scholarly journals Decentralized Supplementary Services for Voice-over-IP Telephony

Author(s):  
Christoph Spleiß ◽  
Gerald Kunzmann
Keyword(s):  
2019 ◽  
Author(s):  
mayangsari

Voice over Internet Protocol ( Voice over IP , VoIP dan IP telephony ) adalah metodologi dan kelompok teknologi untuk penyampaian komunikasi suara dan sesi multimedia melalui jaringan Internet Protocol (IP), seperti Internet . Istilah telepon Internet , telepon broadband , dan layanan telepon broadband secara khusus mengacu pada penyediaan layanan komunikasi (voice, fax , SMS , pesan suara) melalui Internet publik, bukan melalui jaringan telepon umum.KataKunci:KONFIGURASI VOIP PADA CISCO PACKET TRACER


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 69
Author(s):  
Miftah Rahman Syahrial

Voice over IP pada era modern sekarang ini sudah sangat krusial. Teknologi ini bisa mengatasi permasalahan yang muncul dalam telepon analog atau telepon tradisional ini adalah ketika pengguna, terutama perusahaan, ingin melakukan komunikasi jarak jauh dari pusat ke kantor cabang dimana cost alias biaya yang muncul ketika berkomunikasi dari pusat dan cabang berlangsung lama. Dalam penerapannya, telekomunikasi yang menggunakan teknologi internet, mengalami beberapa hambatan terutama dalam hal packet loss dan delay. Thesis ini membandingkan metode manajemen kongesti Quality of Service (QoS) low latency queuing (LLQ) dengan metode-metode lainnya seperti First in First out (FIFO) dan Class Based Weighted Fair Queuing (CBWFQ). Metode low latency queuing (LLQ) dirancang untuk memprioritaskan paket suara (voice) dan meminimalisir waktu tempuh (delay) yang akan dipakai oleh paket data. Hal ini bisa dicapai karena metode ini adalah gabungan dari metode CBWFQ dan metode Priority Queuing (PQ) yang dirancang untuk memprioritaskan paket suara tapi tidak dirancang untuk memprioritaskan paket data. Hasil yang didapat cukup memuaskan, waktu tempuh (delay) paket suara yang diperoleh dari LLQ untuk ITU-T G.114 (recommended delay untuk one-way connection VoIP) adalah 0,001 detik untuk delay minimumnya dan 0,142 detik untuk delay maksimumnya, dimana jaringan test bed yang dipakai oleh paket data dibuat untuk mencerminkan congested network, sedangkan metode-metode lain seperti FIFO dan CBWFQ melebihi acceptable delay yang direkomendasikan oleh ITU-T G.114. Sedangkan pengaruh implementasi LLQ terhadap codec yang dijalankan tidak banyak berubah, untuk delay yang dihasilkan codec G.729br8 cukup stabil dan delay dari codec G.711ulaw masih cenderung meningkat terkait dari lamanya sesi percakapan walaupun masih sesuai standar yang diterapkan oleh ITU-T.


2010 ◽  
Vol 69 (18) ◽  
pp. 1653-1660
Author(s):  
Rasim Magamed ogly Alguliev ◽  
B. S. Agaev ◽  
T. Kh. Fataliev ◽  
T. S. Aliev

Author(s):  
Yusuf Cinar ◽  
Peter Pocta ◽  
Desmond Chambers ◽  
Hugh Melvin

This work studies the jitter buffer management algorithm for Voice over IP in WebRTC. In particular, it details the core concepts of WebRTC’s jitter buffer management. Furthermore, it investigates how jitter buffer management algorithm behaves under network conditions with packet bursts. It also proposes an approach, different from the default WebRTC algorithm, to avoid distortions that occur under such network conditions. Under packet bursts, when the packet buffer becomes full, the WebRTC jitter buffer algorithm may discard all the packets in the buffer to make room for incoming packets. The proposed approach offers a novel strategy to minimize the number of packets discarded in the presence of packet bursts. Therefore, voice quality as perceived by the user is improved. ITU-T Rec. P.863, which also confirms the improvement, is employed to objectively evaluate the listening quality.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document