civic literacy
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

107
(FIVE YEARS 35)

H-INDEX

4
(FIVE YEARS 1)

Author(s):  
Tyrone O. Gil Jr. ◽  
Luis Lorenzo B. Domingo

Assessment in the zenith of the COVID-19 pandemic challenges the teacher’s administration of assessment and evaluation tools to identify learners’ pace in self-learning. This study examined elementary social studies teachers’ assessment tools and practices during the closing of schools and the zenith of distance learning through SLMs. Using content analysis, the researchers examined the SLMs (SLM) and the Most Essential Learning Competencies (MELCs) as the components of the emergency curriculum. The findings exposed the exquisite adaptation of conventional assessment tools among the types of assessment manifested in the SLM. Monitoring and feedbacking, reporting students’ ratings, and authenticity of students’ work were the common problems encountered by teaches. The researchers recommended the utilization of alternative assessment tools to better address the dynamics of civic literacy and flexible appraisal of student achievement. Using technology for assessment will also enhance the delivery of assessment instructions and easiness in validating students’ work.


2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 83-88
Author(s):  
Hikmawati Hikmawati ◽  
Kadek Indah Widya Sari ◽  
Maziya Malkan ◽  
Talitha Gita Andani ◽  
Faradilla Ngesti Habibah

The basic literacy that must be possessed by someone to be able to compete in the 21st century is literacy, numeric literacy, scientific literacy, digital literacy, financial literacy, and cultural and civic literacy. This community service activity aims to develop digital literacy for teachers and students through the Teaching Campus program at SMPN 19 Mataram. The Teaching Campus Program is one of the implementations of the Independent Campus Policy which is beneficial for students. This community service activity at SMPN 19 Mataram was carried out from August 4, 2021 to September 25, 2021. The method of activity consisted of four stages each week, namely: planning weekly activities with the team, carrying out weekly activity plans, analyzing weekly activities, making improvement plans and follow-up. The form of digital literacy development activities is that students help teachers and students in implementing technology, information and communication (ICT) based learning. Students help teachers and students in optimizing the use of various digital applications, namely WhatsApp, Zoom Meeting, Google Meet, Google Drive, and Google Form. Students also assist teachers in preparing teaching materials in the form of power point media (ppt) and learning videos. Thus, the Campus Teaching program is beneficial for students to gain hands-on experience in the field of becoming professional teachers, teachers and students also gain information and skills in using various digital technologies as a provision to face global competition in the 21st century


2021 ◽  
Author(s):  
Kendra Camilla Besariani ◽  
Moses Glorino Rumambo Pandin

The Development of globalization and the flow of modernization has occurred for a very long time, and it cannot be denied that there is a huge impact, The form of negative impacts that over time began to show is the spirit of nationalism and patriotism of the Indonesians. Especially for the millennials. Many Indonesian millennials began to show a hedonistic and apathetic lifestyle that is becoming common among the Indonesian millennials generation. This lifestyle tends to be materialistic and individualistic which is a contrast to the basic values and principles of the Indonesians, that is the Pancasila. Apart from basic values, other aspects of traditional Indonesian culture have also been displaced and replaced by western culture. Aspects of basic values and culture that are increasingly being displaced indicate a decline in the spirit of nationalism and patriotism of the millennial generation. and eventually, moral degradation occurs. Some of the supporting factors that cause moral degradation are cybercrimes. Forms of the moral degradation of the millennials can be suppressed by increasing cultural and civic literacy, social media literacy, direct implementation of Pancasila values in daily life, improving the quality of civic lessons, as well as the cooperation between parents and teachers to instill civic values and moral values to children.


2021 ◽  
Vol 31 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Armaidy Armawi ◽  
Raharjo Raharjo

