor kedua adalah jenis Biofertilizer (B1:EM4, B2: FMA). Berdasarkan ANOVA, faktor jenis biofertilizer yang berpengaruh nyata terhadap tinggi batang bibit G. versteegii. Faktor komposisi media tumbuh tidak berpengaruh signifikan terhadap tinggi batang bibit G. versteegii begitu pula dengan interaksi antar faktor. Uji Beda Nyata Jujur mengkonfirmasi bahwa FMA mampu mendukung pertumbuhan bibit lebih baik dibandingkan dengan EM4. Dapat disimpulkan bahwa faktor jenis biofertilizer lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit gaharu dibandingkan dengan komposisi media tumbuh dengan kecenderungan FMA mampu mendukung pertumbuhan bibit G. versteegii secara optimal.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 76
Author(s):  
Arifin Arifin ◽  
Irna Ningsi Amalia Rachman

Penelitian ini di laksanakan di Kawasan Hutan Lindung KPHL Ampang Yang berlokasi di Desa Jotang Beru dengan tujuan : mengidentifikasi Jenis vegetasi tingkat pohon dan tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan lebah madu hutan. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini dalam teknik pengambilan data adalah dengan mengetahui dan mengidentifikasi jenis pakan lebah hutan yaitu berupa vegetasi jenis pohon dan tumbuhan bawah maka dilakukan dengan cara survey yaitu turun langsung ke hutan dan mendata jenis-jenis pakan lebah yang biasa disukainya. Kemudian untuk menganalisis data Jenis-jenis vegetasi yang di peroleh di tabulasi, dan di diskripsikan baik itu untuk vegetasi pohon maupun tumbuhan bawah. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut Identifikasi jenis Vegetasi yang di jumpai pada Lokasi Hutan Lindung Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPHL) Ampang ditemukan sebanyak 27 jenis vegetasi terdiri dari 11 Jenis adalah pada tingkat tiang dan 16 jenis pada tingkat tumbuhan bawah, yang termasuk jenis pakan lebah madu hutan (Apisdorsata). Di harapkan dari hasil penelitian ini ada upaya tindak lanjut dari pemerintah perlu upaya pelestarian jenis tanaman sebagai jenis pakan lebah madu hutan khususnya di Kawasan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Ampang


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 68
Author(s):  
I Gde Adi Suryawan Wangiyana

Aquilaria and Gyrinops are the primary agarwood producer on international trade. For authentication and standardization purposes, it is essential to carry DNA barcoding studies of these genera. DNA barcoding studies on plants need a database of several regions on the plant genome that could act as a barcoding marker. These DNA barcoding markers could be divided into Chloroplasts barcoding and Nuclear barcoding. Several markers have been used for DNA barcoding study of agarwood producer species, including trnL-trnF, matK, rbcL, rpoC1, ycf1 (Chloroplast barcoding), and ITS (Nuclear barcoding). This review breakdown the availability of those DNA barcoding markers on the online genebank database for Aquilaria and Gyrinops. Aquilaria genus has 12 species members, while Gyrinops genus has six species members. The sequence of region trnL-trnF is the only barcoding marker covering all 12 species members of Aquilaria and six species members of Gyrinops. Both ITS and matK have covered nine species among 12 total species members of Aquilaria. The rbcL, rpoC1, and ycf1, respectively, have covered eight, five, and four species members of Aquilaria. Most of the barcoding markers have covered three species members of Gyrinops except for ITS (5 species) and rpoC1 (1 species). However, Gyrinops members have no ycf1 sequence on genebank database. Based on sequence availability on the genebank database, it could be concluded that the trnL-trnF region is the most promising DNA barcoding marker for the Aquilaria and Gyrinops members especially for the phylogenetic analysis purpose.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document