Desa-Kota
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

48
(FIVE YEARS 48)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sebelas Maret

2656-5528

Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Rufia Andisetyana Putri ◽  
Erma Fitria Rini ◽  
Murtanti Jani Rahayu ◽  
Winny Astuti ◽  
Paramita Rahayu ◽  
...  
Keyword(s):  

<p align="left"><em>Tampilan digital data pemanfaatan ruang berbasis sistem informasi geografis (SIG) memungkinkan peningkatan efisiensi proses penyimpanan, pembaharuan, dan akses ulang data. Hal ini mendukung optimalisasi tugas aparat kelurahan dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Tujuan artikel ini adalah menemukenali peran pemetaan potensi pemanfaatan ruang kelurahan berbasis SIG dalam penyelenggaraan pelayanan publik kelurahan. Tujuan ini dicapai melalui 2 tahapan, yakni (1) pemetaan potensi pemanfaatan ruang kelurahan berbasis sistem informasi geografis, dan (2) analisis peran pemetaan potensi pemanfaatan ruang kelurahan berbasis SIG dalam penyelenggaraan pelayanan publik kelurahan. Metode penelitian adalah studi kasus, dengan teknik analisis spasial menggunakan software ArcGIS, serta teknik deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa peta pemanfaatan ruang berbasis SIG memuat informasi spasial berupa lokasi, sebaran dan luasan tiap fungsi bangunan berperan dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan publik aparat Kelurahan Sondakan, baik pada bidang pemerintahan, pembangunan dan ketentraman ketertiban, dan pemberdayaan masyarakat.</em></p>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 162
Author(s):  
Ammar Abdurrohman ◽  
Fikri Fadly Arkasala ◽  
Noviamas Nurhidayah
Keyword(s):  

<p align="justify"><em>Pengembangan konsep resilient city (kota tangguh) di era pandemi merupakan konsep perencanaan kota yang dapat menjadi perhatian pada saat ini. Konsep kota tangguh tersebut diharapkan dapat menjadi rujukan dalam penggunaan lahan secara efektif dalam pengembangan suatu kota. Sektor pertanian dapat menjadi salah satu komponen dalam pengembangan konsep resilient city untuk menciptakan kota dengan ketahanan pangan mandiri khususnya pada Kota Surakarta. Ketahanan pangan pada Kota Surakarta dapat diperoleh melalui sistem pertanian urban yang dapat dijalankan. Pertanian urban melibatkan produksi bahan pangan domestik di dalam atau berbatasan langsung dengan pemukiman di masyarakat. Pertanian urban dapat diimplementasikan melalui home farming dan community farming dengan berbagai metode tanam. Karena dengan adanya lahan terbatas di Kota Surakarta, penggunaan lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian urban dapat dilakukan dengan metode tanam tanpa menggunakan tanah, serta menggunakan metode vertikultur. Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian yang berdasarkan studi literatur melalui pendekatan pengembangan kota, yaitu pengembangan kota dari sudut pandang ekologi. Beberapa potensi bahan pangan yang dapat mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan di Kota Surakarta meliputi porang, ubi jalar, ubi kayu, talas, dan beberapa jenis sayuran. Penanaman beberapa bahan pangan tersebut memanfaatkan penggunaan lahan yang terbatas, namun mudah dilaksanakan bagi masyarakat Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji berbagai pendekatan yang dapat diterapkan pada Kota Surakarta dalam ketahanan terhadap pandemi, khususnya pandemi Covid-19. Dengan perancangan kota dengan konsep kota tangguh, hal ini akan menghasilkan solusi agar masyarakat Kota Surakarta dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan secara berkelanjutan.</em></p>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 171
Author(s):  
Kusumastuti Kusumastuti ◽  
Nur Miladan ◽  
Tendra Istanabi ◽  
Lintang Suminar ◽  
Galing Yudana ◽  
...  

<p><em>Sustainable Development Goals (SDG’s) memiliki tujuan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Konsep Green City atau Kota Hijau merupakan salah satu konsep yang dapat mewujudkan Sustainable Development Goals (SDG’s) yang berkaitan dengan isu perkotaan. Kemudian konsep Green City diturunkan menjadi Green Community sebagai topik utama yang akan direalisasikan di Kampung Ngemplak RW 29 melalui pendampingan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kembangkoe agar dapat mewujudkan penataan Kampung Bunga yang berkelanjutan. Terbentuknya Kampung Bunga merupakan tujuan besar yang dalam prosesnya membutuhkan partisipasi bersama masyarakat dengan digerakkan oleh KSM Kembangkoe. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui peran Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kembangkoe dalam usaha penataan kampung khususnya terbentuknya Kampung Bunga di Kampung Ngemplak RW 29. Metode yang digunakan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama proses pendampingan. Peran KSM Kembangkoe dapat dilihat sebagai fungsi kelembagaan, yaitu memperkuat internal dengan mengarahkan potensi sumberdaya yang dimiliki juga mencari sumberdaya eksternal yang mampu bekerja sama untuk membantu mencapai tujuan didirikannya KSM Kembangkoe.</em></p>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 148
Author(s):  
Alethea Jihan Masyithah ◽  
Sardjito - ◽  
Ketut Dewi Martha Erli Handayeni