ABSTRACTThis study aims to find out and evaluate the process of civic literacy socialization to establish the ethics of young citizens and the implications towards personal resilience in Surakarta and formulating the socialization model of civic literacy as a form of citizenship education.This research was conducted in Surakarta with the target of community conducting citizenship education activities. This research used field research with descriptive qualitative approach which describes citizenship education practice which is done informally in socialization of civic literacy activities. The results showed that the socialization of civic literacy was done informally with habituation, development, and learning which was done continuously and had the objective to form the ethics of citizens with the perspective of personal resilience. This research also produces a model of civic literacy as a planning in the learning process which contains information about how to be an ethical citizen, understand the rights and obligations, have a sense of responsibility and nationalism that is implemented in the life of society, nation and state.ABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengevaluasi proses sosialisasi civic literacy dalam pembentukan etika warganegara muda di Kota Surakarta serta merumuskan model sosialisasi civic literacy sebagai bentuk pendidikan kewarganegaraan kemasyarakatan (citizenship education).Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta dengan sasaran komunitas yang melakukan kegiatan sosialisasi materi kewarganegaraan di lingkungan masyarakat. Penelitian merupakan penelitian lapangan berupa pendekatan kualitatif deskriptif yang mendeskripsikan praktik citizenship education,  dilakukan secara informal di masyarakat berupa kegiatan sosialisasi civic literacy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi civic literacy dilakukan secara informal dengan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran secara berkelanjutan memiliki tujuan untuk membentuk etika warganegara berperspektif ketahanan pribadi. Penelitian ini juga menghasilkan suatu model civic literacy sebagai perencanaan dalam proses pembelajaran yang berisi informasi tentang bagaimana menjadi warganegara yang beretika, paham hak dan kewajibannya, memiliki rasa tanggungjawab dan rasa cinta tanah air yang diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


