Jurnal Energi Baru dan Terbarukan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

30
(FIVE YEARS 30)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Institute Of Research And Community Services Diponegoro University (LPPM UNDIP)

2722-6719, 2722-6719

2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 163-169
Author(s):  
Daniel Pasaribu ◽  
Endang Kusdiyantini

Limbah merupakan permasalahan yang cukup serius di dunia industri kelapa sawit dan berdampak merusak lingkungan. Sehingga ditemukan teknologi biogas untuk mengatasi limbah cair (POME) dan dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Teknologi tank reaktor cukup efektif dalam penanganan limbah cair (POME) untuk menghindari gas metan terlepas ke udara atmosfir. Pengembangan teknologi biogas di Indonesia terus dilakukan dari pendekatan skala besar dan kecil. Dari kapasitas produksi pabrik sebesar 30 ton/jam Tandan Buah Segar (TBS) dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar  1 MW dari PLT Biogas (PLTBg).



2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 154-162
Author(s):  
Agus Eko Setyono ◽  
Berkah Fajar Tamtomo Kiono

Arah kebijakan pengelolaan energi kedepan berpedoman pada paradigma baru untuk menciptakan lingkungan yang sehat melalui program energi bersih. Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia dalam kebijakannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) memiliki target pertumbuhan pangsa EBT yang cukup besar. Besaran pangsa EBT pada tahun 2025 dan 2050 masing masing sebesar 23% dan 31% dari total kebutuhan energi nasional. Akan tetapi sampai tahun 2020 realisasi pangsa EBT baru mencapai 11,31%. Dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat dan pertumbuhan EBT yang masih lamban, membuat ketergantungan kepada enegi fosil khususnya minyak dan gas bumi kemungkinan besar masih terus berlanjut. Selain itu jika dilihat dari proyeksi bauran energi Indonesia kedepan, energi migas akan tetap menjadi tumpuan utama baik berdasarkan skenario Business as Usual (BaU) maupun Current Policy (CP). Kebutuhan yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan cadangan dan produksi nasional yang semakin berkurang. Untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi migas kedepan banyak tantangan yang membutuhkan kebijakan dan strategi yang tepat, diantaranya yaitu bagaimana mengatasi semakin menurunnya produksi, yang disebabkan penurunan alamiah dari sumur-sumur tua dan rendahnya tingkat keberhasilan eksplorasi migas. Kemudian masalah infrastruktur migas yang belum terintegrasi sehingga membuat disparitas harga migas antar wilayah. Serta faktor ekonomi meliputi inflasi dan nilai tukar rupiah.



2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 144-153
Author(s):  
Jonius Christian Harefa ◽  
Udi Harmoko
Keyword(s):  

Geothermal merupakan potensi energi yang ramah lingkungan dan merupakan energi primer yang dapat diandalkan dikarenakan siklus pemanfaatannya yang sangat lama. Geothermal energi di Indonesia merupakan cadangan terbesar kedua di dunia. Akan tetapi, pemanfaatannya masih belum maksimal dikarenakan pemanfaatan energi di Indonesia masih di dominasi oleh energi berbahan bakar fosil dibandingkan dengan berbahan bakar non fosil. Transisi pemanfaatan energi dari energi fosil ke non fosil telah dituangkan dalam rencana umum energi nasional. Persentase penggunaan energi terbarukan diharapkan naik setiap tahun, sebaliknya energi fosil perlahan mulai ditinggalkan. Tantangan dalam pemanfaatan geothermal juga sangat besar. Nilai investasi yang sangat besar diawal dan tingkat resiko investasi yang sangat besar membuat investor mengkaji kembali secara matang untuk berinvestasi di sektor ini. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini melalui kementerian BUMN berencana membentuk Holding BUMN khusus Geothermal energi. Pembentukan Holding BUMN Geothermal diharapkan dapat memaksimalkan potensi “harta karun” Indonesia terbesar kedua di dunia ini. Teknologi geothermal saat ini juga sudah mendukung secara maksimal untuk teknologi combined cycle sehingga pemanfaatannya bisa dimaksimalkan. Holding BUMN merupakan langkah yang tepat untuk pemanfaatan potensi geothermal di Indonesia.



2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 133-143
Author(s):  
Hendra Ardi Kurniawan ◽  
Jaka Windarta

Seperti terlampir pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), peran EBT ditargetkan minimal sebesar 23% dari total kebutuhan energi pada Tahun 2025. Secara khusus, penelitian ini membahas mengenai pemantauan penyediaan kapasitas pembangkit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) guna untuk mendukung bauran energi sebesar 23%. Overview yang dilakukan melibatkan dua sumber data sebagai data sekunder yang berasal dari data pemodelan RUEN dan BPS. Pengumpulan data dilakukan yang kemudian dilanjutkan dengan perbandingan antara ketersediaan kapasitas aktual dengan pemodelan RUEN. Secara keseluruhan, pencapaian aktual penyediaan pembangkit PLTA memiliki gap sebesar 3% dari RUEN dimana Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan penyediaan kapasitas pembangkit tertinggi berdasaran RUEN sebesar 234,27 MW dari perencanaan 2,2 MW sedangkan Provinsi Aceh menunjukkan provinsi yang memiliki progres paling rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain yakni sebesar 2,64 MW dari perencanaan 128,4 MW. Studi lanjutan perlu dilakukan sebagai justifikasi dari setiap kemajuan dan/atau keterlambatan penyediaan yang disetiap wilayah sehingga dapat digunakan sebagai lesson learned untuk provinsi lain.