<em>Kawasan Jembatan Merah Surabaya merupakan kawasan Kota Lama Surabaya yang masih mempunyai banyak bangunan cagar budaya. Fungsi utama kawasan ini adalah perdagangan dan jasa, serta akan direncanakan menjadi salah satu kawasan pariwisata sejarah di Kota Surabaya. Kawasan ini memiliki titik transit berupa terminal yang melayani moda transportasi angkutan kota (lyn) dan bus kota untuk tujuan dalam maupun luar kota Surabaya. Dalam kebijakan transportasi Surabaya, kawasan ini akan dijadikan sebagai satu dari beberapa kawasan yang akan dikembangkan konsep Transit Oriented Development (TOD). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pengembangan Kawasan Jembatan Merah Surabaya berdasarkan konsep TOD dengan mempertimbangkan kesesuaian karakteristik kawasan sebagai kawasan Kota Lama Surabaya. Tujuan tersebut dilakukan melalui tiga sasaran. Pertama, menentukan kriteria, indikator dan variabel konsep TOD sesuai dengan karakteristik kawasan Jembatan Merah Surabaya dengan analisis Delphi. Kedua, menentukan prioritas pengembangan kawasan Jembatan Merah berdasarkan konsep TOD dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Ketiga, identifikasi karakteristik kawasan Jembatan Merah Surabaya sesuai dengan kriteria kawasan TOD menggunakan analisis deskriptif statistik. Adapun output dari penelitian ini adalah Prioritas Pengembangan Kawasan Jembatan Merah Surabaya berdasarkan Konsep TOD. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebelas variabel yang berpengaruh terhadap pembentukan kawasan Jembatan Merah Surabaya berdasarkan konsep TOD. Urutan variabel berpengaruh menurut prioritas pengembangannya, yakni: Penggunaan Lahan Non-Residensial; Ketersediaan Jalur Pedestrian; Kondisi Jalur Pedestrian; Kondisi Bangunan; Konektivitas Jalur Pedestrian; Dimensi Jalur Pedestrian; Ketersediaan Penyebrangan Pedestrian; KLB (Koefisien Lantai Bangunan); KDB (Koefisien Dasar Bangunan); Kepadatan Bangunan dan Penggunaan Lahan Residensial. Dengan mengacu pada hasil tersebut, diidentifikasi pula tingkat kesesuaian dari karakteristik kawasan Jembatan Merah Surabaya dengan kriteria TOD.</em>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 103
Author(s):  
Nurhaliza Dewi Ramadhanti ◽  
Winny Astuti ◽  
Rufia Andisetyana Putri

<em>Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Putri Cempo merupakan tempat berlangsungnya pemrosesan akhir sampah yang berasal dari seluruh wilayah Kota Surakarta. Pada area TPA Putri Cempo dilakukan berbagai kegiatan, mulai dari pemilahan sampah, pengumpulan dan pengangkutan, daur ulang, penimbunan dan pengolahan air lindi. TPA Putri Cempo terletak berbatasan langsung dengan kawasan permukiman di Kelurahan Mojosongo dan Desa Plesungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak aktivitas pengelolaan sampah TPA Putri Cempo terhadap kualitas permukiman di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis dampak aktivitas pengelolaan sampah dilihat dari tujuh aspek kualitas permukiman, yaitu (1) kondisi fisik dan tata bangunan, (2) kondisi sarana dan fasilitas umum, (3) kondisi prasarana dasar, (4) kenyamanan dan keamanan lingkungan, (5) lokasi dan aksesbilitas permukiman, (6) kondisi lingkungan alami, dan (7) perekonomian. Dari hasil analisis diperoleh bahwa aktivitas pengelolaan sampah TPA Putri Cempo mengakibatkan dampak terhadap berbagai aspek kualitas permukiman di sekitarnya. Pada zona radius ≤500 m, aktivitas  pemilahan sampah berdampak pada aspek fisik dan tata bangunan, kondisi sarana, lokasi dan aksesibilitas, serta perekonomian. Aktivitas pengumpulan dan pengangkutan sampah berdampak pada aspek keamanan dan kenyamanan, serta lokasi dan aksesibilitas. Aktivitas daur ulang sampah berdampak pada aspek perekonomian. Aktivitas penimbunan akhir berdampak pada aspek kondisi lingkungan alami, kondisi prasarana, keamanan dan kenyamanan, lokasi dan aksesibilitas, serta perekonomian. Terakhir, aktivitas pengolahan air lindi berdampak pada aspek kondisi lingkungan alami. Sementara itu, pada radius &gt;500-1000 m, aktivitas pemilahan sampah tidak mengakibatkan dampak terhadap kualitas permukiman. Aktivitas pengumpulan dan pengangkutan sampah berdampak pada aspek keamanan dan kenyamanan. Aktivitas daur ulang berdampak pada aspek perekonomian. Aktivitas penimbunan akhir berdampak pada nilai lokasi dan aksesibilitas. Terakhir, aktivitas pengolahan air lindi tidak mengakibatkan dampak terhadap kualitas permukiman.</em>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 179
Author(s):  
Gogor Aldi Sundoro ◽  
Nur Miladan ◽  
Rizon Pamardhi-Utomo