2021 ◽  
Vol 31 (1) ◽  
Author(s):  
Redaksi Jurnal Filsafat

Pembaca Yang Budiman,Jurnal Filsafat Volume 31 Nomor 1 Februari 2021 menyajikan enam artikel dengan tema beragam. Artikel pertama ditulis oleh Armaidy Armawi dan Raharjo yang berjudul “Evaluasi Program Sosialisasi Civic Literacy dalam Pembentukan Etika Warganegara Muda”. Dalam artikel ini  Armaidy Armawi dan Raharjo menunjukkan bahwa sosialisasi civic literacy dilakukan secara informal dengan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran secara berkelanjutan memiliki tujuan untuk membentuk etika warganegara berperspektif ketahanan pribadi. Sebagai hasil kajiannya, kedua penulis menawarkan suatu model civic literacy sebagai perencanaan dalam proses pembelajaran yang berisi informasi tentang bagaimana menjadi warganegara yang beretika, paham hak dan kewajibannya, memiliki rasa tanggung jawab dan rasa cinta tanah air yang diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Artikel kedua berjudul “Panic Buying: Konsumerisme Masyarakat Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19 Perspektif Psikoanalisis Jacques Lacan”, yang ditulis oleh Astrid Veranita Indah dan Awal Muqsith. Menurut kedua penulis, perkembangan teknologi di era kontemporer menimbulkan berbagai masalah krisis kemanusiaan, yang salah satu penyebabnya adalah perkembangan ideologi, teknologi, dan sains kapitalis yang terlalu pesat. Pembelian massal dalam kurun waktu singkat di tengah pandemi Covid-19 membuat subjek mengonsumsi barang yang tidak dibutuhkan. Subjek mengalami perpecahan dalam memahami kenyataan. Psikoanalisis Lacan menjadi penting dalam memahami gaya hidup masyarakat konsumerisme di tengah pandemi Covid-19. Trilogi Lacan mampu menganalisis manusia sebagai subjek. Kedua penulis menyimpulkan bahwa subjek yang saat ini hadir adalah subjek dalam interaksi dengan realitas murni yang diterjemahkan ke dalam kode simbolis. Subjek yang mencari kebahagiaan dengan keinginan untuk menjadi orang lain dan untuk menenangkan kecemasan dalam ketidakstabilan keadaan. Subjek menganggap pembelian panik adalah jawaban atas gejala kecemasan di tengah pandemi Covid-19.Penulis selanjutnya, Dian Agung Wicaksono, menyajikan artikel berjudul “Penormaan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Indonesia Ditinjau Dari Ajaran Teologi Hukum Thomas Aquinas. Menurut Wicaksono,  justifikasi penormaan substansi hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia memiliki pijakan yang kuat karena tertuang dalam Pancasila Sila “Ketuhanan yang Maha Esa” dan Pasal 29 UUD NRI Tahun 1945. Adapun penormaan substansi hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia bila ditinjau dari ajaran teologi hukum Thomas Aquinas menunjukkan bahwa penormaan substansi hukum Islam dalam peraturan perundang-undangan tidak serta merta menurunkan derajat hukum Islam, karena penuangan substansi hukum Islam dalam peraturan perundang-undangan tidak kemudian mentransformasikan lex aeterna menjadi lex humana.Artikel keempat, berjudul “Runtuhnya Marxisme-Leninisme di Uni Soviet dalam Teori Ashabiyah Ibnu Khaldun”, ditulis oleh Emil Dwi Febrian, Susanto, dan Sri Kusumo Habsari. Artikel ini menyimpulkan bahwa runtuhnya Marxisme-Leninisme di Uni Soviet dikarenakan pendogmaan terhadap ajaran filosofis ini yang dilakukan untuk menciptakan hak istimewa Partai Komunis yang menjadi rezim otoriter, yang akhirnya dianggap tidak relevan dan ditentang oleh masyarakat. Otoritarianisme di Uni Soviet terjadi karena eksklusivisme dan kultus. Simpulan lainnya, bahwa otoritarianisme bisa terjadi di negara non-komunis, termasuk Indonesia di era Orde Baru, hal ini menunjukkan bahwa bukan ideologi yang berpengaruh dalam terciptanya rezim otoriter, tetapi praktik politik di negara tersebut.Penulis kelima,  Kosmas Sobon dan Timoteus Ata Leu Ehaq, menghadirkan artikel berjudul “Implikasi Etika Solidaritas Knud Ejler Løgstrup terhadap Korban Virus Covid-19 di Indonesia”. Dalam kajiannya, Kosmas Sobon dan Timoteus Ata Leu Ehaq, menunjukkan bahwa pemikiran solidaritas Løgstrup menjadi dasar untuk solider terhadap korban Covid-19, solidaritas atas korban Covid-19 bukan sekedar perasaan, tidak bersifat normatif, selalu bersifat asimetris, sebuah fenomena moral dan ciri khas dari cinta.Artikel terakhir, keenam, berjudul “Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya d Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0)”, oleh  Muhammad Rijal Fadli.  Menurut  Fadli, filsafat dan ilmu pengetahuan sangat diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai dengan menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab, dengan mempelajari filsafat, para ilmuwan diharapkan akan dapat menyadari atas keterbatasan dirinya agar tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Counter discourse terhadap perkembangan IPTEK tidak dapat dilakukan, melainkan untuk dapat mengurangi dampak negatif dari adanya teknologi itu sendiri. Sementara itu, era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 memiliki karakter kelompok masyarakatnya heterogen, sehingga menyebabkan timbul masalah-masalah sangat kompleks yang terkait berkembangnya teknologi dan dapat mengubah pola pikir kehidupan manusia ke pola kehidupan yang lebih canggih dengan tenaga teknologi seperti robot dan internet. Penulis artikel meyakini, bahwa  keilmuan yang dijadikan sebagai tonggak aksiologis dalam mengarahkan, mengendalikan perkembangan IPTEK secara positif untuk kepentingan umat manusia dan lingkungannya adalah filsafat dan ilmu pengetahuan {ESHA}. 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 13-26
Author(s):  
Moh. Farizqo Irvan ◽  
Feylosofia Putri Agry ◽  
Habibullah Habibullah

Perkembangan era revolusi indusri 4.0 menuntut dihasilkannya sumber daya manusia yang berkualitas tanpa mengesampingkan individu sebagai good citizen. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengembangkan dan mengetahui keefektifan media kartu remi Pancasila dalam meningkatkan kemampuan civic literacy siswa sekolah dasar. Jenis penelitian ini merupakan research and development (R&D) tipe ADDIE. Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas II SD Negeri Tambakaji 03 Kota Semarang yang berjumlah 64 siswa dengan sampel yaitu 32 siswa yang ditentukan melalui teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, skala, angket, dan tes. Data kelayakan media kartu remi pancasila dianalisis secara deskriptif dan kemampuan civic literacy siswa dianalisis menggunakan uji-t dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media Rensla dinilai sangat layak oleh ahli media dan materi dengan skor kelayakan sebesar 85 dan 88. Selain itu, media kartu Rensla juga efektif dalam meningkatkan civic literacy siswa yang dibuktikan melalui hasil uji-t dependen dengan p-value 0.000 < 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media kartu Rensla yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam meningkatkan civic literacy siswa sekolah dasar.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document