2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 123-132
Author(s):  
Handoko Bayu ◽  
Jaka Windarta

Ketergantungan terhadap sumber energi fosil sebagai bahan bakar pembangkit listrik masih mendominasi sebagian besar sistem pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Usaha dalam rangka mengurangi fosil sebagai bahan bakar pembangkit dan beralih menggunakan energi baru terbarukan diupayakan oleh pemerintah dengan diterbitkannya aturan mengenai Kebijakan Energi Nasional. Komitmen pemerintah dalam rangka mendukung Kebijakan Energi Nasional, tercapainya 23% penggunaan energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 diwujudkan dengan berbagai macam kebijakan maupun regulasi, salah satunya pada pengembangan PLTS di Indonesia. Adanya kepastian dan payung hukum pelaksanaan pengembangan PLTS diharapkan mampu memberi kesempatan seluas luasnya untuk memaksimalkan potensi energi surya yang ada di Indonesia. Regulasi dari sisi teknis maupun fiskal harus terus diperbarui untuk mendukung investasi pada pengembangan PLTS.



2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 144-122
Author(s):  
Anugrah Pratama Afin ◽  
Berkah Fajar Tamtomo Kiono

Sebagai salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia, Batubara berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Geologi Kementerian ESDM, potensi dan cadangan batubara sebesar 186 miliar ton yang ada di Indonesia dimana 52 persen berada di Pulau Sumatera , 47 persen berada di Pulau Kalimantan dan 1 persen berada di Pulau lainnya. Pada saat ini pemanfaatan sumber energi batubara juga semakin meningkat seiring dengan menurunya produksi minyak bumi. Maka saat ini banyak Industri yang mulai mengalihkan focus energi nya ke Batubara. Dewasa ini pemakaian batubara yang terbanyak adalah pada sektor pembangkit listrik, pabrik semen dan industri lainnya dimana hampir separuh konsumsi batubara domestik dipergunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Pemanfaatan batubara juga akan semakin dominan dengan adanya kebijakan energi nasional sementara itu produksi energi fosil yang lain seperti minyak bumi dan gas bumi mengalami penurunan akibat cadangan yang semakin menipis ditambah pula dari data bauran energi nasional masih didominasi oleh bahan bakar minyak maka bukan tidak mungkin harganya akan terus semakin meningkat oleh karena itu dengan potensi batubara yang ada untuk mulai dilakukan subtitusi dan diversifikasi terhadap bahan bakar minyak dan gas bumi menjadi menarik dikarenakan masih besarnya potensi batubara di Indonesia. Adapun teknologi yang digunakan yaitu diantaranya gasifikasi dimana teknologi ini mulai gencar dimulai maka dalam tulisan ini dicoba meninjau perkembangan gasifikasi serta pemanfaatan teknologi , kapasitas dan kondisi saat ini yang ada di Indonesia.



2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 101-113
Author(s):  
Mochammad Fa'iq Khasmadin ◽  
Udi Harmoko
Keyword(s):  

Potensi energi panas bumi yang dimiliki oleh Indonesia sangat besar dan pemanfaatannya belum optimal. Data dari Badan Geologi Kementrian ESDM menunjukkan bahwa potensi energi panas bumi di Indonesia mencapai 29,5 GW atau 40% dari potensi panas bumi di dunia. Pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia untuk dikonversikan menjadi energi listrik sebesar 1.189MW (tahun 2014). Keunggulan pemanfaatan energi panas bumi adalah energi bersih dan ramah lingkungan. Energi panas bumi mampu menggantikan pembangkit berbahan bakar batu bara ataupun gas. Upaya dalam pemanfaatan energi panas bumi adalah dengan melakukan pembangunan PLTP di area WKP yang memiliki potensi energi panas bumi yang besar salah satunya adalah WKP Patuha Ciwidey yang masih masuk dalam WKP Pangalengan. Saat ini Kapasitas pembangkit yang dibangkitkan adalah mencapai 1x60MW. Kajian dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan energi panas bumi di WKP Patuha Ciwidey. Teknologi yang digunakan pada PLTP Patuha Unit 1 adalah siklus uap kering (Direct Dry Steam Cycle) Fluida uap dialirkan secara langsung ke Turbin. Sistem konversi ini merupakan sistem konversi yang paling sederhana. Dalam kajian ini ditemukan bahwa secara lateral terdapat tiga reservoir di area Patuha yang saling terhubung diantara Kawah Putih Cibuni, dan Ciwidey yang dipisahkan oleh Sesar Normal Cimanggu sehingg memisahkan antara area reservoir Kawah Cibuni dan reservoir Kawah Putih, sedangkan sesar normal Cileulur memisahkan area reservoir Kawah Putih dan area reservoir Kawah Ciwidey. Sedangkan Kebutuhan uap yang digunakan dalam pembangkitan PLTP unit 1 Patuha yakni dengan inlet pressure 11 bar abs, tekanan kondensor 0.1 bar abs, dari hasil perhitungan diperkirakan unit 1 Patuha membutuhkan uap sekitar 370.8 ton/jam atau 103 kg/s dengan konsumsi uap rara-rata sebesar 6.75 ton/jam.MW. Dalam upaya menjaga dan mengembangkan pemanfaatan energi diperlukan perencanaan desain proyek seumur hidup long life sustainability, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, prediksi sumur, perencanaan steamfield, dan simulasi reservoir.