<p><em>Pariwisata menjadi strategi yang telah banyak diterapkan untuk meningkatkan nilai tambah sentra industri rumah tangga.</em><em> </em><em>Pemerintah Kabupaten Klaten juga menggunakan strategi tersebut dalam mengembangkan sektor industri rumah tangganya. Sentra Industri Gerabah Melikan merupakan salah satu sektor industri di Kabupaten Klaten yang diterapkan menjadi kawasan pariwisata. Kegiatan wisata di Sentra Industri Gerabah Melikan tidak lepas dari permasalahan, seperti permasalahan terkait fasilitas sentra yang kurang mendukung kegiatan wisata. Berdasarkan masalah tersebut</em><em>,</em><em> penelitian ini bertujuan </em><em>untuk </em><em>mengetahui komponen kesesuaian fasilitas kawasan Sentra Industri Melikan berdasarkan indikator kawasan pariwisata. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini</em><em>,</em><em> yaitu pendekatan kuantitatif, sedangkan analisis yang digunakan merupakan analisis skoring. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, kuesioner, dan wawancara. Pembahasan komponen fasilitas sentra industri pada penelitian ini meliputi</em><em>,</em><em> area pembuatan gerabah wisata, area terdampak  tungku pembakaran, ketersediaan jalan kawasan, jangkauan parkir wisata, ketersediaan tempat sampah kawasan, ketersediaan listrik kawasan, dan kualitas air bersih kawasan. Hasil dari penelitian ini menunjuk</em><em>k</em><em>an bahwa fasilitas Sentra Industri Gerabah Melikan m</em><em>emiliki</em><em> kesesuaian sedang dengan nilai 2,2 poin dari rentang 1-3 poin. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, fasilitas secara keseluruhan yang menjadi objek penelitian ini masih kurang mampu dalam mendukung Sentra Industri Gerabah Melikan sebagai kawasan pariwisata.</em></p>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 122
Author(s):  
Wilda Mazidaturrizka ◽  
Paramita Rahayu ◽  
Kuswanto Nurhadi
Keyword(s):  

<p><em>Compact city atau kota yang kompak merupakan suatu konsep untuk mengelola pertumbuhan kota agar lebih efisien dengan menerapkan pembangunan intensif dengan guna lahan campuran, sehingga dapat mereduksi perjalanan penduduk kawasan. Konsep compact city menjadi solusi untuk menjawab tantangan isu-isu pertumbuhan kota yang meluas secara horizontal, seperti kepadatan yang kurang merata, penyediaan sarana dasar yang kurang memadai, serta isu-isu terkait pergerakan penduduk. Isu-isu tersebut kemudian menjadi tantangan pada BWK I Kota Surakarta, sehingga penelitian ini ditujukan untuk mengukur potensi implementasi konsep compact city pada BWK I Kota Surakarta yang diharapkan dapat menjadi solusi dari isu-isu tersebut. Potensi implementasi compact city ini diukur dari variabel penggunaan lahan, pelayanan sarana dasar dan kepadatan kawasan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skoring skala Guttman. Penggunaan lahan yang dapat mendukung potensi implementasi compact city adalah penggunaan lahan campuran. Pada BWK I Kota Surakarta, penggunaan lahannya cenderung tidak memenuhi kriteria campuran pada sebagian besar kawasan. Kemudian dari segi pelayanan dasar, pada konsep compact city harus dapat mencakup keseluruhan kawasan. Sedangkan, pada BWK I Kota Surakarta masih ada beberapa jenis sarana dasar yang cakupannya tidak memenuhi keseluruhan kawasan. Terakhir, untuk kepadatan kawasan, pada compact city harus memenuhi standar kepadatan tinggi. Sedangkan, BWK I Kota Surakarta secara keseluruhan belum dapat dikategorikan sebagai kepadatan tinggi. Maka dari itu, hasil keseluruhan potensi implementasi compact city pada BWK I Kota Surakarta bernilai 44% dari 100%, yang berarti belum menunjukkan potensi penerapan konsep compact city. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan implementasi compact city dikemudian hari, jika dilakukan beberapa penyesuaian pembangunan kota terhadap kriteria konsep compact city.</em></p>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Syarifa Khoirunnisa Suryana ◽  
Paramita Rahayu ◽  
Erma Fitria Rini

