PKn Progresif: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Kewarganegaraan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

41
(FIVE YEARS 23)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sebelas Maret

2621-1904, 1907-5332

Author(s):  
Raharjo Raharjo
Keyword(s):  

<p>Di Indonesia, perkembangan kurikulum dari masa ke masa terjadi begitu dinamis. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum PPKn di Indonesia dari mulai rentjana pelajaran 1947 sampai dengan yang terbaru mengenai kurikulum merdeka belajar 2020. Metode penelitian yang digunakan yaitu <em>library research.</em> Adapun hasil penelitian memaparkan bahwa di Indonesia terjadi perkembangan kurikulum yang sangat dinamis dari mulai awal merdeka diawali dengan kurikulum rentjana pelajaran 1947, kurikulum rentjana pelajaran terurai 1952, kurikulum rentjana pendidikan 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999, kurikulum 2004, kurikulum 2006, kurikulum 2013, dan yang terakhir sampai dengan saat ini ialah terkait dengan kurikulum merdeka belajar 2020. Bagi PPKn, secara normatif terjadi perkembangan yang cukup dinamis dalam nomenklatur, dalam perkembangan kurikulum sebelum nomenklatur yang terbaru saat ini PPKn, sebelumnya dikenal dengan berbagai nomenklatur seperti <em>Civics, </em>Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pendidikan Kewarganegaraan, dan kemudian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).</p><p> </p><p><strong>Kata kunci: </strong> kurikulum, PPKn, merdeka belajar</p>


Author(s):  
Dewi Gunawati

<p>Tulisan ini beranjak dari pencermatan destruksi lingkungan yang berbentuk kekeringan, banjir, penurunan muka air tanah yang terus mengalami peningkatan, kualitas penurunan air tanah,  kebutuhan air yang meningkat, kebakaran hutan yang terus berlangsung. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan seluruh makluk hidup. Krisis air memaksa manusia untuk meredefinisi ulang implementasi konsep keadilan antar generasi dalam pemanfaatan sumber daya alam. Krisis air memaksa munculnya sebuah gerakan masyarakat secara ” pentahelijk” untuk menemukan alternatif sumber air bagi kebutuhan hidup. Gerakan itu disebut dengan Gerakan Memanen  Hujan yang sudah eksis dan berkembang diberbagai daerah di Indonesia. Tujuan tulisan : Membangun sense of belonging masyarakat melalui pemanenan air hujan  dalam telaah ecologi citizenship. Metode pengumpulan data yang digunakan  adalah penelusuran data kepustakaan , yang didukung dengan dokumentasi, wawancara dan observasi. Sumber data adalah Pendiri dan pengurus Komunitas Pemanenan Air Hujan ”Banyu Bening” di Sleman. Pembahasan : Gerakan memanen air hujan  merupakan  kegiatan untuk menampung  air hujan, memanfaatakan secara maksimal,meresapkan kedalam tanah dan mengalirkannya kembali. Kegiatan ini merupakan salah satu alternatif dalam mitigasi lingkungan, dalam telaah  <em>Ecological Citizenship diistilahkan dengan “</em>memikirkan kewarganegaraan dengan cara-cara agak baru” yang dikaitkan dengan hak dan kewajiban warga negara dalam mencapai lingkungan yang bersih dan sehat.</p><p> </p><p><strong>Kata kunci: </strong> rekonstruksi, air hujan, ecologi.</p>


Author(s):  
Widya Noventari

<p>Pendidan memiliki tujuan pembentukan watak dan karakter bangsa. Pembentukan watak dan karakter bangsa diperloleh dari pengembangan asek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan pandangan hiduap suatu bangsa. Ki Hajar Dewantara sebagai tooh pendidikan di Indonesia melahirkan konsep pendidian yang disebut dengan istilah sistem among. Sistem among memiliki dua prinsip utama yakni menghargai kodrat alamiah anak dan dasar kemerdekaan serta berasaskan kekeluargaan untuk menyokong tumbuh kembang anak lahir dan batin tanpa perintah dan paksaan namun dengan tuntunan. Dua prinsip sistem among inilah yang kemudian melahirkan suatu konsepsi merdeka belajar. Konsepsi merdeka belajar dalam sistem among ini memberikan anak didik kemerdekaan sebanyak mungkin, meskipun demikian tetap harus diingat bahwa anak tidak dibenarkan apabila menggunakan itu sebebas mungkin dan melakukan segala sesuai sesuai kehendaknya dan seuka hatinya.</p><p> </p><p><strong>Kata kunci: </strong> merdeka belajar, sistem among, Ki Hajar Dewantara.</p>