2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 84-100
Author(s):  
Bayu Prasetya Putra ◽  
Berkah Fajar Tamtomo Kiono

Produksi minyak dari sebuah reservoir secara alami pasti akan mengalami penurunan atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali. Kondisi tersebut tidak serta merta menggambarkan bahwa cadangan minyak dalam reservoir sudah habis. Jika hanya mengandalkan metode produksi primer (primery recovery) kemungkinan besar masih sangat banyak minyak yang tersisa di reservoir, untuk itu diperlukan metode produksi lanjutan untuk bisa menguras minyak yang masih banyak tersisa di reservoir. Metode Enhanced Oil Recovery (EOR) akan memberikan solusi pengurasan terhadap minyak yang masih ada didalam reservoir yang tidak dapat diambil dengan produksi primer. Namun untuk menerapkan metode EOR diperlukan pemilihan yang tepat sehingga didapatkan hasil yang optimum sesuai dengan biaya yang dikeluarkan



2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 74-83
Author(s):  
Jon Marjuni Kadang ◽  
Jaka Windarta

Teknologi Photovoltaic (PV) memberikan peluang menjanjikan pada energi terbarukan dan berkelanjutan dimana bersumber dari matahari yang tidak terbatas dibandingkan sumber energi fosil. Letak Indonesia sepanjang jalur khatulistiwa memberikan sumber energi matahari yang besar dengan intensitas rata-rata hingga 2.000 jam per tahun. Total intensitas penyinaran per hari dapat mencapai 4500 Watt hour/m2. Namun, pengembangan dan pemanfaatan PLTS PV belum optimal dan mengalami berbagai kendala. Pada kajian ini dibahas tentang PLTS PV terkait potensi pengembangan PLTS PV sebagai energi terbarukan serta optimasi pemanfaatan PLTS PV pada aspek sosial-ekonomi. Dan juga dilakukan evaluasi kendala serta mitigasi solusi yang dibutuhkan untuk peningkatan pemanfaatan PLTS PV terutama keekonomian PLTS PV yang mendukung upaya peningkatan rasio elektrifikasi khususnya pada daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) di Indonesia. Dari kajian diperoleh bahwa biaya investasi dan LCOE PLTS PV mengalami tren penurunan sehingga pengembangan PLTS PV menjadi semakin menarik secara keekonomian dan menguntungkan secara sosial pada daerah 3T sebagai solusi energi berkelanjutan di Indonesia.



2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 60-73
Author(s):  
Iwan Gunawan ◽  
Jaka Windarta ◽  
Udi Harmoko
Keyword(s):  

Energi panas bumi termasuk dalam jenis energi terbarukan sehingga ketersediaannya tidak terpengaruh oleh kurangnya sumber energi dan kenaikan harga minyak fosil. Panas bumi termasuk energi ramah lingkungan yang menjadi salah satu keuntungan energi panas bumi. Secara umum tidak semua negara memiliki potensi energi panas bumi, hanya negara-negara yang dilintasi cincin api yang memiliki sumber energi panas bumi. Indonesia sebagai salah satu negara yang menyimpan potensi panas bumi ditunjukkan dengan adanya 117 gunung berapi aktif yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Energi panas bumi Indonesia memiliki potensi dan diperkirakan sekitar 40% dari potensi energi panas bumi dunia atau sekitar 29.544 MW. Namun, hanya sekitar 7,2% atau sekitar 2130,7 MW ditahun 2019 yang dimanfaatkan sebagai energi listrik di dalam negeri. Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pemerintah berencana untuk meningkatkan bauran pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia sebesar 7,2 GW pada tahun 2025 dan 17,6 GW pada tahun 2050. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar dan 56% pembangkit listrik panas bumi yang terpasang pada saat ini berasal dari provinsi Jawa Barat. Berdasarkan road map pengembangan panas bumi sampai tahun 2025, dengan target 39.5% potensi panas bumi yang akan dikembangkan berada di provinsi Jawa Barat. 



Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document