<em>Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan aksesibilitas di wilayah utara dan selatan Kota Surakarta. Terjadinya kesenjangan perkembangan wilayah utara dengan wilayah selatan Kota Surakarta diduga karena adanya perbedaan aksesibilitas. Wilayah selatan lebih mengalami perkembangan akibat aksesibilitasnya dianggap lebih baik dibandingkan aksesibilitas di wilayah utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dan pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi literatur, dan kuesioner dengan metode accidental sampling. Penelitian ini menerapkan teknik analisis statistika deskriptif dan komparasi rata-rata melalui uji z. Hasil penelitian menunjukkan wilayah selatan memiliki aksesibilitas tempat yang lebih baik dibandingkan wilayah utara. Aksesibilitas tempat di wilayah selatan didukung pola guna lahan yang mengelompok dan keberadaan transportasi publik yang melayani seluruh kawasan.</em>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Aditya Chrisma Pradana ◽  
Soedwiwahjono Soedwiwahjono ◽  
Kuswanto Nurhadi

<em>Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kawasan pinggiran atau peri urban dari Kota Surakarta. Laju pertumbuhan penduduk Kota Surakarta yang selalu meningkat mengakibatkan pemenuhan kebutuhan termpat tinggal merambat ke kawasan pinggiran kota contohnya di Kecamatan Colomadu. Kecamatan Colomadu mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dari segi fisik kota. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013, 2018), Kecamatan Colomadu mengalami penurunan luas penggunaan lahan pertanian sebesar 62,52 Ha antara tahun 2012 hingga 2017. Lalu pada tahun 2012, luas lahan pertanian di Provinsi Jawa Tengah berkurang seluas 300.000 Ha akibat alih fungsi lahan dan Kecamatan Colomadu mengalami alih fungsi lahan tertinggi di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi perumahan di kawasan peri urban Kecamatan Colomadu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis statistik deskriptif. Penilaian setiap jawaban dari responden dihitung menggunakan rumus deskriptif persentase. Data dalam penelitian diperoleh melalui wawancara kepada warga yang telah menjual lahan pertaniannya kepada pihak pengembang atau developer. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi penjualan lahan pertanian tersebut adalah harga lahan pertanian, status lahan yang merupakan tanah warisan, besarnya kebutuhan/pengeluaran, pendapatan dari hasil pertanian dan profesi di luar sektor pertanian. Sedangkan dari sisi pemilihan lokasi perumahan, konversi lahan pertanian dipengaruhi oleh aksesibilitas, fasilitas sosial ekonomi, lingkungan dan harga lahan.</em>


Desa-Kota ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Ridho Wicaksono ◽  
Ana Hardiana ◽  
Hakimatul Mukaromah

<p><em>Di Kota Surakarta, rumah deret merupakan salah satu solusi untuk penataan bantaran Kali Pepe dan penyediaan hunian. Setiap tahun selama kurun waktu 2015 – 2018 dibangun rumah deret di beberapa titik bantaran Kali Pepe Kota Surakarta. Pembangunan tersebut dinilai memiliki potensi untuk mewujudkan hunian bagi masyarakat di permukiman kumuh, bahkan diperkirakan memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan rumah susun. Rumah deret dibangun dengan memperhatikan aspek fisik, sosial, ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan rumah deret di Kota Surakarta terhadap kriteria keberlanjutan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan teknik analisis skoring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan variabel, rumah deret telah sesuai dengan tujuh kriteria berkelanjutan. Tujuh variabel tersebut, yaitu: 1) pemberdayaan fisik lingkungan yang bermanfaat bagi sekitar; 2) penyediaan sarana prasarana dasar perumahan &amp; permukiman; 3) pemberdayaan ekonomi masyarakat; 4) daya dukung institusi/lembaga ekonomi, sosial, budaya; 5) pembangunan sumber daya manusia; 6) pembangunan tidak merusak integritas sosial masyarakat; 7) mempertahankan keanekaragaman budaya. Pengecualian adalah pada variabel dampak terhadap lingkungan yang menunjukkan bahwa rumah deret kurang sesuai dengan kriteria berkelanjutan dari aspek ini. Secara keseluruhan, penilaian skoring menunjukkan kesesuaian antara pembangunan rumah susun dan prinsip-prinsip keberlanjutan.</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document