Author(s):  
Dikdik Baehaqi Arif

<p>Secara tegas, di antara tujuan awal penyelenggaraan pendidikan nasional selain membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah membentuk manusia berakhlak mulia. Dalam konteks demikian, pendidikan kebangsaan yang dititipkan melalui pembelajaran PPKn dapat diselenggarakan dengan bersandar pada nilai-nilai budi/akhlak/ kebajikan utama warga negara. Hal itu sebagai ikhtiar untuk menjaga dan merawat rajutan kebangsaan Indonesia yang bersatu di atas dasar falsafah Pancasila dan dasar konstitusional UUD 1945. Menjadikan adab sebagai basis penguatan wawasan kebangsaan memerlukan komitmen dari seluruh komunitas akademik PPKn. Diperlukan kajian-kajian akademis pedagogis untuk praxis penyelenggaraan pendidikan kebangsaan yang berkemajuan agar misi pendidikan kebangsaan melalui PPKn menjadi bidang kajian yang kuat dan berkontribusi besar bagi penguatan akhlak utama warga negara demi terwujudnya cita-cita dan tujuan Indonesia berkemajuan.</p><p> </p><p>Kata kunci: pendidikan kebangsaan, PPKn, Indonesia berkemajuan, adab, akhlak, ta’dib, tarbiyah, ta’lim</p><p align="center"><strong> </strong></p>


Author(s):  
Erna Gesti Fadrusiana

<p>Komunitas Jaga Sesama adalah salah satu komunitas agama di Surakarta yang memiliki visi misi untuk menciptakan wadah bagi pemuda yang kesulitan mencari guru ngaji untuk dapat belajar agama. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran komunitas Jaga Sesama melalui kegiatan-kegiatannya terhadap penguatan sikap toleransi sehingga dapat mewujudkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan enam subjek penelitian yaitu anggota komunitas Jaga Sesama. Pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas Jaga Sesama melalui kegiatan Jaga Sesama (Belajar Mengaji Setiap Selasa Malam) dan Mbois (Membahas Obrolan Islami) memiliki peran terhadap penguatan sikap toleransi pemuda yang dibuktikan dari sikap mau menerima perbedaan latar belakang anggota, membantu anggota dalam belajar membaca al qur’an serta sholat, mau menerima perbedaan pendapat maupun perbedaan keyakinan dengan orang lain sehingga dapat mewujudkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.</p><p> </p><p>Kata kunci: peran, komunitas, sikap, toleransi, Ketuhanan Yang Maha Esa</p>


Author(s):  
Armaidy Armawi

<p>Informasi sudah menjadi suatu kebutuhan utama bagi warga negara, namun fenomenanya ialah tidak semua informasi yang beredar di masyarakat ialah fakta, bisa jadi baru opini, atau bahkan suatu informasi yang tidak benar. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak positif dan negatif di masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses pendidikan karakter berbasis Pancasila di era digital. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dan termasuk jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter berbasis Pancasila di era digital di HMP Demokratia PPKn FKIP UNS, Surakarta dilakukan dengan kegiatan peningkatan literasi mahasiswa melalui berbagai kegiatan seperti seminar, FGD, dan kelas kebangsaan. Adapun proses mereduksi informasi hoax dilakukan dengan cara cross check information, dan pendidikan karakter yang dilakukan melalui diskusi publik dengan dewan dosen. Literasi warga negara dalam hal berkewarganegaraan umumnya di dunia nyata, khususnya di dunia maya, sangat perlu diperhatikan. Salah satu cara membangun literasi kewarganegaraan tersebut melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila baik dalam kehidupan nyata maupun kehidupan maya yang pada saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan warganegara. Kemampuan literasi teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan masyarakat dalam rangka menghadapi kemajuan era digital saat ini. Dengan literasi saja tidak cukup, untuk itu negara perlu memperkuat dengan nilai-nilai yang sudah dibangun sejak lama yaitu nilai-nilai Pancasila. Negara perlu memastikan bahwa nilai-nilai tersebut dipraktikkan untuk mencegah hal-hal yang dapat merugikan masyarakat pada umumnya.</p><p><strong>Kata kunci: </strong> Reduksi, Informasi Hoax, Pendidikan Karakter Pancasila.</p>


Author(s):  
Anis Suryaningsih
Keyword(s):  

<p>Pandemi COVID-19 membuat berbagai sektor dalam negeri mengalami kesulitan. Satu permasalahan nyata yaitu maraknya <em>hoax </em>seputar kasus-kasus COVID-19 yang meresahkan warga masyarakat. Maraknya <em>hoax </em>yang menyebar luas membuat masyarakat luas mengalami panik dan cemas berlebihan, yang berujung pada permasalahan menurunnya tingkat kesehatan dan meningkatnya tingkat kriminal. Bertolak dari permasalahan tersebut dipandang perlu meningkatkan <em>civic literacy</em> bagi warga agar berwawasan Pancasila dalam menyikapi kasus <em>hoax</em> yang semakin banyak merebak. <em>Civic literacy</em> atau ‘melek kewarganegaran’ merupakan pengetahuan dan kemampuan untuk berpatisipasi secara efektif dalam hidup berkewarganegaraan seperti mengetahui bagaimana untuk tetap selalu <em>update</em> dalam menerima informasi, memahami pemerintahan serta mengetahui bagaimana menggunakan hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat baik pada tingkat lokal, provinsi, nasional dan bahkan global. <em>Civic literacy</em> bagi warga Negara Indonesia yaitu paham dan sadar bahwa dasar negara Indonesia adalah Pancasila.  Warga yang paham dan mampu mengamalkan sila-sila dalam Pancasila membuat mereka bersikap lebih mawas diri dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini.</p><p> </p><p>Kata Kunci: <em>civic literacy, Pancasila, COVID-19</em></p>


Author(s):  
Esti Murniasih ◽  
Mohammad Muchtarom ◽  
Triyanto Triyanto

<p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) </em><em>penguatan kesadaran berkonstitusi di SMA Negeri 1 Simo melalui kegiatan ekstrakurikuler “LCC 4 Pilar”</em><em>; 2)  </em><em>faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menguatkan kesadaran berkonstitusi pada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler “LCC 4 Pilar”</em><em>. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.</em></p><p><em>Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, </em><em>dan </em><em>studi dokumen. Pengujian validitas data menggunakan model analisis triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.</em></p><p><em>Kesimpulan hasil penelitian: 1) </em><em>Penguatan kesadaran berkonstitusi di SMA Negeri Simo melalui ekstrakurikuler “LCC 4 Pilar” dilakukan dengan kegiatan a) Menghafal  Pasal-pasal dalam UUD NRI tahun 1945 sebagai sarana untuk memahami norma-norma dasar dalam konstitusi dan mengimplementasikan isi dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. b) Musyawarah untuk menetapkan target hafalan sebagai sarana untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Ekstrakurikuler. c) Outbond dan Mengikuti kompetisi sebagai sarana dalam rangka berpartisipasi mengisi kemerdekaan sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang siswa.</em><em> 2)</em><em> Faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah a) </em><em>motivasi atau dorongan yang kuat dalam diri siswa,</em><em> b) Komitmen dan rasa kekeluargaan yang sudah ditanamkan sejak pertama kalimasuk ekstrakurikuler, c) dukungan finansial ketika akan menghadapi lomba, d) sarana dan prasarana yang memadai, e) buku-buku materi yang memadai, f) dukungan motivasi yang didatangkan dari para alumni, mentor/pelatih yang kompeten. Faktor penghambat dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah a) kegiatan yang cenderung membosankan, b) </em><em>pengelolaan kegiatan cenderung kurang terkoordinir dan belum memiliki dokumentasi yang sistemasis, c) </em><em>waktu ekstrakurikuler yang cenderung pendek</em></p><p><em> </em></p><p><em>Kata Kunci: </em><em> kesadaran berkonstitusi</em><em>, </em><em>Ekstrakurikuler “LCC 4 Pilar”</em></p>


Author(s):  
Faizah Nur Diana ◽  
Winarno Winarno ◽  
Mohammad Muchtarom

<p>Tujuan Penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui implementasi penguatan karakter kewarganegaraan di SMP Murni 1 Surakarta melalui pembelajaran PPKn dan (2) Mengetahui hambatan dalam proses penguatan karakter kewarganegaraan di SMP Murni 1 Surakarta melaui pembelajaran PPKn. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian ini tidak membuktikan atau menolak suatu hipotesis akan tetapi data yang diolah di deskriptifkan dan lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu <em>purposive sampling</em>. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data yaitu triangulasi data dan metode. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model Milles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Guru merancang RPP dengan memasukkan nilai-nilai karakter dalampembelajaran PPKn sebagai bentuk penguatan karakter kewarganegaraan, melakukan penguatan secara verbal dan non verbal baik dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, melakukan <em>home visit </em>untuk melihat lingkungan sekitar peserta didik, (2) Hambatan yang dihadapi oleh guru yaitu tidak adanya dukungan dari orang tua karena tidak memperdulikan perkembangan peserta didik, faktor ekonomi keluarga yang membuat peserta didik mempunyai sifat mudah membangkang karena keinginannya tidak terpenuhi, lingkungan tenpat tinggal peserta didik yang terkesan lingkungan kurang baik, dan peserta didik yang tidak kondusif pada saat pembelajaran di kelas.</p><p> </p><p><strong>Kata kunci: </strong>penguatan, karakter kewarganegaraan, pembelajaran</p><strong><br clear="all" /></strong>


Author(s):  
Herawang Dwi Siswantoko ◽  
Machmud Al Rasyid ◽  
Wijianto Wijianto

<p>Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui : 1) kompetensi pedagogik guru PPKn dalam memilih materi pembelajaran KD 3.3 “memahami tata urutan peraturan perundang-undangan dalam sistem hukum nasional di Indonesia” yang terkait dengan tujuan pembelajaran; dan 2) kompetensi pedagogik guru PPKn dalam memilih materi pembelajaran KD 3.3 “memahami tata urutan peraturan perundang-undangan dalam sistem hukum nasional di Indonesia” yang terkait dengan pengalaman belajar.</p><p>Merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumen. Pengujian validitas data menggunakan model analisis triangulasi data dan metode. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.</p><p>Simpulan hasil penelitian: 1) Guru PPKn di SMP Negeri 20 Purworejo belum memiliki kompetensi pedagogik dalam memilih materi pembelajaran KD 3.3 “memahami tata urutan peraturan perundang-undangan dalam sistem hukum nasional di Indonesia” yang terkait dengan tujuan pembelajaran, dikarenakan : a) Indikator pembelajaran yang dibuat tidak sesuai dengan tuntutan KD 3.3. b) Pengidentifikasian jenis materi pembelajaran tidak sesuai dengan kebutuhan KD 3.3, dikarenakan guru belum mampu menempatkan jenis materi konseptual sesuai dengan kebutuhan pengetahuan prasyarat, inti dan pengayaan, dan c) Belum memiliki kemampuan menyeleksi materi pembelajaran yang sesuai kebutuhannya. 2) Guru juga belum memiliki kompetensi pedagogik dalam memilih materi pembelajaran dari KD 3.3tersebut terkait dengan pengalaman belajar, dikarenakan guru belum mampu membedakan jenis pengalaman belajar yang sesuai terhadap materi bertujuan meretensi pengetahuan dan materi bertujuan mentrasfer pengetahuan.</p><p> </p><p>Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik, Memilih materi, Pengalaman belajar, dan Tujuan pembelajaran</p><p> </p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document